Dalam konteks budaya politik orang Indonesia tak terkecuali orang sunda tentu memiliki nilai filosofis yang senantiasa menjadi sandaran. Nilai filosofis ini tertuang dalam terma yang sering muncul dan dipopulerkan di kalangan masyarakat misalnya dalam peribahasa sunda , “silih asah, silih asih dan silih asuh”. Ketiga terminologi ini merupakan ruh dalam pengembangan kehidupan masyarakat sunda. kehidupan dalam masyarakat sunda senantiasa mengedepankan nilai kebersamaan, yakni maju bersama dalam intelektualitas (silih asah), kekuatan kasih sayang yang senantiasa diciptakan dalam segala bentuk hubungan individu satu sama lain (silih asih), dan sikap mengayomi satu sama lain sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam menciptakan harmonisasi hidup (silih asuh).
Ketiga landasan di atas cukup memberikan satu alasan besar bahwa identitas politik dalam konteks filosofis sunda memiliki makna besar bagaimana kehidupan politik itu harus dilaksanakan dengan rasa tanggungjawab bersama untuk saling mencerahkan dan mengingatkan (silih asah), strategi dalam penguatan identitas politik itu dapat dilakukan dengan cara saling menyayangi oleh elit politik terhadap rakyat (silih asih), dan saling memberikan penguatan dalam mempertahankan nilai-nilai politik (silih asuh). Politik akan memiliki visi yang progresif jika berdasarkan nilai-nilai budaya luhur bangsa sendiri bukan budaya bangsa lain. Hanya bangsa yang tidak memiliki harga dirilah yang akan selalu menjunjung tinggi dan bangga dengan budaya bangsa lain. Dan di sanalah keterpurukan identitas politik akan terjadi. Jika identitas politik yang akan kita jalankan hanya berlandaskan pada budaya orang lain maka dipastikan kita tidak akan memiliki identitas budaya sendiri. “identitas hiji bangsa bisa diukur ku budayana”
KAMU SEDANG MEMBACA
Akar Langit
PoetrySadarlah bahwa manusia berdiri di bawah langit yang mengindahkan awan dan di atas akar yang menguatkan bumi.