"Selama takdir masih berpihak kepadamu
Sejauh apapun kamu berpisah pasti akan di pertemukan
Kembali"MATAHARI hari ini benar-benar cerah merona, lihat saja ke langit bahkan sangat terang benerang, seperti mau perang, alias, panas luar biasa. Sudah lebih empat jam cewek itu mondar mandir di depan bandara dengan gelisah. Sebenarnya bisa saja ia pergi sendiri ke rumah tantenya. Tapi kakaknya melarang dengan alasan takut dirinya nyasar, lagipula sepupunya juga ngotot mau menjemputnya dan menyuruhnya menunggu di di luar bandara tapi sampai sekarang sepupunya belum juga datang padahal ia sudah menghubunginya berkali-kali tapi belum juga kelihatan batang hidungnya.
"Tahu begini mending nunggu di dalem bisa ngadem, nah disini, masak iya cewek cantik kek gini harus terlantar di pinggir jalan yang benar saja" gerutunya kesal.
Cewek itu lalu berjalan menuju bangku panjang di dekatnya dan duduk situ. Dari tas ranselnya, ia mengelurkan sebuah kalung berbentuk separuh hati. Ia tersenyum memandangi benda itu. Benda pemberian dari papah dan mamahnya yang sudah meninggal tiga tahun yang lalu.
Ia teringat sewaktu kecil ketika baru pulang dari rumah neneknya, mendapat kejutan di rumah untuk ulang tahunnya yang ke tujuh. Kalung itu adalah hadiahnya dirinya sangat senang bukan main katika Papahnya memasang kalung itu di lehernya. "Loh Pah kok cuma separuh bukannya ini kalung sepayang ya?" tanyanya polos kala itu. "Iya sayang separuhnya kamu cari sendiri nanti" jawab Papahnya. Gadis yang baru menginjak tujuh tahun itu mana perduli dimana separuhnya, mungkin juga di kak Ando kan mereka saudara.
Tanpa sadar air matanya jatuh mengenai kalung itu, namun ia segera menghapusnya. "Maaf Ma, Pa. Aku kangen banget sama kalian," katanya sambil menatap benda itu. Ia sudah berjanji tidak akan sedih ia sudah ikhlas mereka pergi.
"DITAA!" tiba-tiba teriakan dari jauh.
Cewek yang mendengar itu langsung menoleh ke arah suara yang baru saja keluar dari mobil Honda Jazz putih di ikuti seseorang lagi dari kemudi yang baru keluar. "Secil," pekiknya, sambil memasukkan kembali kalung itu.
Secil berlari ke arah Dita dan langsung memeluknya dengan erat. "Gue kangen banget sama lo," kata Secil.
Dita membalas pelukan Secil. "Gue juga Cil. Udah lama banget kita nggak ketemu," sahut Dita. Sambil melepas pelukannya lalu menggenggam kedua tangan Secil. "Wah! Ternyata sepupu gue udah gede," katanya lagi.
Secil tersenyum senang. "Lo juga sekarang malah tambah tinggi dari gue. Lebih cantik lagi."
"Kalau tinggi emang dari dulu juga tinggian gue Cil, elo kan kecil"
Keduanya sama-sama tertawa. Sampai lupa kalau disana tidak hanya ada mereka.
"Ehemm, gini nih gue jadi kacang di anggurin"
Sontak Secil dan Dita menoleh ke arahnya. Secil lupa mengenalkan seseorang yang di bawanya.
"Oh ya ampun, gue lupa ngenalin Rangga sama lo Dit, sebenarnya lo juga sudah kenal sih tapi mungkin lupa dia nih anak depan rumah gue yang dulu pernah ikut takziah ke rumah lo sama gue" jelas Secil kepada Dita.
"Hai, Dit apa kabar" sapa Rangga sambil menjabat tangan Dita.
"Hai, gue sekarang inget lo anak cowok yang ngasih gue perpen lolipop sama sapu tangan, kalau nggak salah ya" kata Dita mengingat Rangga dulu.
"Nah sekarang lo ingat gue kan, semoga lo betah tinggal disini" sahut Rangga.
Kemudian Rangga dan Secil membantu Dita membawa koper dan ranselnya. Ketiganya melangkah menuju mobil dan memasukan koper dita ke dalam bagasi. Saat sudah selesai memasukkan barangnya Dita berhenti diikuti Rangga dan Secil.
"Kok, berhenti Dit? Kenapa?" tanya Secil bingung.
Dita menatap keduanya dengan senyuman misterius dan tatapan mengintrogasi.
Rangga dan Secil saling berhadapan semakin bingung dengan raut Dita.
"Kalian pikir gue lupa?" tanya Dita.
"Hah" jawab meraka kompak.
"Hah...hah... heho, jadi kalian pacaran dulu sebelum jemput gue. Kalian pasti tahu gue sampe udah empat jam yang lalu, dan gue harus nunggu sampe karaten disini gila kalian" cerocos Dita menunjukkan tampang kesalnya. Lalu menyerang keduanya dengan menggelitiki.
Sekuat tenaga Rangga dan Secil mengelak dari serangan Dita. "Ampun, Dita! Gue sama Rangga nggak pacaran kok serius"
"Bodo! Siapa suruh lo telat jemput gue? Pakai alasan ada rapat OSIS, lagi. Sok sibuk lo, bilang aja kalau mau pacaran dulu, jadi gue nggak nunggu. Ayo ngaku!"
"Dit! Udah Ditaa! Sumpah gue nggak kuat hahaha.... plis gue nggak kuat" kata Rangga.
Akhirnya Dita berhenti dengan aksinya. Rangga dan Secilpun bisa bernapas lega.
"Gila tenaga lo kuat banget sih Dit?" kata Rangga sambil merapikan bajunya akibat ulah Dita jadi berantakan.
"Lo juga sih"
"Kan gue nggak ikut-ikutan" bela Rangga.
"Sorry , Dit serius deh gue emang ada rapat OSIS mendadak"jelas Secil.
"Sejak kapan lo jadi rajin ikut rapat OSIS Cil?" sanggah Rangga. Membuat Secil melotot ke arah Rangga, nih anak kenapa nggak bisa di ajak kompromi sih, batinnya.
"Hayoo, yang bener yang mana nih?" selidik Dita.
"Dasar Rangga, ember banget sih lo kayak cewek, tapi Dit serius gue nggak pacaran kok, ada sedikit masalah aja mangkanya gue telat jemput elo" jelas Secil lagi sambil mengangkat tangan jari-jarinya membentuk huruf V.
"Sekarang mending kita pulang gue tahu lo pasti capek banget kan" ajak Secil sambil menuntun Dita masuk ke mobil. "Untung Dita mudah di jinakkan" keluhnya sambil mengelus dada.
Akhirnya mobil Honda Jazz putih itu meninggalkan area parkir. Meski bertemu dengan Rangga hanya sekali, Dita mudah akbrab dengannya. Sesungguhnya Dita memang tipe orang yang mudah bergaul.
![](https://img.wattpad.com/cover/157510408-288-k343424.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sketsa
FanfictionSahabat kecil yang bertemu kembali. Tentang Etsa dan Dafa dua sejoli yang pernah berjanji untuk kembali bertemu. Tapi tak seindah yang diharapkan ketika keduanya saling menemukan. Akankah Etsa dan Dafa menemukan cerita yang indah di akhir kisahnya s...