Kemping

338 51 13
                                    

Naruto © Masashi Kishimoto

Follow You © Syifa Mifja

Mempersembahkan

...

Chapter 1 : Kemping

...

Cerita ini berawal di sebuah Kota Metropolitan Kyoto. Kota hidup yang tak pernah mati. Kota yang selalu menjadi pusat perekonomian dan hiburan. Kota yang tidak pernah mengenal kata malam hari karena baik di siang maupun di malam hari kota ini selalu terang benderang. Disebabkan lampu-lampu kota yang tak pernah padam.

Dan di pagi hari yang terang dengan mentari yang telah membelai seluruh makhluk bumi di daerah tersebut. Di langit biru dengan sedikit awan tipis menghiasinya terlihat sang rembulan yang masih menampakkan dirinya, seakan enggan untuk meninggalkan langit yang telah berganti latar belakang.

Seorang gadis muda yang beriris biru jernih yang menjadi satu-satunya mentari bagi Umino Iruka, gadis yang selalu membawa kehangatan dan kebahagiaan bak mentari bagi seluruh orang yang mengenalnya itu kini masih menutup kelopak matanya dengan rapat. Menyembunyikan iris jernihnya yang mampu membius sebagian besar orang yang melihatnya.

"Naruto!!" teriakan ultra sonik menggema di seluruh ruangan yang menjadi tempat ternyaman Naruto alias tempat tidur. Akan tetapi, sang pemilik nama justru malah semakin menggulung dirinya dengan selimut yang menyelimuti seluruh tubuh mungilnya.

"Gadis pemalas... cepat bangun!!!" kembali, ucapan dari sang paman tercinta kembali terdengar dengan frekuensi yang tak kalah dari teriakan yang pertama.

Lagi dan lagi. Naruto hanya bergumam kecil dengan kedua tangan yang semakin erat memeluk bantal gulingnya. Entah apa yang dimimpikan oleh gadis itu. Pamannya yang bernama Umino Iruka sendiri saja tidak tahu.

Merupakan rahasia umum jika gadis yang mendapat sebutan gadis pemalas tersebut tidur seperti orang mati. Bahkan Iruka saja sangat yakin jika meski ada bencana alam ponakan tersayangnya tersebut akan terlelap dalam buaian mimpi. Beruntunglah Iruka yang sudah tinggal bertahun-tahun dengan Naruto, sehingga ia mengetahui kelemahan sang ponakan tercinta. Dan pria dengan kuncir tersebut yakin seratus persen jika jurus membangunkan Naruto yang satu ini tidak akan pernah gagal.

Mengingatnya saja selalu membuat Iruka tertawa setan. Kapan-kapan bisa mengerjai Naruto selain saat gadis muda itu bangun pagi.

"Naruto!!!! Banguun!!!" teriak Iruka untuk kesekian kalinya di pagi ini.

"Ngghh," gadis berkulit eksotis itu hanya menggeliat kecil sebagai respon dari teriakan sang paman.

"Naruto..." meredakan emosinya sejenak dan mengambil nafas panjang, Iruka kembali menyambung ucapannya, "bangun! Jika tidak akan kusuruh rubahmu untuk memakan semua ramen dan akan kubuang seluruh persediaan ramenmu," tidak berteriak namun menekankan seluruh ucapannya, sang paman berusaha membangunkan Naruto dengan cara terakhir yang dijamin pasti manjur dan mujarab.

Kelopak mata yang menyembunyikan iris sapphire jernihnya seketika itu juga terbuka. Ancaman dari seseorang yang sangat disayanginya itu benar-benar membuatnya harus berpikir ribuan kali untuk membantah. Naruto tahu jika pamannya itu sungguh-sungguh dengan ucapannya.

"Okey... jisan, aku bangun. Jangan biarkan Kyuubi memakan semua ramenku dan jangan membuang seluruh persediaan ramenku atau aku akan menderita hidup tanpa ramen," Naruto memelas sambil mengatupkan kedua tangannya di depan dada, pose memohon dengan iris mata yang sudah berkaca-kaca. Persis seperti anak kucing yang minta dipungut. Sangat menggemaskan dan juga manis.

FOLLOW YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang