1

26 1 0
                                    


Apa yang kau lakukan ketika menangis? Apakah meraung-raung? Menangis sambil menjelaskan kepada orang penyebab kau menangis atau menangis dalam diam, menangis tanpa menimbulkan suara?

Sebenarnya ada banyak cara untuk mengungkapkan kekesalan, kekecewaan, atau kebahagiaan, dan lainnya. Tapi untuk sebagian orang menangis adalah pilihannya. Seperti yang aku lakukan sekarang, menangis di dalam kamar, sendirian, dan tidak menimbulkan suara sekecil apapun. Mau tahu penyebab aku menangis? Aku menangis karena merindukan Ayah dan Ibuku. Aku sangat rindu dengan mereka. Sejak mereka meninggal 6 bulan yang lalu, aku selalu merasa kesepian. Setiap aku mengatakan hal ini, Bibi Lee selalu menyentil dahiku. Tapi setelah itu dia memelukku erat, menangis sambil mengelus kepalaku. Lalu dia mengatakan kalau aku tidak sendirian, masih ada dirinya dan keluarganya. Tapi tetap saja, di usiaku yang menginjak 16 tahun, aku masih membutuhkan kasih sayang orang tua. Ah, sudahlah. Lagipula aku masih memiliki Hyumin-oppa.

Tok, tok

Ketukan pintu kamar membuatku terkejut. Buru-buru aku mengusap pipiku yang basah dan langsung menarik selimut sampai leher, berpura-pura tidur. Tidak lama aku mendengar pintu dibuka, aku memejamkan mata. Lalu aku merasakan Hyumin-oppa duduk dengan sangat hati-hati di kasurku. Aku mendengar helaan napasnya seiring dengan elusan tangannya di puncak kepalaku.

Helaan napasnya terdengar sangat berat, seakan ada beban berat yang menekan dadanya. Seketika perasaan bersalah muncul, aku terlalu membebani Oppa dengan tangisanku yang sebenarnya tidak berguna, tingkahku yang terlalu kekanakkan. Aku tidak mencoba untuk menjadi sedikit lebih dewasa.

Dengan satu gerakan cepat, aku membalikkan tubuh dan memeluk tubuh Hyumin-oppa, menangis lagi di pelukannya, "M-mianhae, oppa. Aku telah menjadi beban untukmu,"

Kurasakan kedua tangannya memelukku erat, seakan tidak mau aku menghilang barang sedetik pun. Apa yang telah aku lakukan? Oppa pasti terbebani olehku.

"Ani, aku tak pernah menjadikanmu bebanku. Aku bahkan tidak pernah sekali pun berpikir kalau kau adalah bebanku. Kau itu satu-satunya keluarga yang aku miliki sekarang. Aku mohon, jangan pernah berpikir atau mengatakan hal seperti itu lagi,"

Tangisanku mengeras, aku meremas sweater rajut yang oppa kenakan.

"Jangan menangis. Aku disini. Jangan menangis seperti itu atau dadamu akan terasa sakit," ucap Hyumin-oppa lembut.

Suaranya membuatku mengantuk.

Hyumin's Pov (Point Of View)

Dengkuran halus terdengar di bawahku. Yah, itulah kebiasaannya yang tidak pernah berubah. Setiap kali selesai menangis dia akan langsung tertidur dimana saja, sekali pun dia sedang di tengah padang rumput, dia akan tertidur di atas rerumputan ditemani cahaya matahari.

Tanganku masih melingkar di tubuhnya. Tidak berpikir untuk melepaskannya walau hanya sebentar. Tahun ini adalah tahun terberat bagi kami berdua, terutama bagi Hyera.

Aku melirik Hyera yang menjadikan lenganku sebagai bantal tidurnya. Dia begitu damai ketika tidur. Aku mendaratkan sebuah kecupan ringan di dahinya. Perlahan aku melepas pelukan dan membiarkannya tidur dengan nyaman di ranjangnya sementara aku keluar dari kamarnya.

Hanya sebentar, aku mengedarkan pandangan ke sekeliling apartemen. Ya, sejak Appa dan Eomma meninggal, kami tinggal di salah satu unit apartemen milik keluarga Lee. Lee abeonim adalah sahabat Appa sejak kecil. Lee abeonim memberikan apartemen ini secara cuma-cuma dan mereka juga yang memenuhi segala kebutuhan kami, dalam artian lain mereka mengasuh kami.

Dahaga, membuat kakiku bergerak mengarah dapur untuk sekedar meneguk segelas air. Lagu Safety Pin milik band beraliran pop rock asal Australia, 5 Seconds of Summer mengalun dari ponselku, menandakan masuknya sebuah panggilan. Nama Im Chaeri tertera di layar ponsel.

StrongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang