A/n: mulmed hanya untuk menyegarkan mata author yang sudah lelah dengan kehidupan fisika dan kimia :v *curhat*
* * * * * *
6 bulan yang lalu ...
11.41
Rumah Keluarga Park. Ilsan
"Eomma! Aku pulang!"
Hyera melepas sepatunya dan menentengnya ke dalam. Keadaan rumah siang itu tidak terlihat seperti biasanya. Padahal biasanya Unji, anjing jenis bichon peliharaan keluarga akan menggonggong setiap anggota keluarga datang.
"Unji-ya! Kau dimana?"
Tidak ada jawaban. Rumah yang biasanya selalu dipenuhi gelak tawa terdengar hening hari itu.
Hyera mengerutkan dahinya.
Kemana semua orang? Ah, mungkin karena aku pulang lebih cepat dari sekolah, batin Hyera.
Sebisa mungkin Hyera berpikir positif. Tapi mau sekeras apapun dirinya berusaha, tetap ada yang terasa janggal dari keadaan rumah hari ini.
Akhirnya Hyera memutuskan untuk beristirahat sejenak di kamarnya. Ketika melewati ruang keluarga yang dirangkap menjadi ruang tamu, mata beriris cokelat gelapnya menangkap kehadiran sebuah sticky notes yang ditempel di layar televisi.
"Apa ini?"
Tangannya mencabut sticky notes berwarna biru itu. Disana tertulis bahwa dirinya harus bergegas ke sebuah alamat yang tertera juga di bawahnya. Hyera tidak memiliki ide sama sekali tempat apa yang akan dituju. Hyera tidak ingin memikirkan apapun sekarang.
Setelah mengganti seragamnya dengan baju kasual, Hyera kembali keluar rumah dan secepat mungkin menuju ke alamat tersebut dengan menggunakan taksi.
Perjalanan memakan waktu 30 menit karena letak tempat yang berada di pinggir kota.
"Gamsahabnida," ucap Hyera sembari memberikan uang kepada supir taksi.
Begitu keluar dari taksi, betapa terkejutnya Hyera kala mengetahui bahwa tempat yang dimaksud adalah sebuah rumah sakit yang bisa dibilang cukup megah untuk rumah sakit yang berada di pinggiran kota.
Arsitektur Eropa terasa sangat kental di pilar-pilar bangunan rumah sakit, membuat rumah sakit itu lebih terlihat seperti hotel.
Hyera memberanikan dirinya untuk melangkah masuk ke dalam rumah sakit. Matanya masih sibuk menelusuri setiap sudut rumah sakit itu.
"Park Hyera?"
Sebuah suara bariton mengejutkan Hyera.
"Ggamjagiya!" Seru Hyera dengan tangan di dadanya.
"Jeoseonghabnida. Perkenalkan namaku Taegu. Kau betul Park Hyera? Ayahmu menyuruhku untuk menjemputmu di sini," ujar namja tampan itu.
"Oh! Appa! Ada apa dengan mereka?! Kenapa mereka menyuruhku kesini?!"
Taegu menipiskan bibirnya. "Maaf, tapi aku tidak mendapat perintah untuk menjelaskan apapun padamu. Ikuti aku saja,"
Hyera tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti Taegu berjalan di lorong rumah sakit. Serasa begitu jauh mereka berjalan karena lorong yang berliku-liku.
Mereka berhenti di sebuah pintu putih kembar dengan kenop pintu berukiran cantik.
"Silahkan masuk," ucap Taegu sambil membungkuk.
"Kau?"
"Aku hanya mendapat perintah untuk mengantarmu sampai sini," ucap Taegu.
Hyera mengerutkan keningnya. Sejak bertemu, Taegu hanya bilang 'mendapat perintah'.
