prolog

33 4 10
                                    

"Sheril... lihat-lihat. Aku berhasil masuk!"

Dengan hati yang teramat sangat gembira, aku memperlihatkan formulir diterimanya aku di SMA favorit.

"Waah, hebat. Aku senang kamu diterima disini. Tapi, namaku ko belum dipanggil ya?"

"Tenang saja namamu pasti tak lama lagi dipanggil, lalu kamu juga pasti sekolah bersamaku lagi disini..."

Selang beberapa detik, nama Sheril Agatha Putri dipanggil oleh panitia pendaftaran.

"Nah, sudah kubilangkan?"

"Iya, kalau gitu aku kesana ya, dah..."

Sheril pergi ke ruang pendaftaran. Selang beberapa menit dia datang dengan air muka yang suram.

"Sheril? Kenapa wajahmu suram begitu?"

Sheril memberikan formulir hasil pendaftarannya, saat aku membacanya dengan teliti dan perlahan, aku menemukan satu kata 'DITERIMA'.

Sheril memelukku sambil tertawa riang. Anak ini kukira dia tak diterima disini.

"Hahaha, kita akan satu sekolah lagi untuk tiga tahun kedepan!!"

"Hah, ya ampun. Kau mengkhawatirkanku tadi. Aku kira kamu gak diterima"

"Hahaha, nggaklah bodoh. Aku kan lebih pintar darimu.."

Hmm. mulai dah, sifat sombongnya keluar. Sheril melepaskan pelukannya dan menatap mataku.

"Yah, kalau begitu sesuai janjiku aku akan mentraktir kamu es krim"

"Ok, kalo gitu aku mau yang rasa vanilla."

Janji itu Sheril buat bersamaku sebelum hari pendaftaran. Yah, mungkin dia berpikir bahwa aku terlalu bodoh untuk masuk kesini, tapi nyatanya diriku sudah diterima.

Oh iya, terlalu senang ditraktir jadi lupa deh. Sheril Agatha Putri, dia adalah tetangga rumahku sekaligus teman kecilku. Sheril itu ibaratkan Queen of girls, karena taulah dengan rambut hitam sebahunya ditambah bibir tipisnya membuat semua laki-laki melongo nyampe kemasukan lalat. Lalu aku? Dengan Sheril? Nggaklah, Sheril udah kaya Kakakku sendiri bahkan dari kecil.

                             •

"Es krimnya enak, tapi sayang waktunya gak pas"

Bagaimana mau pas? Di tengah hujan yang sangat deras dua orang malah makan es krim.

"Kita mah anti-mainstream banget ya Sher, orang lain minum kopi, teh anget, susu anget. Eh kita malah makan es krim nyampe giginya ngilu semua."

"Haha, kita gitu loh..."

Selang setengah jam hujan yang deras sudah mulai berhenti, aku dan Sheril pun pulang. Saat berjalan dipinggir trotoar ada sebuah kubangan dan didepan ada mobil yang melaju kencang. Seketika mobil itu lewat dan apa yang terjadi?
" Awas!"
Sheril melindungiku dari cipratan kubangan itu. Ya, Sheril yang melindungiku, memang seperti ini. Itu mengapa dia sudah bagaikan Kakakku sendiri.

"Kamu gak apa-apa?"

Sambil memegang kedua pundak Sheril, aku menatap matanya

"Sheril, sudah berapa kali kau menyelamatkanku? Apa aku benar-benar seorang laki-laki?"

Sheril mengerenyutkan dahinya dan tertawa.

"Hahaha, kamu ini kenapa sih? Kaya ngomong sama orang baru kenal aja. Dengar, kamu benar-benar Seorang Laki-laki dan kamu itu sesuatu yang sangat berharga bagiku. Yang aku lakukan tak pernah sebanding dengan apa yang kamu lakukan saat kita masih kecil, Terima kasih. Yah, ayo pulang entar keburu sore lagi"

Dia menarik tanganku sambil tertawa riang. yah, begitulah sikapnya aku menyayanginya.

                             •

"Ibu aku pulang..."

"Iya, masuk..."

"Aku sama Sheril bu..." sambil membuka sepatu.

"Bawa masuk, kita makan malam bersama!"

"Nah, Sheril denger kan? Ayo masuk, jangan sungkan. Lagi pula baju kamu kan basah"

"I-iya, terima kasih."

"Hai ibu, sekarang kita makan sama apa?"

"Seperti bi.., Ya ampun Sheril kamu kenapa basah kuyup? Hujan-hujanan?"

"Ahaha, enggak Tan. Tadi kena cipratan mobil jadi gini deh"

"Oh gitu, ya udah mandi dulu sana entar masuk angin lagi. Kamu juga ambilin baju ganti buat Sheril lah, gimana sih?!"

Ya elah ibu, anak ibu yang ini loh. Serasa diduain banget. Eh nggak deh, serasa dipilih kasihin. Ya ampuun.

For You BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang