FIVE

246 50 8
                                    

Yein baru menyadari bahwa ia sudah sampai di pintu utama rumahnya ketika Yoongi membukakan pintu di sebelah kirinya.

Sejak dari bandara, Yein tidak dapat berpikir jernih. Pikirannya melayang-layang, memikirkan banyak hal. Tentang kehidupannya, tentang perasaannya, tentang rasa cintanya dan tentang lelaki bernama Jeon Jungkook.

Dengan sisa-sisa kewarasan yang ia punya, Yein berjalan menaiki anak tangga di lobi rumahnya. Sederet asisten rumah tangga telah menunggu kedatangannya, tak terkecuali Kim Mi Kyung, pengasuh Yein sejak kecil.

Merasa dirinya diikuti oleh Jiae, Yein memutar badan. "Eonni tak perlu mengantarku. Istirahatlah eonni! Besok akan menjadi hari yang melelahkan. Kau harus mempersiapkan diri. Barangkali eonni yang akan mendapatkan buket bunga saat acara pelemparan bunga nanti." Sebelah matanya mengedip untuk menggoda Jiae.

Jiae yang ingin menyangkal justru merasa malu ketika Yein menggodanya. Bahkan di saat genting seperti ini, sang nona muda masih sempat membuat wajahnya memerah.

"Temui aku esok hari untuk membuatku cantik eonni-ya." Yein mengakhiri percakapan satu arahnya dengan Jiae. Kemudian ia berjalan yang diikuti oleh para asisten rumah tangganya.

Setelah membersihkan diri dan meminum vitamin yang diberikan Kim ahjumma, Yein bersiap untuk tidur. Namun bahkan setelah 30 menit membaringkan diri, kedua matanya enggan untuk terpejam. Kegelisahan masih menyelimuti dirinya.

Kini Yein terduduk dengan posisi tubuh bersandar di kepala tempat tidur. Tangannya terulur meraih ponsel di nakas samping kirinya. Jari-jari lentik bergerak memainkan ponsel hingga pergerakannya terhenti saat layar ponsel menampilkan foto-foto Yein dan Jungkook yang sedang berkencan siang tadi.

Satu persatu kenangan tentang dirinya dan Jungkook sejak masa kecil hingga ciuman perpisahan mereka kembali terulang. Tanpa Yein sadari air mata menganak sungai dari kedua matanya.

Dan tangis itu berubah menjadi sebuah isakan pilu yang memenuhi kamar hingga akhirnya Yein bergelung dan tertidur seraya memeluk erat ponsel yang menampilkan foto Yein dan Jungkook tersenyum ke arah kamera.

***

"Hyung! Bagaimana kau bisa tahu bahwa nona Jung pergi ke Jepang?" tanya Kim Jibeom penasaran, tangannya bergerak membolak-balikkan daging di panggangan.

Jungkook menegak sojunya dan menjawab. "Dia meninggalkan petunjuk."

"Petunjuk? Petunjuk apa? Aku tidak melihat petunjuk apapun. Kali ini nona benar-benar pintar!" Puji Jibeom. "Ia sama sekali tidak menggunakan kartu kreditnya, bahkan tiket pesawat dan hotel pun dibayar dengan uang tunai melalui pihak ketiga. Lalu, menyamar dengan menggunakan baju dan barang-barang lain yang tak bermerk. Oh belum lagi, nona menghindari lokasi yang terpasang CCTV sehingga tidak terekam dan sulit untuk ditelusuri jejaknya. Nona Jung benar-benar belajar dari kesalahannya."

"Tapi dia melakukan kesalahan." Jungkook sudah selesai menuang soju entah yang ke berapa kali dan kembali menegak minuman memabukan tersebut.

Jibeom menatap Jungkook lamat, menuntut jawaban atas pertanyaan sang atasan.

"Kemejanya. Yein menggunakan kemeja kotak-kotak."

"Aaaah. . . Kemeja lusuh itu. Siapapun tidak akan menyangka kalau putri tunggal keluarga Jung akan memakai pakaian seperti itu," sahut Jibeom mengingat kembali rekaman video dimana seorang gadis berkemeja kotak-kotak kebesaran dan distressed jeans dengan rambut tergerai yang tertutupi topi hitam melakukan registrasi boarding di loket bandara.

"Lalu bagaimana hyung tahu bahwa itu adalah nona Jung?" Jibeom kembali bertanya. Ia semakin bingung.

Kali ini Jungkook terdiam tidak menjawab. Jibeom menatap Jungkook awas. Matanya memperhatikan Jungkook yang sedang mengangkat botol soju.

"Aku tidak menyangka ternyata hubunganmu dengan nona benar-benar sangat dekat. Bahkan hyung mengetahui bahwa nona memiliki baju seperti itu."

Pergerakan Jungkook terhenti, tangannya yang memegang gelas berisi soju menggantung di udara.

Ingatan Jungkook berputar kembali ke masa saat ia memakaikan kemeja kotak-kotak tersebut pada Yein yang kehujanan. Yein yang marah seusai pesta ulang tahunnya yang ke 20 karena Jungkook berhalangan hadir hanya bisa menggerutu di taman belakang rumahnya masih lengkap dengan gaun pestanya.

Tidak sadar bahwa Yein tidak hanya seorang sendiri di taman, sang gadis Jung menangis dan berteriak menuangkan rasa kesalnya. Kegiatannya terhenti ketika ia menemukan sesosok pria yang menjadi sumber amarahnya. Bisa Yein lihat, sang pria berjalan ke arahnya dengan kedua tangan penuh bingkisan. Sebuket bunga mawar merah dan kantung kertas bertuliskan Victoria's Secret yang diketahui Yein setelahnya berisi Noir Tease, parfum yang amat disukai Jungkook.

Malam itu pun dihiasi dengan omelan Yein kepada Jungkook hingga akhirnya hujan mulai membasahi Seoul. Lalu dengan yang penuh dengan kekhawatiran, Jungkook melepas kemeja yang ia kenakan untuk kemudian menyampirkannya ke tubuh Yein yang mulai menggigil. Sebuah kecupan di dahi pun menjadi penutup hari itu.

Dan ya! Kemeja itu milik Jungkook.

"Hyung! Hyungnim! Jungkook hyung!" Panggil Jibeom berulang kali. Jungkook bergedik dan tersadar dari lamunannya.

Seketika seleranya hilang, perlahan ia menurunkan tangan untuk meletakkan gelasnya kembali dan menghela napas panjang. Ternyata ia masih merasa sesak. Bahkan ketika seharusnya ia sudah tidak bisa mengingat apapun lagi.

"Kau sepertinya sudah mulai mabuk, hyung. Lebih baik kita pulang sekarang," ajak Jibeom mulai cemas dengan kondisi Jungkook. Bisa ia dengar suara Jungkook yang parau.

"Mengapa Jibeom-ah? Mengapa ini sakit sekali?" Wajah Jungkook tertunduk. Ia mulai meracau dan terisak. Tangannya memukul-mukul dadanya untuk mengurangi rasa sesak.

Jibeom yang tidak pernah melihat kondisi Jungkook seperti ini sebelumnya hanya bisa meringgis. Jungkook sudah benar-benar mabuk, pikirnya.

***

TO BE CONTINUED

nyeneningin readers dulu sebelum pamit kalo-kalo minggu depan aku updatenya lama hahahahaha. ada tugas negara yg harus dikerjakan dan bisa jd akunya ngga sempet update.

thankyou yang udah mau baca jgn lupa vote dan komennya. maaf ya ceritanya makin gaje. ditunggu update selanjutnya.

love love  RHP

Too Good at GoodbyeWhere stories live. Discover now