[15] Limabelas

2.2K 280 38
                                    

'Kalau kau terus mengetuk, suatu saat pintunya pasti akan terbuka.'

School 2017

.
.
.

Cahaya pagi begitu menusuk matanya yang masih tertutup. Perlahan dia membuka kedua kelopak matanya dan menyesuaikan silau cahaya yang masuk. Ah, lengan kanannya terasa pegal karena semalaman dia tertidur dengan lengannya yang menjadi bantalan.

Matanya terbuka dan melihat ke samping atas, merasa ada yang tengah menatapnya.

Iqbaal.

Mereka masih saling memandang, apalagi Iqbaal yang menatapnya dengan tatapan yang sebelumnya belum pernah lelaki itu berikan kepadanya.

Bibir itu tertarik ke atas, Iqbaal tersenyum kepadanya.

Iqbaal memberi senyuman?

Kepadanya?

Tersenyum?

(Namakamu) yang masih tidak tahu apa maksud dibalik senyuman Iqbaal hanya terdiam. Lama, lama lelaki itu tersenyum, membuat (Namakamu) juga tidak mengalihkan pandangannya.

"Mandi sana, kita berangkat kuliah bareng."

Kita?

Tubuh (Namakamu) mematung ketika Iqbaal mengacak lembut puncak rambutnya, apalagi lelaki itu mengucapkannya sambil terus diiringi senyumannya. Membuat (Namakamu) seketika ingin loncat dari pohon toge.

Melihat (Namakamu) masih terdiam, Iqbaal beranjak dari duduknya untuk pergi ke arah kamar mandi.

Soal kaki yang terkilir, entah kenapa, pagi tadi saat dia terbangun, kakinya sudah tidak terasa nyeri atau pegal, bahkan bisa digerakkan tanpa ada rasa sakit itu.

Mungkin perawatan dari (Namakamu) seharian kemarin membuat kakinya cepat sembuh.

"Lo- kaki lo?"

Iqbaal menghentikan langkahnya dan menatap (Namakamu) yang juga baru saja berdiri, lalu gadis itu berjalan pelan ke arah Iqbaal.

Iqbaal tersenyum.

"Udah sembuh, berkat lo."

"Sekali lagi, thanks (Namakamu)."

(Namakamu) menatap Iqbaal intens lalu menundukkan tubuhnya dan selanjutnya dia menyentil punggung kaki Iqbaal yang tadinya terkilir dengan jari tangan kanannya. Dengan cepat gadis itu berdiri lagi dan menatap Iqbaal was-was. Kali aja sentilannya mendapat balasan tendangan dari Iqbaal.

Iqbaal lalu mengangkat tangan kanannya dan membentuk jari-jari tangannya seperti (Namakamu) tadi, berupa sentilan.

Iqbaal berancang-ancang akan menyentil kening (Namakamu) dan membuat gadis itu dengan cepat memundurkan kepalanya sambil memejamkan matanya.

Lelaki itu terhenti dan terkekeh kecil, detik selanjutnya (Namakamu) malah merasakan kepalanya ada yang mengelusnya 'lagi'. Perlahan gadis itu membuka kedua matanya dan menatap Iqbaal dihadapannya.

"Gue simpen, buat gue bales nanti kalo gue perlu."

Ucapnya lalu pergi meninggalkan (Namakamu) yang masih mematung. Dilihatnya Iqbaal yang melangkah pergi dengan kaki yang baik-baik saja, berarti benar, lelaki itu sudah sembuh.

Namun perlahan tangannya yang sejak tadi mengenggam jam pasir terangkat, dia tersenyum menatap benda itu.

***

Pagi ini seperti apa yang Iqbaal katakan tadi, mereka akan berangkat bersama. Menggunakan motor Iqbaal.

Sebenarnya (Namakamu) masih bingung, Iqbaal kesambet apa gimana? Kok jadi super baik dan super lembut kepadanya? Itu yang ada dipikiran gadis cantik itu sejak tadi.

[2] My Perfect Girl || IDR ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang