"Berisik," ucap Jungkook datar sebelum akhirnya terkejut melihat gadis itu. Seperti sebuah takdir dalam drama korea yang romantis, mereka bertemu lagi. "Apa yang kau lakukan disini? Kemana bodyguard-bodyguard-mu itu?"
Yein nyaris melukiskan sebuah senyuman di wajahnya dan hendak melemparkan tubuhnya ke lelaki dihadapannya itu sebelum pikirannya kembali meluncurkan bayangan nenek, kakek, tetangganya, bibi, dan pamannya yang selalu berakhir tragis setelah bersamanya. Tidak. Ia tidak akan membiarkan korban lainnya jatuh lagi.
Melihat Yein yang kembali menunduk dan memeluk kedua kakinya yang ditekuk membuat Jungkook bingung sekaligus penasaran bukan main. Apa-apaan gadis ini? Tak menghiraukannya setelah ia berusaha menjadi sedikit ramah? Namun melihat keadaan Yein dengan dress lusuh, wajah begitu kotor, dan telapak tangan serta telapak kaki penuh luka itu membuatnya bungkam sesaat. Mata gadis yang biasanya terbuka lebar dan berbinar itu pun kini sembab bukan main. She probably has been through a lot.
"Hey," entah apa yang merasuki Jungkook malam itu, ia bertekuk didepan Yein dan menatapnya dari dekat. "Hangatkan dirimu di tempat tinggalku dulu dan bercerita, hm?" Yein mendongakkan kepalanya sedikit untuk menatap Jungkook penuh kecurigaan. "Oh, tidak, tidak. Aku tak akan melakukan hal yang aneh-aneh. Percayalah. Kau bisa pergi keesokan paginya kalau kau mau," lanjutnya mencegah kecurigaan Yein muncul.
Dan akhirnya Jungkook mendapati Yein berada di apartemen luasnya, duduk sambil terus menundukkan kepalanya dalam diam. Sangat berbeda dengan Yein yang ia temui saat di rumah sakit dulu. Jungkook meletakkan secangkir coklat hangat di meja depan gadis itu sebelum bergerak meraih telepon yang ada di situ.
"Ya, tolong siapkan beberapa baju untuk perempuan. Hmm, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek. Yang normal-normal saja," ucapnya pada seseorang disudut telepon sebelum menutupnya lagi. Jungkook duduk di sofa depan tempat Yein duduk, masih menatap gadis itu dengan penasaran. Mengapa ia tak bisa meninggalkan atau tak menghiraukan gadis ini tadi?
"Tidak perlu baju, aku—"
"Aku tidak mau kau tidur di tempatku dengan posisi sekotor itu," potong Jungkook menunjuk arah kamar mandi tamu yang ada disana. "Sudah ada peralatannya lengkap, santai saja dulu, bersihkan dirimu," lanjut Jungkook masih dengan nada yang dingin. Yein hanya menunduk menurutinya dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Beberapa menit setelah itu, pakaian-pakaian yang Jungkook siapkan untuk Yein sudah datang. Dan Jungkook mengambil satu piyama dress tidur putih secara asal dan meletakkannya didepan pintu kamar mandi tadi, mengetuk pintunya dua kali, dan segera membalik tubuhnya dengan panik saat Yein dengan cepat membuka pintu kamar mandinya.
"Itu bajunya,"
"Ah, terima kasih banyak," balas Yein yang menutupi tubuhnya dengan handuk mengambil baju itu sebelum melirik punggung Jungkook yang tampak panik sendiri. Yein tak dapat menahan sebuah senyum singkat dibibirnya sebelum menutup pintu kembali untuk mengenakan bajunya.
Setelahnya, Yein duduk di sofa itu lagi, diam dengan sudut matanya melihat Jungkook yang duduk di lantai, tepat dihadapannya—memasangkan band-aid di beberapa luka kaki Yein dengan sangat hati-hati.
"Mana tangan kananmu," perintah Jungkook dan Yein segera bergerak mengulurkan tangan kanannya pada Jungkook. Lelaki itu kembali fokus memberikan obat merah pada luka-luka gores di tangan gadis itu, sangat fokus sampai ia tak tahu bahwa Yein memiringkan kepalanya untuk menatap wajahnya lebih jelas. "Tangan kiri," Dan lelaki itu melakukan hal yang sama seperti tadi dengan tangan kiri Yein kali ini.
"Jangan terlalu baik padaku," ucap Yein saat Jungkook hampir selesai. Jungkook masih di posisi berlutut didepannya, menghela nafas pelan menatap gadis itu. "Aku takut... kehilangan lagi," lanjut gadis itu dengan suara bergetar. "Tapi aku tak punya siapa-siapa lagi...," Yein semakin gemetar dengan raut wajah berubah seperti anak kecil sedang merengek, namun tanpa ada air mata yang keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Untold
FanfictionJeon Jungkook menjalani hidup tanpa maknanya sebagai pembunuh bayaran sampai ia bertemu gadis aneh bernama Jeong Yein yang membuatnya kembali merasakan berbagai emosi tertentu dalam hidupnya.