Part 1

59 4 2
                                    

2014.... waktu itu aku adalah seorang maba (mahasiswa baru) dan aku kuliah jurusan perawat Gigi di salah satu fakultas Akademi di Bandung. Pada saat itu hari pertama masuk kuliah, lebih tepatnya lagi sih hari pertama di asrama, karena memang untuk tahun ajaran pertama itu wajib di asrama selama 1 tahun, mungkin setiap yang kuliah di fakultas indonesia itu wajib di asrama selama 1 tahun.. emh... mungkin.

Sedikit curhat saja, sebenarnya jurusan ini sama sekali bukan pilihan ku, entah ini berupa paksaan atau dukungan dari orang tua tapi aku ikut saja karena aku pun tidak punya pilihan lain untuk memilih jurusan, dikarena kan sebenarnya aku sediri tidak berminat kuliah.

Next, pemilihan kamar ditentukan oleh senior yang jadi panitia untuk meng ospek para maba, dan aku sekamar dengan Dea, meski pendek tapi dia cantik bak artis korea, kulitnya pun putih mulus. Aku pun membereskan baju yang ada di koper sambil memperkenal kan diriku kepada dea "hai. Nama saya Zahra, salam kenal" ya, zahra namaku,  wanita berpipi chubby bertubuh pendek dengan kulit sawo matang dan memiliki gigi gingsul "iya, saya dea, salam kenal juga" sejak saat itu pun kami berteman baik.

Masa ospek adalah masa di mana para senior mendadak berubah menjadi seorang dewa "padahal dulu mereka pun pernah jadi maba" bisik ku pada Dea, "bener ra" jawab Dea sambil menggerutu. Hari-hari pun ku jalani dengan penuh kekejian, hahaha... sebenarnya sih tidak terlalu keji, hanya saja itu sudah menjadi suatu kebiasa setiap tahun yang di rasakan para maba.

"Heii maba kelompok kiri cabut rumputnya pakai garpu... dan kelompok sebelah kanan saya bersihkan kamar toilet dan gunakan sikat gigi, CEPAT" salah satu senior yang paling jahad sedunia pun mulai memerintahkan. Aku dan teman ku Dea saling bertatapan satu sama lain karena kami kebagian membersihkan toilet "Alhamdulillah de, kita gak di suruh minum wi*pol juga" keluhku pada dea dan dea pun hanya menghela nafas sedalam dalamnya.

Hari mulai siang, kami pun yang tadi sedang mancabut rumput dan membersihkan toilet pun di suruh kumpul di lapangan

"CEPAATT kalian itu jalan lelet-lelet banget yah" kata salah satu seniorku bernama Dondi yang ketampanannya hampir menyerupai Siwon (artis korea) tapi jahatnya melebihi Mamon (sang raja iblis di komik yang ku baca)

"HEI KALIAN ITU JANGAN LAMBAT-LAMBAT, NANTI GIMANA KALAU ADA PASIEN GAWAT DARURAT" kata  senior cewek yang kata-katanya itu tidak bisa di jaga dan dia bernama Resi "perasaan kita gak akan nanganin pasien gawat darurat" gerutuku dalam hati.

Satu minggu pun sudah mulai berlalu, masa-masa Ospek pun sudah mulai berakhir, tinggal 1 acara terakhir nanti malam sebelum besok mulai masuk ajaran kuliah, Ya.. acara Api unggun.

Kami pun di beri waktu istirahat sebelum acara api unggun dimulai, aku pun di kamar berbaring sembari melepaskan penat ini di kasur, kamar di asrama ku mempunyai ranjang bertingkat, dan aku kebagian tidur di ranjang atas.

"ra, persiapan api unggun apa aja?" tanya dea, "katanya syal, pulpen, buku... itu aja kayaknya coba kamu tanya caca" Caca adalah penghuni kamar di sebelahku. Akupun menghela nafas sambil melihat ke arah atap sembari berbaring, karena merasa sangat lelah aku pun tak kuasa menahan kantuk hingga aku pun terlelap tidur.

.
.

Aku terbangun dari tidurku, mulai perlahan membuka mata meski mata ini menolak untuk terbuka, tubuhku pun terasa masih sangat lelah, mungkin karena aku tidur cuman sebentar.

Aku mulai membuka mataku aku pun kaget terdiam karena pemandangan kamar yang ku lihat pada saat menutup mata berbeda sekali dengan saat aku membuka mataku, tirai putih ditambah lagi ada cahaya terang yang menyinari jendela "Astagfirullah... apa aku sudah ada di surga?" kataku sambil tidak berani beranjang dari posisi berbaring di karena kan terlalu kaget.
"Iya, kamu di surga, dan aku malaikat ridwan" suara seorang pria yang entah dari mana asalnya, tiba tiba tirai di sisi kananku terbuka.

"SSRREEETTTT"

suara tirai yang membuatku kaget hingga aku jatuh terguling dari kasur "bruug"  "aawww, sakitt bahu ku" Aku mengeluh kesakitan "kamu tidak apa-apa?" Tanya seorang pria yang ternyata dia yang membuka tirai itu, aku pun terbangun sambil menjawabnya "aku tidak apa-apa" aku menjawab sambil memegang bahu kiri ku yang terasa sakit, aku pun melihat seorang pria berbaring di bed, "apa itu malaikat ridwan?" aku bertanya-tanya dalam hati sambil menatap terus ke arah pria itu, "hei, kamu masih ngangap saya malaikat ridwan?" Kata pria itu sambil tersenyum sinis, akupun menatapnya kaget.

aku pun melihat ke luar jendela "ini gedung berlantai 2, apakah surga seperti ini?" tanya ku dalam hati, "kamu masih menganggap ini surga?" Kata pria itu sambil menahan tawanya, "hah. Emang kita sedang dimana?" tanyaku "kita sedang di posko"

"Oh ya?!" Tanyaku kaget, "berarti aku melawatkan acara api unggun??"
"Iya, acaranya tadi malam" jawab pria itu, "oh namaku hanif, salam kenal"
Hanif memperkenalkan dirinya, dia bertubuh sedikit berisi dengan kulit putih.

"Ngomong kamu kenapa bisa di posko?" Tanya hanif padaku, aku pun hendak menjawab namun mulai terdengar langkah kaki menuju ke arah kami, aku pun kaget dan langsung kembali ke tempat tidur.

Tirai pun terbuka, dan ternyata yang datang senior Dondi dan senior Tika "hei kau sudah baikan?" Tanya senior Tika sambil tersenyum manis ke arahku "hah?!" Aku pun kaget menjawab pertanyaan senior Tika karena akupun tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya.

"ya sudah, nanti bakalan ada sarapan datang, untuk sementara minum obat ini dulu ya", kata senior Tika "oh iya kak, terimakasih" kataku
"Jangan lupa kamu terima kasih juga sama senior Dondi, soalnya dia yang gendong kamu dari atas kasur kamu sampai ke posko, padahal naik tangga loh bukan lift" kata senior Tika dengan nada gurau, aku pun otomatis mengarahkan pandanganku ke arah senior Dondi, "aku kesana dulu ya don" kata senior Tika yang meninggalkan ruangan, "terima kasih kak sudah menolong saya" ucapan terima kasih yang aku lontarkan di iringi dengan menghela nafas sedalam dalamnya.

"tidak masalah, tugas saya" jawab senior Dondi sambil memasang wajah sombongnya, "maaf kak, sebelumnya saya ingin bertanya, sebenarnya apa yang terjadi?, soalnya saya tidak tahu apa-apa" tanya ku sambil memasang senyum terpaksa.

"tanyakan saja sama teman sekamarmu" jawab singkat dari senior dondi "saya sudah menjenguk kalian berdua dan kelihatannya kalian sudah mulai mendingan, saya keluar dulu, karena masih banyak hal penting dibanding kalian, dan kalau ada apa-apa mandiri sendiri saja" kata senior dondi sambil beranjak meninggalkan ruangan, aku pun tercengang melihat sikapnya yang amat sangat menyebalkan itu.

"Oh jadi kamu gak tau kenapa kamu dibawa ke posko?" Tanya Hanif kembali, "eh, iya aku gak tau apa apa" jawabku sambil tersenyum, "soalnya kamu udah ada d posko sebelum aku datang, dan kayaknya cewek yang nemenin kamu semalam itu temen sekamar kamu ya?"
"Emh... sepertinya iya, dia namanya dea... eh ngomong-ngomong kamu kenapa bisa masuk posko?" Tanyaku pada hanif
"Setelah acara api unggun aku masuk angin dan agak sedikit demam, jadi aku inisiatif pergi ke posko" jawab hanif.
"Oh, begitu"..
Kamipun mulai terdiam.

~~~

Dear Diary Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang