Jihoon berlari tanpa ragu, mengambilnya meski ia harus melesakkan tubuhnya dalam lubang
Ketika ia menemukan meteor itu, Jihoon hanya bisa berpikir bahwa batu angkasa yang terjatuh itu nampak indah. Warnanya berkelip ungu ke merah mudaan dengan sedikit biru langit, belum nuansa transparan dan kilauannya yang ketara. Seperti kristal, sangat indah. Sama sekali tak nampak bahwa batu itu adalah sebuah meteor yang baru saja jatuh ke bumi beberapa hari yang lalu
Lelaki itu tertarik padanya, membuat Jihoon menjadi penemu pertama meteor jenis baru itu
Sejenak Jihoon mengagumi benda angkasa yang ia pegang. Ia menganga, berbinar dengan penuh kata "wah" tiap menitnya. Jihoon sangat menyukainya, batu itu.
Dengan hati-hati Jihoon memasukkan batu itu ke dalam jaketnya dan memegangnya erat. Ia tersenyum lebar, berlari di atas tumpukan salju. Dengan semangat menuju gedung penelitian tempatnya datang, berniat menyombongkan penemuan hebatnya pada sang kekasih.
Semoga saja dia senang
×××
"Daniel-hyuuungg!!!"
Yang dipanggil berbalik dengan beberapa tabung di tangannya. Lelaki itu mengernyit gemas mendapati kekasih mungilnya berlari dengan pipinya yang memerah. Daniel melepas kacamatanya dan meletakkan tabung-tabung yang ia bawa. Sedikit merapikan jas labnya sebelum benar-benar menaruh perhatian pada sang kekasih.
"Hyung!"
Daniel melebarkan senyumnya
Jihoon dengan wajah memerahnya memang yang terbaik. Ya, meskipun lelaki itu sering memerah karena kepanasan atau malu, tetap saja menggemaskan. Terima kasih untuk itu, Daniel bisa melepas rasa lelahnya. Cukup raut menggemaskan itu, membuat Daniel bisa melupakan semua masalahnya.
"Apa sih? Kenapa semangat sekali kekeke~" ujar Daniel sembari merapikan poni Jihoon, mengusap keringatnya dengan tangan
Jihoon tak menjawab. Lelaki itu terburu-buru merogoh jaket bulunya, meski ia nampak kesulitan untuk itu
Aah menggemaskan
"Apa? Kenapa hm??"
Sret!
"Indah kan? Aku menemukannya di dekat rumah kaca tadi, puji aku dong??? Gimana gimana?? Apa aku boleh makan sup ayam hari ini??" rewel Jihoon seraya menyodorkan-nyodorkan batu meteor yang ia bawa di tangan kanannya, melompat kecil dengan bangga
Sementara itu Daniel mengernyit mengabaikan
Ia merogoh sarung tangannya di saku jasnya dan segera memakainya. Mengambil batu itu dari Jihoon sebelum melihatnya lebih dekat. Tanpa sadar Daniel berlari menuju meja kerjanya, kembali memakai kacamatanya dan berkutat dengan alat-alat labnya.
Tentu saja hal itu membuat Jihoon kesal
Siapa yang suka diabaikan? Cuih!
Jihoon menghentakkan kakinya dengan pipinya yang menggembung marah, menghampiri Daniel yang nampak sibuk.
"Hyuuung!! Pokoknya aku makan sup ayam ya!! Dan jangan ajak aku bicara nanti, dasar kau tukang kerja!!" teriak Jihoon memukul tinggal Daniel pelan
Namun pria tinggi itu masih tak menggubris
Haah, beginilah kebiasaan buruk Daniel. Sekali bekerja tak akan bisa mengganggu. Ia bahkan belum memuji Jihoon, astaga.
Merasa kesal kuadrat, Jihoon keluar dari ruangan itu. Kembali ke kamar rawatnya, menggulung diri dengan selimut sambil mencebik.
"Menikah saja sama penelitianmu, bodoh!! Bodooohhh!!!"
×××