2

8 2 0
                                    

Tuhan tidak akan mengabaikan harapan, hanya menunggu sampai pada waktu untuk mengabulkannya

SEPASANG tangan dengan lincah menari diatas keyboard komputer di perpustakaan Gama High School sambil mendengarkan alunan musik yang diputar random dari handphone, tentu saja menggunakan headset sehingga tidak menganggu kenyamanan siswa-siswi di perpustakaan. Pemilik tangan lincah itu sedang memperbarui blog-nya sudah hampir seminggu tidak ia sentuh sama sekali sambil menunggu sepupunya pulang sekolah. Hari ini ia belum bisa mengikuti pelajaran dikelas karena belum memiliki seragam resmi sekolah jadi ia hanya diperkenankan untuk jalan-jalan disekitar sekolah untuk mengenal lingkungan. Semua administrasi sudah beres bahkan hari itupun juga ia mendapatkan kartu tanda siswa, menagement yang bagus pantas menjadi salah satu sekolah bertaraf internasional.

"Tidak heran banyak yang sekolah disini dari keluarga kaya raya"
apa tidak salah ia mengambil keputusan untuk pindah sekolah disini, ucapnya dalam hati.
Setelah puas berkutat dengan blog-nya ia segera memposting tulisan terbarunya kemudian segera ingin cepat-cepat keluar dari perpustakaan bukan apa-apa ia sangat menyukai perpustakaan hanya saja ia tidak suka menjadi pusat perhatian, hampir pukul dua belas pengunjung cukup banyak meski kondisi tenang tapi intuisi lebih peka banyak siswa yang sedang kasak kusuk memperhatikannya. Sebelum pergi ia sempatkan untuk menghampiri penjaga perpustakaan.

"Terimakasih Bu, sudah mengizinkan memakai komputernya"

"Sama-sama itu fasilitas umum, semua murid sini bebas pakai Mbak" jawabnya si Ibu itu dengan ramah.

"Maaf Bu jika boleh tahu Ibu asli mana logat bahasanya terdengar sangat akrab?"

"Medok ya Mbak? Saya aslinya Jogja ikut suami sudah hampir empat tahun di Jakarta"

"

Wah, saya juga pindahan dari sekolah Jogjakarta Bu SMA Negeri 4"

"Saya alumni SMA Negeri 4 juga loh Mbak, kok bisa kebetulan sekali ya"

"Senang bertemu dengan Ibu, kalau begitu saya pamit dulu"

"Iya, semoga betah disini lain kali ngobrol lagi kangen saya dengan cerita-cerita baru tentang sekolah, maklum sudah lama tidak mampir ke sekolah"

Cewek itu menganggukan kepala kemudian segera keluar perpustakaan. Menurut pesan sepupunya hari ini tidak ada kelas full day karena guru-guru akan ada rapat, kemungkinan jam duabelas sudah pulang. Melihat jam di pergelangan tangannya masih pukul sebelas empat puluh menit masih ada sekitar duapuluh menit untuk menunggu sepupunya pulang ia memutuskan untuk ke kantin.
Sesampai di kantin ia hanya bisa berdiri dari kejauhan, kantin disekolah sini sudah seperti di drama-drama Korea yang di tontonnya besar dan sudah disediakan makan siang sehingga sejauh ia memandang siang ini jam makan siang banyak siswa-siswi yang antri untuk mengambil makanan, jika ia kesana pasti akan menjadi pusat perhatian lagi. Dengan langkah gontai ia meninggal kantin besar itu hanya beberapa langkah setelah ia melihat di samping kantin besar itu, berdiri lagi bangunan terbuka seperti kantin layaknya disekolahnya dulu. Tidak terlalu ramai dan masih banyak bangku kosong. Ia memutuskan untuk ke kantin itu.
"Silakan mau pesan apa Neng?" Sambut seorang bapak paruh baya di depan standnya. Ada banyak pilihan menu makanan di kantin terbuka itu.
"Bakso sama teh tawar saja pak!"
"Baik Neng silakan duduk nanti saya antarkan"
Ia duduk di bangku kosong dekat stand penjual bakso sambil mengamati sekitar. Sambil menunggu pesanan disiapkan ia mengambil buku dari tasnya semacam buku panduan dan profil sekolah. Dibuka satu persatu halaman sampai ia tiba di halaman tentang beasiswa siswa prestasi, dengan gembira ia beri tanda dengan stabilo untuk syarat-syarat yang diperlukan. Dengan begitu ia tidak terlalu membebani kakak dan keluarga om Dani ia bisa mengajukan beasiswa. Setelah selalu memberi tanda di buku panduan itu seporsi bakso dan es teh tawar yang ia pesan datang. Ia melahapnya dengan cepat, sepupunya juga sudah keluar kelas ia memberi tahu jika masih di kantin sepupunya akan menyusul.

"Berapa pak bakso sama es tehnya?" Tanyanya setelah selesai makan.

"Lima belas ribu Neng"

Ia memberikan uang duapuluh ribu kepada bapak tukang bakso itu, sebelum mendengar keributan di bangku pojok seberang tempat ia duduk tadinya.

"Woy, Lo berani banget duduk di bangku kita" teriak seorang dari tiga siswa yang baru datang.

"Tadi bangkunya kosong jadi kami duduk disini" jawab siswa dengan tertunduk sambil mengambil piring makanannya dipindah ke meja sebelahnya.

Disekolah seperti ini masih ada yang sok penguasa batin Dita.

"Sudah biasa Neng mereka begitu" ujar si bapak penjual bakso.

Dita hanya mengangkat bahu, dan salah satu seorang dari geng itu menghampirinya.

"Karyawan baru ya? Pesen jus strawberry 1 sama jus jeruk 2 nggak pakai lama"

Kemudian kembali duduk di mejanya.

"Maaf ya Neng, mereka seperti itu!"

"Tidak apa-apa pak, oh iya saya bayar sekalian punya mereka jadi berapa pak?"

"Lah kenapa dibayarin Neng sudah diperlakukan seperti itu?"

"Biar mereka belajar menghargai orang lain pak"

Setelah disebutkan nominalnya, Dita kembali memberi uang pada bapak penjual bakso.

"Kembaliannya Neng?"

"Ambil saja buat bapak, tolong bapak berikan kertas ini ke mereka ya pak"
Di kertas kecil Dita menuliskan sebuah kalimat di titipkan ke bapak itu kemudian ia pergi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SketsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang