Suara tawa memenuhi kamar apartemen milik Orlando. Sakha tak bisa menahan tawanya ketika mendengar cerita Orlando pertemuan tadi. Sementara Orlando menatap Sakha kesal karena tak berhenti tertawa. "Tahu gini gue nggak cerita ke dia" batinnya.
Perut Sakha mulai keram karena terlalu lama tertawa. Sakha menoleh ke arah Orlando yang sedang memasang wajah kusutnya.
"Terus tuh cewek gimana waktu tau lo salah orang?" tanya Sakha menahan tawanya.
"Dia sih diem aja nggak banyak omong. Tapi gue harap gue nggak ketemu dia lagi. Malu gue" ucap Orlando merutuki tingkahnya tadi.
"Lagian lo sendiri bisa-bisanya ngomong asal jeplak kayak tadi" ucap Sakha.
"Lo juga yang nyaranin gue ketemu tuh cewek. Mana lo nggak kasih fotonya biar gue nggak salah orang" ucap Orlando. Baginya ini salah Sakha karena menyuruhnya bertemu dengan wanita yang sama sekali tak ingin ia temui.
"Gue tuh baik kali Lan cariin cewek buat lo. Kalau masalah lo yang salah orang itu ya salah lo sendiri langsung nyerocos tanpa tanya nama orang dulu. Bego sih dipelihara" ledek Sakha membuat Orlando dongkol.
"Bilang gue bego? Keluar lo dari apartemen gue. Awas lo minjem mobil gue buat jalan sama Anggia" ancam Orlando membuat Sakha menciut.
Orlando kalau sudah ngambek sama Sakha memang suka tak meminjamkan mobil miliknya. Kalau sudah bawa-bawa pinjam mobil Sakha tak berani meledek sahabatnya yang satu ini.
"Ahhh lo mah mainnya ancaman" ucap Sakha. "Oh ya trus si Citra gimana? Tertarik nggak lo?" tanya Sakha penasaran.
"Nggak" jawab Orlando singkat.
"Enggak? Ya ampun Lan lo tuh sebenarnya nyari cewek yang kaya gimana sih? Udah gue datengin yang cakep nggak mau juga. Lo mau yang modelnya kaya Nurrani gitu?" ucap Sakha tak percaya. Padahal menurutnya Citra sangat cantik dan yang pasti ia juga pintar tapi kenapa sahabatnya ini tak melirik Citra sama sekali.
"Nggak kuat gue beliin dia bedak sama lipstick" ucap Orlando membuat Sakha bingung.
"Maksud lo?" tanya Sakha.
"Tuh cewek bedaknya tebel banget mana lipstiknya merah banget. Kalo gue sama dia bisa tekor gue beliin dia lipstik sama bedak" ucap Orlando.
"Namanya juga cewek men pasti suka dandan lah" ucap Sakha.
"Tapi nggak semenor itu"
"Fix nih lo maunya yang kaya Nurrani" gumam Sakha mendapat bogeman di pundaknya dari Orlando.
🔜
Pagi menyambut dengan suasana yang sejuk. Kali ini Abil harap tidak akan turun hujan seperti kemarin. Abil berencana mengunjungi kota tua ia butuh hiburan karena selama ia di Jakarta ia selalu mengurung dirinya di rumah.
Abil memakai kaos putih polos dipadukan dengan kemeja kotak-kotak berwarna merah yang lengannya ia gulung hingga sikunya, kali ini ia memakai celana jeans pendek diatas lutut, rambutnya ia gerai. Abil berjalan mengambil kamera yang berada di atas ranjangnya. Kemudian ia berjalan keluar rumah, tak lupa ia menguncinya.
🔜
Cuaca yang mendukung Abil menjalankan misinya untuk memotret berbagai kegiatan yang berada di taman kota. Dari pedagang kerak telor hingga sepasang pasangan yang tengah mengayuh sepeda menjadi objek foto Abil.
Memotret adalah kebiasaan yang ia lakukan ketika ia punya waktu luang. Setiap foto yang di dapatkan akan Abil cetak dan ia masukkan kedalam buku album foto miliknya. Motret bukan asal motret karena tidak semua hal menjadi objeknya. Ia hanya memilih objek yang menurutnya menarik saja. Andai saja hidup seperti saat kita memotret, kita bisa memilih bagian mana yang membuat kita bahagia. Sehingga hidup ini tak ada kata sedih ataupun kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABILHAQ
RomanceKesibukan Reydi membuat Abil merasa Abil tak lagi menjadi prioritas Reydi. Apalagi keduanya menjalani hubungan LDR yang kebanyakan orang bilang hanya orang-orang tertentu saja yang mampu menjalaninya. Pertemuan pertama Abil dan Orlando yang membuat...