Pernah naik kereta? Atau pernah bertemu manusia pemberi senggenggam rasa nyaman? Pagi itu aku mencoba keduanya. Aku memeriksa tiketku, ternyata kursi bernomor 17d menjadi tujuanku. Gerbong ini lumayan ramai dominan dipenuhi beberapa pekerja dan mahasiswa sepertiku. Pagi ini cukup dingin di tambah AC yang terasa menusuk khalbu. Selama aku menaiki kereta pada jam perrtamanya ini yang menarik hanyalah matahari terbit dari ufuk timur, sungguh indah. Tak ada yang bisa menandingi salah satu anugerah Tuhan itu.
Setelah permberhentian kedua, seorang pemuda yang tampak sebaya denganku duduk di hadapanku. Aku memperhatikannya, ia tampak rapi dengan kemeja putih dan rambut klimisnya. Setelah duduk dengan nyaman, ia menyapaku lewat senyum manisnya. Sungguh ini penyaing matahari yang terbit di pagi ini.
Aku menggeleng pelan. "Jangan mengkhayal yang tidak-tidak,Ndah." Btw aku lupa perkenalan, namaku Indah. Cukup nama pendek saja ya, kalau ku beri nama lengkap nanti kalian naksir. Aku mahasiswi tingkat dua jurusan Sastra Indonesia.
Setelah mendapat senyum yang membuatku meleleh seketika itu aku memilih untuk memasang kedua headsetku lalu mendengarkan musik-musik kesayangan dari ponselku. Mungkin di saat yang tak nyaman ini musik adalah solusi terbaik. Pilihanku jatuh pada lagu Everywhere I Go dari Sleeping at Last. Dengan nyamanku nikmati setiap lirik dari lagu yang akhir-akhir ini termasuk list favoritku. Cukup mengalihkan pikiranku dari senyum manis itu.
Setelah beberapa pemberhatian berlalu, sekarang giliranku. Tak lupa ku mengambil tasku di tempat barang bagian atas kereta api, cukup tinggi untuk seorang gadis bertumbuh mungil sepertiku. Dengan meloncat kecil sambil berjinjit ku usahakan mengambilnya sampai satu suara membuatku berhenti.
"Bolehku bantu?" Benar dugaanku, ia si senyum manis sumber suara itu.
"Apakah tidak merepotkan?" Tanyaku padanya. Aku bisa menghirup bau parfumnya dari jarak ini, sungguh menggembirakan indra penciumanku. Tanpa menjawab pertanyaanku ia mempersempit jarak antara kami lalu meraih tasku. Sungguh ini sangat tidak baik untuk jantungku, benar-benar tidak baik.
"Terimakasih untuk bantuannya." Serta senyum manisnya sambungku dalam hati.
"Dengan senang hati." Ia meresponku di iringi senyumnya kembali, tapi sekarang semakin lebar. Sungguh salah satu ciptaan Tuhan yang indah apalagi matanya yang bersembunyi ketika senyumnya melebar.
Kereta berhenti. Inilah saatnya aku mengucapkan kalimat perpisahan padanya.
"Duluan ya." Ucapku. Selang beberapa waktu ia menjawabku
"Sampai ketemu lagi di lain hari." Dari kalimat itu terbesit sebuah maksud bahwa dirinya ingin kembali melihatku, benarkan? Atau aku terlalu percaya diri mengartikan kalimat itu? Bagaimana menurut kalian?
"Untukmu yang baru saja ku temui, terima kasih atas senyumnya pagi ini. Cukup membuat hariku cerah dan mungkin akan bertahan hingga esok hari."
Haiii, terima kasih untukmu yang sudah mau mampir kerumah berdebu ini. Semoga kamu bahagia dan menyukainya.
Salam bahagia, Kecoapinky.
YOU ARE READING
Segenggam Kenyamanan
Short StoryManis senyum itu sungguh membuatku tersipu malu. Kalimat sampai ketemu sudah menjadi mantra bagiku. Aku terpaut dalam segenggam kenyamanan yang kau tawarkan semenjak pagi itu.