Atlas

274 37 5
                                    

          Hari yang sama dengan hari - hari sebelumnya. Tak ada hal yang menarik untuk aku memulai pagi. Hambar. Seperti biasanya, aku bangun tidur, mandi, lalu merapikan diri sebelum pergi sekolah. Seragam rapi, dasi dan tali pinggang, kaos kaki, rambut panjang yg ku kucir kuda, dan sedikit polesan bedak bayi kurasa cukup.

          "Astaga ..." teriakku spontan saat aku sadar sekarang sudah jam 07.00. Makanan yang baru saja masuk ke mulutku kukunyah cepat dan ku telan dengan paksa sambil meneguk susu coklat di depanku. Aku lari keluar menuju sebuah persimpangan untuk menunggu bus. Jaraknya tak terlalu jauh, tapi aku sedikit kesulitan berlari karena tasku penuh buku paket yang tebalnya sudah seperti kitab. Berat.
Terdengar suara klakson bus yang sedang menunggu penumpang.

          Syukurlah aku sampai di depan bus tepat sebelum bus meninggalkan simpang itu.

          Dengan napas yang masih terengah - engah, aku memperbaiki posisi dudukku yang kurasa kurang nyaman karena tasku memakan lebih dari setengah tempat dudukku.

          Yah, begitulah pagiku setiap hari. Melelahkan.

🐻🐻🐻

          Begitu aku sampai disekolah, aku berjalan menaiki anak tangga  seperti zombie. Rasanya kantukku belum terbayar dengan tidurku tadi malam. Ah, berat sekali rasanya.

          Aku sampai di kelas dan duduk di bangkuku yang berada di depan paling pinggir. Dannn tidur...

          Belum lama aku mencoba memejamkan mataku, botol minuman yang kuletakkan di lantai, dekat dengan sudut bangkuku tertendang oleh kaki yang pemiliknya berjalan dengan santai tak lama setelah tasnya menyenggol bahuku juga.

          Aku mengangkat kepalaku dan memutarnya sembilan puluh derajat dan mataku menyorot tajam bagian belakang kepalanya.

         "Bukannya meminta maaf, malah tetap berjalan dengan santainya," pikirku dengan alis yang mulai membentuk sudut lancip sambil mengambil botol minumku yang ditendang tadi.

          "Sherly, kamu kenapa?" tanya Talia setelah melihatku dengan wajah kusut.

          "Ah, gapapa, kok," jawabku singkat.

          "Kamu tidak biasanya, loh, pagi - pagi sudah marah - marah sendiri, cerita sama aku," katanya. Talia memang tipe teman yang sangat perhatian, penyayang juga.

          "Aku tidak apa - apa, botol minumku hanya terjatuh tadi," kataku menyembunyikan kekesalanku.

          "Kamu yakin?" tanyanya memastikan.

          "Iya," jawabku dengan sedikit senyum. Yah, hitung - hitung dia tidak akan menanyakan keadaanku yang sekarang lagi.

          "Ya sudah, keluarkan buku sejarahmu. Bu Riama sudah mau masuk kelas," katanya sambil melihat ke arah tas ku.

         Aku mengangguk.

         Bu Riama masuk kelas dan langsung memeriksa buku yang ada dimeja. Dan memastikan kami membawa atlas.

         "Hei, Nona India," suara itu mengagetkanku.

         Aku terperanjat. "Ya, Bu?" tanyaku.

        "Mana atlasmu? Tanyanya

        "Ini, Bu," jawabku sambil menunjukkan atlasku.

         "Hm, pindah kebelakang," katanya sambil menunjukkan bangku yang ada dibelakang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 22, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BIRRI BEARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang