|Jisung's prison|
"Jisung! Hentikan! Dia tidak bersalah!" Teriak seorang perempuan dengan dua orang yang menahannya dari belakang, dia hanya bisa melihat seseorang ditendang oleh tuan mudanya. Sebenarnya orang yang sudah mulai tidak bergerak itu hanya membantunya mengambil buku dari rak tinggi di perpustakaan. Namun tentu saja, Jisung tidak akan menyukainya.
"Auh!" Kata Jisung memberikan tendangan terakhirnya. Kemudian mendekati perempuan yang meneriakinya tadi, dia tersenyum pada perempuan itu dengan senyumannya yang tidak biasa. "Jika pun dia mati, itu bukan salahku. Kau tau itukan?" Tanya Jisung menyingkirkan anak rambut yang menghalangi penampakan wajah cantik perempuan itu. Perempuan dengan nama Kim Dahyun, yang akan menjadi sepatu Jisung dengan segala peraturannya hingga dia dapat hidup dengan uangnya sendiri.
Tentu saja dia bukan seorang perempuan kotor atau perempuan yang melambangkan hal kotor seperti yang kalian pikirkan, hanya saja, dia mempunyai tugas untuk tetap berada di samping tuan muda Jisung. Setelah kecelakaan pesawat yang terjadi pada orang tuanya, Dahyun harus hidup dengan keluarga Jisung. Bukan untuk uang, melainkan mendapatkan asuhan dari orangtua yang lain. Untuk uang tentunya dia sudah mempunyainya.
Bukanlah hal yang mudah untuk tinggal bersama keluarga Jisung, orang tua Jisung sangat baik kepadanya dan menganggapnya sebagai anak. Namun Jisung menganggapnya sebagai sekretaris, pembantu dan apapun yang dia inginkan. Selain itu Jisung memberikan peraturan ketat pada Dahyun, salah satunya adalah tidak ada interaksi dengan orang lain di luar rumah. Kenapa? Karena di dalam rumah Jisung adalah anak yang baik.
Kembali ke Jisung yang masih memandang Dahyun dengan tatapan datarnya namun senyumnya masih menggembang seperti orang gila yang bahagia hampir membunuh orang lain yang tidak bersalah. "Aku bisa jelaskan!""Aku tidak perlu penjelasan." Kata Jisung beranjak meninggalkan Dahyun bersama orang yang hampir mati tersebut. "Dia hanya membantuku mengambil buku di rak paling atas perpustakaan. Hanya itu sungguh!" Jelas Dahyun mencoba menghentikan Jisung.
Jisung berhenti, senyumnya luntur dan dia memasang wajah yang tegas. Dia berbalik ke arah Dahyun berdiri dan mendoring Dahyun hingga Dahyun terjatuh dan punggungnya membentur tembok dibelakangnya. Melihat Dahyun sudah terjatuh di tanah Jisung duduk berjongkok didepannya dan dia mengendorkan dasinya, "Aku sudah memberikanmu toleransi untuk berbicara pada guru. Tapi kau melewati batas. Bukankah aku sudah baik hati sekali tidak memukulimu?"
Dahyun hanya bisa menunduk air matanya keluar karena takut pada Jisung yang menatapnya seolah akan mengeluarkan leser merah dari matanya ke arahnya. "Eh? Kenapa kau menangis? Lagi pula ini salahmu. Akui itu." Kata Jisung menghapus air mata Dahyun lembut. "Berhenti menangis dan ikuti peraturannya." Kata Jisung lagi lebih terdengar tegas dan dapat mrmbuat Dahyun mengangguk dengan otimatis, benar-benar sebuah gertakan. Jisung pun pergi bersama dua orang dibelakangnya. Gelar pemuda yang paling ditakuti sekolah sudah dibawa oleh Jisung selama tiga tahunnya di SMA, yang pertama dia kaya, kedua dia pandai membuat sesuatu menjadi tidak berdaya.
Dahyun yang masih mencoba menormalkan nafasnya melihat ke aeah pria malang di depannya tersebut. Dahyun berdiri dan membantu orang itu untuk berdiri dan bertanya padanya apakah dia baik-baik saja. Meskipun Dahyun sudah mengetahui beagaimana keadaannya. Yang pasti tidak baik-baik saja, mengingat banyaknya luka yang didapatnya. "Maafkan aku." Kata Dahyun kepada laki-laki itu. "Kenapa kau tidak pergi saja?"
"Aku akan mengobatimu." Kata Dahyun menawarkan bantuan. "Bukan, jika luka ini aku akan pergi ke rumah sakit. Yang kutanyakan adalah kenapa kau tidak pergi saja dari Jisung?" Tanya laki-laki itu lagi, dia penasaran alasan kenapa Dahyun tidak pergi bagitu saja setelah banyak orang yang menjadi korban Jisung.
Dahyun hanya terdiam dia tidak dapat menjawab pertanyaannya. Terlalu rumit untuk dijelaskan secara cepat. "Maaf, aku tidak bisa menjelaskannya."
"Baiklah, sebaiknya kau pergi. Jisung bisa saja kembali." Kata laki-laki itu yang membuat Dahyun ragu, apalagi dia belum membalas budi karena laki-laki itu mau memaafkannya begitu saja. Namun karena handphonenya mulai berdering dan dia tau itu dari siapa, Dahyun langsung berjalan pergi dari tempat tersebut ke dalam mobil Jisung. Dengan Jisung yang ada di dalam mobil dengan rokoknya yang tinggal setengah itu.
"Lama sekali. Apa kau berkencan dengannya?" Tanya Jisung membuang rokoknya. Dahyun hanya terdiam tidak mengatakan apapun. Dia takut jika dia mengatakan sesuatu lagi Jisung akan menyakitinya. Mereka pun pergi dari lingkungan sekolah tersebut dan pergi ke rumah.
***
Malamnya, Dahyun tengah berkutik dengan catatan Jisung yang penuh dengan tulusannya. Karena pada dasarnya Jisung tidak pernah mencatat dan hanya mendengarkan, membaca, dan mendapat nilai bagus. "Apa masih lama?" Tanya Jisung dengan tangannya yang bergerak memainkan permainan di layar kotak kecil di depannya. "Tinggal beberapa paragraf lagi." Kata Dahyun yang merasa tangannya mulai pegal karena menulis catatan satu bab.
Hal itu dikarenakan mereka seharusnya meringkas satu bab pelajaran untuk di pelajari kembali. Dan pastinya Jisung menyuruh Dahyun dan hal itu terjadi.
"Selesai." Desah Dahyun meregangkan tangannya, dia menggosok matanya karena sudah terasa kering. "Apa kau kesal padaku tentang apa yang terjadi?" Tanya Jisung mendengar desahan berat Dahyun. Meskipun layar di depannya tersebut membunyikan suara yang cukup berisik dia bisa mendengar Dahyun.
Jika bisa mengatakan hal yang ada dalam hatinya, Dahyun akan mengatakan jika dia benar-benar tertekan dengan segala peraturan dan hukuman Jisung. Memang dia bukan yang tersakiti, tapi jahat sekali jika hanya diam melihat orang lain diinjak ke lantai. "Tidak, itu memang salahku. Aku tidak akan mengulanginya lagi."
"Baguslah. Kau boleh pergi." Kata Jisung yang langsung dilakukan oleh Dahyun sendiri. "Dan juga..." Jisung memberikan jeda pada kalimatnya dan memutar kursinya agar menghadap ke arah Dahyun yang tengah berada di depan pintu keluar. "...kali ini tidak akan ada toleransi lagi pada orang-orang itu."
"Apa kau baru saja mengatakan jika kau akan membunuh mereka?" Tanya Dahyun mulai menanyakan maksud dari kalimat Jisung yang ambigu tersebut. "Jika itu yang kau inginkan." Kata Jisung kembali menghadap ke arah layar di depannya tersebut. Sementara Dahyun hanya menghela nafas, bukan semakin baik, sepertinya mental Jisung semakin buruk.
Kamar Dahyun hanya berada dua langkah di depan pintu kamar Jisung benar-benar dekat tapi Dahyun tidak suka itu.
Pernah sekali Dahyun merasa jika Jisung melakukan itu karena menyukainya namun sepertinya hal itu harus ia buang jauh-jauh ketika Jisung melempar botol minumannya pada Dahyun. Hal itu dikarenakan dia mencoba bertanya untuk apa peraturan itu dibuat. Namun Jisung tidak mengatakan apapun dan berpura-pura tidak mendengar.
Dahyun membuka-buka buku untuk di pelajari, namun saat membuka buku dia mendapati sebuah kertas jatuh dari buku tersebut. Kertas dengan nama universitas ternama di Amerika tersebut membuat perhatian Dahyun terpaku, Jisung dan orang tuanya tidak tau sama sekali tentang ini. Dia berencana untuk pergi dari rumah itu tanpa sepengetahuan laki-laki itu.
Dia teringat betapa kerasnya dia berusaha keras untuk mendapatkan undangan tersebut. Hanya untuk pergi dari negara itu, karena pada dasarnya Jisung akan tetap bersamanya jika dia masih berada di korea. Apalagi ditambah dengan Jisung yang pastinya akan masuk ke universitas Seoul berkat dukungan koneksi ayah ibunya.
"Dengan ini, aku akan pergi dari semua ini." Pergi dari orang yang akan menyakiti mentalnya perlahan tapi pasti.TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Sick Of You
FanficDahyun, orang tuanya meninggal. Sekarang dia hidup di rumah yang cukup mewah dengan orang tua baru yang sangat baik. Namun orang tua barunya memiliki anak yang bernama Han Jisung, yang entah dia harus menganggapnya apa. Namun laki-laki itu terus me...