Keputusan sore itu

6 1 0
                                    

Umam tak jua terpejam. Matanya terus memandang ke langit-langit kamar kosnya. Tak seperti biasa, siang itu ia tak bisa tidur siang, hal langka yang dialami mahasiswa seperti Umam.

"Apa aku harus terima tawaran itu? Apa aku bisa? Apa aku kuat? Apa aku layak? Apa aku ... bla... bla... bla..." Benak Umam tak tenang, banyak pertanyaan berseliweran.

"Woi. Ngapain? Ga usah dipikir deh, udah dijalani aja ya". Seru Ipin, teman Umam.

Sore itu Umam harus memutuskan apakah dia harus pindah dari kos untuk menerima tawaran menjadi marbot masjid atau tidak. Umam, seperti mahasiswa umumnya yang uang bulanannya sering telat, tentu tawaran itu lumayan. Sudah tinggalnya gratis, dapat dukungan finansial, siapa tak mau. Tapi, ada tanggung jawab yang harus dipikul dan tentu itu tidak ringan.

"Leh, jadi marbot itu kadang masuk surga duluan, kadang masuk neraka duluan", kata guru Umam.

"Maksudnya, ustadz?"

"Kan kalo masjid bersih, jasa marbotnya jadi diinget. Orang yang pergi ke masjid jadi senang. Nah kalo masjid kotor, kan marbotnya yang kena semprot. Hehehe", kekeh guru Umam sambil menghisap rokok kreteknya. Guru Umam memang nyentrik. Semasa kuliah dulu sering pindah dari satu masjid ke masjid lainnya, mengabdikan dirinya sebagai marbot.

"Pernah lho aku kerah bajuku ditarik ketua takmir gara-gara aku lupa nyapu dan ngepel sehari, cuma sehari lho. Eh, ternyata sekarang aku sering diundang ceramah sama orang itu. Lupa kayaknya aku dulu siapa, hehehe", kekehnya sambil meminum kopinya yang sudah dingin.

Umam menarik napas dalam-dalam. Dalam hati dia ingin terima tawaran itu, tapi takut kalau dia sebenarnya tak layak menerimanya. Sambil memejam mata, dia bayangkan muka kedua orang tuanya di desa yang sudah 3 bulan tak dia kunjungi. Dasar Bang Toyib zaman now, batin Umam.

Umam melihat jam di kamarnya, sudah hampir pukul 3 sore. Ia sambar telepon genggam disampingnya, ia tulis pesan ke ketua takmir untuk memberinya jawaban.

Cerita UmamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang