White room

475 44 6
                                    

Hari inipun aku sendirian disini

Ruang putih kemana pun ku melihat, hanya ada aku. Hanya sendiri disini.

Aku tak punya mimpi atau harapan yang harus ku wujudkan. Aku bahkan tak ingat bagaimana hidupku sebenarnya.

Aneh? Memang.

Aku..

Aku hanya ingin melihat dunia luar, namun ruangan ini terkunci

Sudah berapa lama?

Entah, aku tak ingat.

Kenapa aku disini?

Berikan aku jalan keluar dan biarkan aku pergi

×××

"Hai"

Aku menoleh

Kukira di ruang ini hanya aku sendiri, ternyata ada orang lain, eh? Tapi kenapa selama ini aku tak melihatmu?

"Kau sendiri? Aku sudah saaaaangaaat lama berkeliling di tempat aneh ini dan aku hanya menemuimu" ucapmu

Aku mengernyit

"Aku juga sudah lama disini, tapi aku bahkan tak melihat siapapun? Apa disini segitu luasnya?"

Kau hanya mengendikkan bahumu, terdiam tanda tak tahu. Ikut duduk di sampingku dan menatapku ramah.

"Bagaimana kalau aku menemanimu disini? Kau pasti kesepian.." ujarmu sembari menggaruk tengkukmu yang tidak gatal

Aku menatap diriku sendiri dari pantulan bola matamu yang berbinar.

Kau benar, aku kesepian. Mustahil aku tak merindukan siapapun, meski aku tak tahu siapa yang ku rindukan. Aku hanya tidak ingin sendiri, dan kau telak mengenai isi hatiku.

Tapi-

"Tidak. Biarkan aku sendiri, aku sudah terbiasa"

Hng, aku sudah terbiasa sendirian. Rasanya aneh kalau aku membuka mulutku untuk berbincang sekarang.

Kau menunduk dan hanya diam, menatap tempatmu bersinggah dengan rautmu yang tertekuk. Aku juga tak begitu peduli, kita tak saling mengenal.

Dan aku sudah bilang, aku lebih familiar dengan kesendirian ini sekarang.

"Em-- sebenarnya aku yang kesepian" ujarmu tiba-tiba membuka suara

Aku mendongak menemuimu yang menggurat pola abstrak di lantai putih bersih itu pelan. Jarimu terus memutar kesana kemari, memperlihatkan bibirmu yang mengerucut.

Astaga, kau bahkan terlihat lebih tinggi dariku, kenapa kau bertingkah seperti bocah?

"Pfft--"

"Ap-- Kenapa kau tertawa!" protesmu

Hei, kau canggung dan lucu di saat bersamaan, bagaimana bisa aku tidak tertawa? Rupamu yang tampan dan sorot tajammu yang menusuk jadi menipuku kan? Tak kusangka kau konyol begini

"Kau seperti bocah"

"Ya ya ya! Disini yang bisa dibilang bocah itu kau!"

Aku menyeringai remeh

"Tapi aku tidak merengek sepertimu, bocah"

Kau mulai terlihat kesal. Lenganmu merangkulku dan hendak memitingku bercanda dengan tawa yang terumbar.

"Eeyy! Niel bukan bocah!" ujarmu masih mengapitku

Lihat, siapa yang bocah disini? Tak ada orang dewasa yang menyebut namanya sendiri sepertimu, hahaha

The End? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang