Hanya rentetan kesenangan

4 1 0
                                    

Seperti biasa, pagi itu Umam bersiap akan berangkat ke kampus. Selesai mandi, sambil berganti pakaian, Umam sempatkan mendengarkan beberapa lagu, sambil bernyanyi tentunya. Usai berganti pakaian, tas dan segala perlengkapan tak ada yang tertinggal, melangkahlah ia menuju parkiran motor samping masjid tempat ia tinggal. Dari parkiran itu keluarlah tunggangan Umam yang setia menemani kemana pun ia pergi.

Sambil memanaskan motornya, Umam memandangi rumah bu Tyas, beberapa meter dari pandangan Umam. Tak lama, keluarlah bu Tyas, sambil menyapa, "Mau ngampus? Hati-hati ya. Kalau lapar, cepetan pulang. Ibu masak banyak td", ujarnya sambil menyapu halaman rumahnya.

"Iya bu, tapi agak telat kayaknya. Ada acara, mau ada ospek, hehehe".

"Oalah, iya. Santai aja".

Meluncurlah Umam ke kampus. Sebelum masuk kampus, Umam mampir sebentar di toko alat tulis depan kampusnya. Terlihat ia memilih beberapa kertas bufalo aneka warna. Ia ambil empat lembar warna merah dan dua spidol hitam di sampingnya. Selesai membayarnya, ia segera menuju gedung terbesar di kampusnya, tempat dimana semua organisasi kampusnya berkumpul.

"Uda beli kertasnya bro? Buruan gih, kasih ke Lina, biar dia pake buat penugasan", terdengar ketua pelaksana Ospek memanggil Umam.

"Oke bro. Eh, si sekretaris mana? Aku mau minta perlengkapan, ada anak maba belum kebagian, nih".

"Ambil aja di kantor, sekalian bilang ke sekretaris, ntar siang kumpul. Ada yang perlu dibahas".
"Siap, 86 bro".

******
Sesampai depan pintu kantor yang dimaksud, hape Umam bergetar. Ia lihat, ada pesan dari salah satu dosen Umam.

"Mas siang ini temui saya di luar, saya lagi servis mobil saya di jalan Sekargadung."

Isi pesan itu membuat Umam harus izin lagi dari rapat persiapan Ospek. Dicarinya ketua pelaksana Ospek dan segera bergegas menemui dosennya.

Sampailah Umam di tempat yang dimaksud dosennya. Setelah berbincang sebentar, dosennya berkata,

"Hidup kita sebenarnya hanya rentetan kesenangan, rentetan kesenangan yang dirajut menjadi satu. Apa yang kamu senangi, lakukan. Ada lagi yang kamu senangi, lakukan saja. Yang tidak kamu senangi, atau tidak membuatmu nyaman, tinggalkan. Kamu merangkai apa saja yang kamu senangi untuk lakukan, kemudian kamu ajeg dalam pelaksanaan, itulah hidup".

Umam terdiam, memikirkan dalam-dalam perkataan tersebut. Lalu, apa yang disukai, disenangi Umam? Kalau hanya sedikit, tak masalah. Kalau banyak, perlukah semua itu dilakukan? Kuatkah, mampukah ia?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 16, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cerita UmamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang