ξ\(⌒.⌒)/ξ LIBRA ( Adil dan tak adilnya hidup ini ) ( Sequel ) Vol 2 ξ\(⌒.⌒)/ξ.

4 0 0
                                    


"PLAAK!!!!"

"Aku mau kita bercerai..."

Justin memengai pipinya yang memerah karna ulahku.

"Sudah aku bilang aku tak akan menceraikanmu..."

"Tapi aku mau kita bercerai..."

"Jangan pernah bermimpi..." Justin meraih tanganku dan menariku dengan kasar.

"Lepaskan...!!!"

"TIDAK..."

"Aku mau pulang,.."

"Aku antar."

"Tapi aku tak mau..."

"Lalu kau ingin pulang dengan siapa?"aku terdiam. Melengoskan wajah dengan tangan yang melipat di depan dada. "Jawab!!!"tapi aku tetap cuek, " Arum, Dimas, supir, taksi atau pengacara itu..."

Aku segera menatap manik hitam itu ketika bibirnya dengan santai mengucapkan kalimat terakhir.

"Katakan... asal ibu dari calon bayiku tak kelelahan.. aku akan panggilkan. SIAPA PUN ITU..." lirih aku dengar benar nadanya melemah ketika bait terakhir.

"Kau nyakin dengan ucapanmu...."pancingku. Dia mengangguk dengan berlahan.

"Baik. Panggilkan aku Rafael..."

Dia mengangguk dan segera meraih ponselnya. Kenapa dia tak tanya nomer ponselnya? Apa dia sudah memilikinya? Ahh... untuk apa ditanyakan.

"Kita tunggu di sana. Dia mengatakan setengah jam lagi akan sampai. Kebetulan dia ada di sekitar sini."ucapnya setelah berdebat cukup lama.

"Baik."singkat dan aku berjalan mendahuluinya. Aku mengambil nafas panjang. Ingin sekali aku melihat ruwat wajahnya namun kau tahu itu tak mungkin aku lakukan.

Layaknya anak kecil aku duduk di depan gedung menjulang tinggi sambil menikmati es krim vanila kesukaanku. Sesekali aku meliriknya yang terus menatapku dan membersihkan bibirku dengan ibu jarinya ketika es krim itu belepotan. Beberapa kali sekertaris gila itu terus mengingatkan tentang tamu luar negeri yang sudah menunggunya namun laki-laki itu tetap menatapku. Kasihan!! Walau kau lebih seksi dari aku, namun di mata Justin akulah yang cantik. Hahahha....

Tak lama mobil hijau muda berhenti di depanku. Aku segera berdiri mengambil tasku. Aku sempat melihat wajah kecewanya. Dia menghela nafas berat dan meraih tanganku.

"Langsung pulang..."

Tapi aku hanya diam mengibaskan tangan dengan kasar.

"Bukan urusanmu."jawabku. Setelah itu meninggalkan tempat itu. Sebelum pergi aku kembali membalik badanku.

"Jangan sekali-kali kau mengikutiku ataupun anak buahmu."

Dia hanya terdiam membiarkan mobil hijau itu membawaku menjauh darinya. Bodoh!!! Kenapa kalau kau terluka tak menghentikanku. Bodoh!!! Atau karna aku memang ingin berdua saja dengan sekertarismu. Oh... ya... mangkanya kau tak hentikanku. Aghr!!!! Kenapa aku malah berharap dia menahanku.

"Kenapa?"

"Ha..." hanya itu aja terlontar dalam bibirku.

"Kita akan kemana?"

"Turunkan aku disini."

"Apa?"

"Turunkan aku disini."

"Kau gila..." aku tak menjawab. Hanya menatapnya dengan tatapan serius.

******

Sebuah taksi putih berhenti di depan rumah yang sudah lama ku tinggalkan. Aku berdiri memperhatikan setiap detail rumah penuh dengan kenangan itu. Justin menepati janjinya dia merawat rumahku lebih baik dari aku. Kini kakiku melangkah menuju taman kecil. Muncul bayangan masa lalu. Ketika ibuku mengandung Arum. Aku bermain lepas dengan ayahku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 01, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ξ\(⌒.⌒)/ξ LIBRA ( Adil dan tak adilnya hidup ini ) ( Sequel )   ξ\(⌒.⌒)/ξ.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang