1

14 2 2
                                    


Arie menghempaskan tubuhnya ke kursi. Dia menegak habis air mineral yang isinya tinggal setengah itu. Rasa penat menggelayutinya. Tidurnya semalam belum cukup. Dia bangun pagi-pagi benar karena harus berlatih dengan anggota band-nya untuk tampil di Eiffel cafe nanti malam. Waktu istirahat 15 menit dari Ranti, manajer band merangkap vokalis band juga, dirasa sangat tidak cukup. Arie butuh tidur lama. Semacam hibernasi di kalangan beruang. Yahhh.. tidak ada yang menyangka bahwa mengajar privat piano lelahnya melebihi orang kerja kantoran. Apalagi kalau hari Sabtu. Hari libur bagi kebanyakan siswa dan pekerja kantoran, justru menjadi hari tersibuk bagi seorang guru musik. Sabtu kemarin, Arie mengajar full sejak pukul  7.30 pagi sampai pukul 6 sore. Dengan hanya jeda setengah jam untuk makan siang, berarti Arie bekerja 10 jam!

Oke, bukannya Arie tidak bersyukur. Dia bersyukur. Amat sangat bersyukur. Dia melakukan dua hal yang sangat disukainya, mengajar dan bermain piano, sambil mendapatkan bayaran pula. Kan banyak yang bilang kalau pekerjaan yang paling menyenangkan adalah melakukan hobi yang dibayar. Jadi, ya, Arie bersyukur. Tapi, jujur, dia lelah. Sudah beberapa kali dia mengeluh mengenai jadwal mengajarnya yang padat dan kebutuhan akan guru baru kepada pemilik Sekolah Musik Melodius, tempat dia mengajar, tapi Bu Nana belum juga merespon keluhannya.
Arie meraih ponselnya. Sejak semalam, pulang mengajar, dia belum sempat memeriksa ponselnya.

Keningnya berkerut membaca satu pesan di WhatsApp. Pesan dari Santi, bagian admin di Sekolah Musik Melodius.

Santi: Kak Arie, mulai Senin ada murid baru ya. Namanya Rinko, umur 28 tahun. Dia sama sekali belum pernah belajar musik. Dia mau kursus setiap hari (Senin-Sabtu) full satu bulan supaya bisa main lagu Rainbow Garden-nya Hana Yama di pesta pernikahan. Saya atur di jam terakhir aja, kan Kak Arie muridnya banyak. Hehehe...

Belum pernah main musik tapi mau memainkan lagu Rainbow Garden??? Arie menggeleng-gelengkan kepalanya. Lagu itu termasuk kategori sulit, bahkan untuk siswa yang sudah belajar piano selama tiga atau empat tahun. Mengajari seseorang yang belum pernah belajar piano sama sekali untuk memainkan lagu itu hanya dalam waktu satu bulan, rasanya tidak mungkin. Jemari Arie bergerak cepat, bermaksud mengetik penolakan untuk calon murid yang mustahil ini. Tapi.. tunggu dulu. Arie men-scroll ke bawah.

Oke.

Loh? Kenapa bisa ada jawaban 'oke' darinya?! Dia merasa tidak pernah membalas pesan ini.

Sip 😃

Itu balasan dari Santi.

Arie memeriksa jam saat pesan persetujuan itu dia kirimkan. Jam 11 malam. Pantas saja! Pasti dia tidak sadar telah terbangun dari tidurnya, membaca pesan itu, dan menyetujuinya. Dia menghela napas kesal. Bertambah lagi kerjaannya!

"Bro, napa sih? Tampang lo lecek amat?" Kevin, si pemain bass, duduk di sebelah Arie.

"Capek."

"Cari pacar gih sana. Tambah lama tambah lecek aja tuh muka."

Arie tertawa pelan. Mencari pacar adalah pilihan terakhir dalam hidupnya saat ini. Dia tidak punya waktu. Dengan jadwal mengajar yang penuh dari Senin sampai Sabtu, ditambah lagi kesibukan manggung dari cafe ke cafe di hari Minggu menjadikan Arie sama sekali tidak punya waktu untuk berpacaran.

"Tuh Maya tuh. Sinyal-nya udah jelas banget, Bro. Lo tinggal minta, belum selesai kalimatnya, dia pasti udah mau." Kevin terkekeh.

Arie ikut terkekeh. Dia melirik Maya, vokalis utama band mereka, yang langsung tersenyum manis saat sadar tengah diliriknya. Dia sadar sekali kalau Maya menyukainya. Maya gadis yang cantik, kalem, dan berambut panjang. Tipe kesukaannya memang.

"Nggak lah, Bro." Balas Arie.

"Kenapa?"

"Nggak ada waktu gue. Gue kerja dari Senin sampai Sabtu, hari Minggu seringnya ngapelin elo sama band  kita. Kasian pacaran sama gue, lebih sering gue anggurin doang."

Rainbow GardenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang