1. Hari ini

451 70 6
                                    

"Kongpob ayo!"

Arthit menengok kebelakang, menunggu kekasihnya, Kongpob, yang tengah menghampirinya dengan sedikit berlari. Orang-orang sudah tidak banyak lagi terlihat, menandakan larutnya malam saat ini.

Kesibukan mereka dengan pekerjaan masing-masing membuat mereka jarang bertemu, walaupun mereka saat ini sudah serumah. Itulah yang membuat hari ini terasa berlalu begitu cepat, hingga lupa malam sudah terlalu larut.

Senyuman tidak kunjung hilang dari wajah tampan Kongpob, ia benar-benar bahagia hari ini. Tidak jauh berbeda dengan Kongpob, Arthit juga benar-benar bahagia menghabiskan sehari ini dengan Kongpob. Walaupun tidak terlukis di wajah nya, hari ini adalah salah satu hari paling bahagia di hidup Arthit.

Hari ini, adalah hari spesial bagi Kongpob dan Arthit. Hari ini adalah hari peringatan pernikahan mereka yang pertama. Tepat satu tahun lalu di tanggal yang sama, cincin berlapis emas tersemat di jari manis mereka, janji pernikahan terucap oleh mulut mereka, senyum paling bahagia terukir di wajah mereka. Hari itu, benar-benar hari bersejarah bagi kehidupan mereka.

Tentu saja untuk sampai ke titik itu, tidak sedikit masalah yang mereka hadapi, cacian juga keraguan menemani lika-liku kehidupan percintaan mereka. Namun bagi Kongpob, menikahi Arthit adalah keputusan yang tidak akan pernah ia sesali. Begitu pula Arthit, walaupun ia sempat menghindari Kongpob, namun ia sadar bahwa kehidupan bahagianya adalah bersama Kongpob.

"Iya P'Arthit."

Dilihatnya Kongpob sudah dekat dengan mobilnya yang terpakir di pinggir jalan, ia lalu masuk kedalam mobil yang tidak lama disusul Kongpob.

"Kayaknya mau hujan, dingin banget." Arthit menyatukan kedua tangannya hingga menjadi sebuah genggaman, ia lalu meniup-niup genggaman itu mencoba menyalurkan hawa hangat kesana. Kongpob yang melihat itu, meraih tangan Arthit dan menangkup kedua tangan Arthit. Dibawanya tangan Arthit kedepan mulutnya, Kongpob lalu meniup-niup tangan Arthit ia juga menggesek-gesek tangannya dengan tangan Arthit berusaha memberi efek hangat pada Arthit.

Arthit menahan senyumnya karna perlakukan Kongpob itu. Ia lalu berdeham. "Makasih." Ucapnya singkat dan lalu mengalihkan pandangannya keluar jendela. Kongpob yang tau Arthit sedang tersipu dengan perlakuannya, pun terkekeh.

"Kalau begitu malam ini,..." Kongpob melirik Arthit dengan mata nakalnya. Arthit menaikkan sebelah alisnya, menunggu Kongpob melanjutkan kalimatnya. "...aku ingin yang lebih 'panas' ya P'Arthit?"

"Kongpob!"

Kongpob terkekeh, biasa baginya mendapati teriakan Arthit ketika ia menggodanya. Tapi ia selalu suka menggoda Arthit. Bagi Kongpob, tidak lengkap rasanya sehari tanpa menggoda kekasihnya itu.

Kongpob lalu memasang sabuk pengaman untuk dirinya. Setelah selesai, ia kemudian meraih sabuk pengaman Arthit dan berniat memasangkannya. Kegiatannya terhenti ketika Kongpob merasakan sebuah tangan lembut Arthit menyentuh pipinya. Kongpob sedikit terkejut yang justru membuat Arthit tersenyum nakal, matanya kemudian menjadi sayu.

"Sepertinya,..." mata Arthit lalu turun menatap bibir Kongpob. "...'itu' tidak buruk juga." Setelah mengatakan itu, Arthit memajukan kepalanya dan lalu bibir mereka bertemu.

Setelah beberapa saat ciuman lembut itu berubah menjadi ciuman penuh hasrat dan nafsu, menjadi pagutan pagutan yang menuntut. Tangan Arthit yang tadinya menyentuh pipi Kongpob, mulai turun menjelajahi leher Kongpob. Arthit mulai membelai lembut leher Kongpob, tangannya naik turun menjelajahi leher Kongpob menyuruh Kongpob untuk memperdalam ciumannya. Arthit lalu menggigit bibir bawah Kongpob.

Belaian lembut Arthit juga gigitan itu, membuat Kongpob otomatis membuka mulutnya menahan desahan yang akan keluar, yang kemudian menjadi jalan masuk untuk lidah Arthit mengabsen deretan gigi putih Kongpob. Kongpob sedikit terkejut Arthit menjadi sebinal ini. Biasanya Kongpob lah yang memimpin permainan panas mereka, namun permainan Arthit ini benar-benar membuat Kongpob kehilangan akalnya, membuat jiwanya melayang entah kemana. Hawa mobil yang tadinya dingin berubah menjadi panas, tidak ada suara yang terdengar kecuali suara decakan permainan ciuman mereka.

The VowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang