THREE

272 50 10
                                    


"Aku mau naik itu!"

"Aku ingin ke sana!"

"Oppa tolong fotokan aku di sini!"

"Jungkook oppa, aku ingin permen kapas!"

"Ayo kita naik ini sekali lagi!"

"Oppa lelah? Kita istirahat dulu saja ya."

"Ah aku ingin boneka kelinci itu!"

"Kemari oppa ayo kita foto bersama!"

"Jungkook oppa ini menyenangkan!"

"Terimakasih oppa, Jungkook oppa jjang!"

Sepanjang hari itu Yein berceloteh dan benar-benar menikmati kencan sehari mereka. Anggap saja seperti itu.

Jungkook pun hanya mengikuti keinginan Yein. Senyum yang membuat ia semakin tampan  tak pernah lepas dari wajahnya.

"Sampai kapan oppa akan tersenyum seperti itu?" Tanya Yein sinis saat ia sedang menikmati satu cone es krim di salah satu kedai es krim yang berdekatan dengan taman bunga.

Kedua alis Jungkook terangkat, tidak mengerti dengan pertanyaan Yein. Tangan kirinya terangkat untuk kemudian membersihkan sisa-sisa es krim di tepi bibir Yein. Si gadis Jung menghela napas sebelum ia menjelaskan maksudnya.

"Apa oppa tidak menyadarinya? Sejak tadi gadis-gadis lain sibuk mencuri pandang ke arah oppa!"

"Oh, jeongmal?" Jungkook menanggapi acuh. Ia sedang mengisapi sisa es krim di ibu jarinya.

"Dasar lelaki sok tampan!" Cibir Yein kesal.

"Aku memang tampan, mereka benar-benar memiliki penglihatan yang baik."

"Aku sudah selesai menghabiskan es krim ku," sahut Yein menghiraukan pernyataan Jungkook. "Aku ingin ke toilet, setelah itu kita menunggu untuk pertunjukkan kembang api. Satu jam lagi acaranya akan di mulai kan?"

Tidak ada ucapan balasan yang terlontar, Jungkook hanya mengangguk sebagai isyarat. Ia sadar, sisa waktu yang ia miliki sudah tidak banyak.

***

"Sepertinya di sini merupakan tempat yang paling cocok untuk menikmati pertunjukkan kembang api."

Keduanya kini berada di tengah-tengah jembatan yang terletak di sebrang istana kerajaan. Pemandangan taman bermain tampak indah dari tempat mereka berdiri.

Tangan Yein berpangku pada pembatas jembatan dan pandangan matanya lurus memerhatikan cahaya bulan purnama dari pantulan air sungai yang tenang.

"Apa ada hal yang ingin oppa katakan?" Tanpa mengalihkan pandangannya Yein bertanya. Nada bicara Yein masih riang seperti tadi siang saat ia menaiki komidi putar, namun Jungkook sudah lebih paham bahwa kalimat itu mengandung kesedihan yang dalam.

Ini waktunya perpisahan.

"Apa maksudmu?" Jungkook balik bertanya. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku untuk mengurangi kegugupan.

"Jangan berpura-pura! Katakan saja! Dan dengan begitu aku tidak akan pernah menyesali keputusanku untuk melupakanmu."

Jungkook tersenyum miring mendengar Yein mengatakan hal tersebut. Ternyata ia yang tidak siap dengan perpisahan ini.

"Yein-ah," panggil Jungkook meminta perhatian Yein. Masih dengan senyuman manis di wajahnya, Yein memutar badan dan menatap Jungkook.

"Terimakasih untuk segalanya. Kau tahu pasti, berapa besar aku menyayangimu kan, adikku?" Jungkook menepuk pelan puncak kepala Yein.

Mata Yein mengerjap beberapa saat. "Hanya itu?" Tanya Yein heran, Jungkook mengangguk sebagai balasan. 

"Kalau begitu biar aku saja yang mengatakannya." 

Napas Jungkook tercekat satu detik. 

"Darimana aku harus memulai?" Yein berpikir sesaat, "Ah! Tentu dari ucapan terimakasih bukan? Aku dididik untuk selalu menjadi anak yang memiliki sopan santun."

Jungkook terdiam tidak membalas, mata coklatnya menatap Yein intens. Menunggu dengan gelisah kalimat yang akan Yein ucapkan selanjutnya.

"Terimakasih Jungkook oppaOppa terhebat yang selalu Jung Yein miliki. Kebanggaan keluarga besar Jung, tangan kanan kesayangan appa yang selalu membanggakan. Apapun yang appa inginkan, oppa selalu bisa memenuhinya." Yein menggigit bibir sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Terimakasih untuk hari-hari menyenangkan yang telah kita lewati bersama. Dan terimakasih karena oppa sudah memenuhi keinginan terbesarku. Pergi ke taman bermain bersamamu. Sungguh, ini kencan yang menyenangkan!"

Lalu tangan Yein mulai menggosok-gosok lengan atasnya untuk menghalau rasa dingin yang tiba-tiba datang menyergap. Tak seharusnya ia mengenakan baju terbuka dan celana pendek.

"Tapi . . ." Yein menghela napas sebelum melanjutkan, "Perlu kau ketahui, sampai kapan pun kau bukanlah oppa ku, Jeon Jungkook. Bagiku, baik dulu, sekarang dan seterusnya kau adalah seorang lelaki yang aku cintai bahkan sebelum aku benar-benar mengerti cinta itu seperti apa." kalimat yang Yein ucapkan berhasil menohok Jungkook.

"Aku berhak bahagia, dan aku berhak mencintaimu selamanya. Kau boleh menghiraukanku tapi kau tak berhak melarangku untuk mencintaimu."

"Setelah ini . . . Jangan pernah menggangguku lagi, Jeon! Kau yang memilihkan jalan untukku, maka aku akan mengikuti pilihanmu. Mulai saat ini, aku akan berbahagia dengan caraku." Yein mengakhiri perpisahannya dengan lugas.

Kemudian ia berbalik untuk pergi menjauh, sekuat tenaga Yein menahan air mata yang sudah berada di pelupuk matanya. Ia tak ingin kembali rapuh di hadapan lelaki tersebut.

Cengkraman dan tarikan paksa di tangan kiri Yein menyebabkan tubuhnya berputar kembali menghadap Jungkook. Jengah dengan perlakuan kasar Jungkook, Yein berusaha melepaskan diri.

"Kenapa kau selalu membuatku gila, Jung Yein?" tanya Jungkook ketika ia mendapati mata bulat Yein yang menatapnya kesal.

Yein sudah akan memaki Jungkook ketika ia merasakan sesuatu yang kenyal membungkam bibirnya kasar. Jungkook mencium dirinya lamat. Memaksa Yein untuk membuka mulut dan menuntut ciuman balasan.

Bagai kehilangan akal, Yein balas mencium Jungkook. Mereka bercumbu seperti tidak akan ada hari esok. Dan nyatanya, mereka benar-benar tidak memiliki hari esok.

Diiringi dengan kembang api yang memenuhi langit serta rasa asin yang Jungkook kecap dari air mata Yein yang terus menetes, keduanya menyalurkan rasa cinta yang terlalu lama mereka pendam.

***

TO BE CONTINUED



ternyata aku ngga jd males ngepost di weekend, cerita ini berlanjut lagi. asek ngga? ngefeel ngga kalian?

ssstttt ini rahasia, masa lalu mereka bakal aku ungkap disana ;)

love love RHP

Too Good at GoodbyeWhere stories live. Discover now