01

9 1 1
                                    

Hello!!
Enjoy reading this story.

🎸🎸🎸

Sudah satu bulan lebih Liza resmi menjadi siswi SMA Husada Bakti, tetapi ia belum juga memilih 1 pun ekstrakurikuler yang ada di sekolahnya. Tidak seperti murid baru kebanyakan, yang selalu excited bergabung ekstrakurikuler yang menurut mereka sesuai dengan minat dan bakat. Ada juga yang memilih bergabung dengan ekstrakurikuler yang dapat membuat mereka menjadi hits di sekolah.

Liza enggan, ia lebih nyaman menekuni hobi nya dalam kesendirian.

"Za, temenin gue ke kelas XI yuk."

Liza menautkan kedua alisnya, "Mau ngapain?"

"Gue mau izin ke Kak Devon nanti nggak bisa ikut latihan dulu."

"Kan bisa lewat grup atau pc aja."

"Ihh, lo mah nggak ngerti banget sih. Gue kan sekalian mau liat kakak kakak ganteng," ujarnya Kalya kesal.

"Huh, ya udah."

"Good. Oke let's go!!"

Liza dan Kalya pun berjalan munuju kelas Devon yang berada di lantai 3. Sesampainya di ujung tangga lantai 3, gerakan mereka terhenti.

Rusuh. Itu lah yang terlintas di benak mereka saat melihat betapa rusuhnya para kakak kelas mereka.

Ada yang sedang bernyanyi bersama di kuris panjang yang tersedia di setiap koridor depan kelas mereka sambil memukul ember dengan gagang pengki. Ada gerombolan cewe yang sedang tertawa dengan ponsel sebagai sumbernya, sambil meneriakkan 'ihhh ganteng banget' 'oppa saranghae' 'tatapan mu melemahkan ku' dan ada yang sedang kejar kejaran sepanjang koridor lantai 3 ini.

"Kal, gc kelasnya mana?"

Kalya menoleh, "Ah? Oh iya ayo itu kelasnya."

Mereka pun melangkah menuju kelas yang di depan nya terdapat gerombolan laki-laki yang sedang bernyanyi bersama tadi.

"Em, permisi ya kak." ucap Kalya, sedikit membungkuk yang diikuti oleh Liza.

"Eh ada Kalya, mau ngapain nih? Nyariin gue ya?"

Kalya menoleh pada Liza dengan tatapan 'ewh'.

"Eh jangan godain dede gemes, Jan!" seru laki-laki yang wajahnya sedikit kotak, mirip adudu.

"Yaelah, dikit aja sih, masa nggak boleh. Ya nggak Kalya?" goda laki-laki yang dipanggil Jan itu.

"Et si Ojan batu banget dikasih tau nya lo!" geram si muka kotak.

"Em maaf kak, mau tanya. Kak Devonnya ada?" tanya Liza yang sudah gemas melihat perdebatan kakak kelasnya itu, dan keterdiaman Kalya menyaksikan kakak kelasnya itu.

"Oh mau nyari si, Depon. Ya udah bentar ya gue panggilin dulu." setelah itu kak Ojan masuk kedalam kelasnya, meneriakkan nama Devon.

"Pon!! Ada degem nih nyariin!" serunya yang membuat semua orang yang berada disekitar menoleh ke arah Kalya dan Liza.

"Apa banget sih." gumam Liza kesal.

"Eh ya ampun malu-maluin banget kak Ojan." bisik Kalya pada Liza.

"Lo juga malu-maluin gue. Pake bengong segala lo."

"Hehe, maaf ya Za. Abis tadi gue terpana liat kakak cogan berdebat," ujarnya sambil tersenyum malu.

"Buset si Ojan. Maapin temen gue ya, maklum rada rada."

Kalya langsung menoleh pada kakak kelasnya yang bermuka kotak, "Eh iya kak nggak papa." tersenyum malu-malu.

"Siapa yang nyari?" tanya Devon menghampiri Ojan yang berdiri di dekat pintu.

Ojan mengarah kan tangannya keluar kelas, menunjuk Liza.

Liza mengernyit, "Kok gue?" bisiknya pada Kalya.

"Najis, pd banget."

Devon pun menghampiri Liza dan Kalya.

"Ada perlu apa?" tanya Devon pada Liza.

"Eh, bukan gue kak. Ini si Kalya yang mau ketemu." jelas Liza gelagapan.

"Alah, ngeles aja. Tadi lo yang nyariin di Devon."

Devon menatap Liza dengan alis terangkat.

"Iya, tap-"

"Siapa nama lo?" sela Devon.

"Gue kak?" menunjuk dirinya sendiri, untuk memastikan.

Devon mengangguk singkat.

Liza pun menoleh pada Kalya untuk meminta bantuan agar Kalya dapat menjelaskan kalau dia yang mempunyai keperluan dengan Kak Devon ini.

Tapi sayang, Kalya hanya diam menatap Devon. Lagi-lagi Kalya terpana melihat kakak kelasnya.

Ya, Liza akui kalau Kalya sangat lemah. Lemah terhadap cogan. Dan menurut Liza itu terlalu berlebihan.

"Gue nanya!" ketus Devon yang sepertinya sudah mulai kesal karena diabaikan.

"Liza."

"Mau ngapain? Kalo nggak penting mending pergi."

Liza membeliakkan bola matanya.

"Hah?!" ia menoleh kesekitar, dan mereka memperhatikan kejadian yang sedang terjadi ini.

"Dasar lenjeh! Buang waktu gue aja lo."

Setelah berkata kasar seperti itu, Devon langsung kembali ke kelas nya. Tanpa memperdulikan keadaan sekitar.

Kini Liza benar-benar dibuat kesal sekaligus malu oleh Devon, kakak kelas yang menurut nya sok kegantengan.

Tanpa bekata apapun, Liza langsung meninggalkan Kalya yang masih memperhatikan punggung Devon yang menjauh.

Sorak sorai pun menggema. Membuat Kalya tersadar. Ia menoleh, Liza sudah tidak ada disampingnya. Ia menoleh ke arah tangga, dan melihat Liza yang terburu-buru menuruni anak tangga.

"Liza tungguin gue!!" mengejar Liza yang berjalan dengan langkah lebar dan penuh dengan hentakan.

"Lo kenapa sih?" tanya Kalya setelah berhasil mensejajarkan langkah nya.

Liza tidak menjawab. Ia langsung masuk ke dalam toilet siswi lantai 2, menutup pintu sedikit keras.

"Ih Liza, gue nanya juga." kesal Kalya.

"Eh tunggu, gue kan belum ngomong sama Kak Devon buat izin. Haduh si Liza sih! Gak jelas banget tuh bocah." gerutu Kalya yang sama sekali tidak menyadari kejadian memalukan tadi.

🎸🎸🎸

Hai, semoga senang ☺

Salam,
rumaisya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Guitar GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang