Uno

144 4 0
                                    


London, Musim semi

Angin berhembus cukup kencang menggoyang pepohonan ketika menjelang senja di Green Park. Taman-taman kota selalu penuh. taman yang didominasi oleh rumput yang hijau, pepohonan dan bunga daffodil yang indah banyak dikunjungi oleh para wisatawan asing maupun domestik untuk menikmati kehangatan matahari yang tersisa.

Tak sedikit para mahasiswa atau para pekerja yang telah pulang pun ikut menghabiskan harinya disana. Termasuk Travis. Travis Jaya Hadiningrat. Seorang pria Indonesia yang bekerja di negeri Ratu Elizabeth itu terlihat sedang asik mendengarkan lagu lewat headset yang dipakainya. Duduk sendirian di bangku taman sambil memejamkan mata dan wajahnya menghadap langit, tanpa menyadari banyak gadis yang berlalu lalang menaruh minat padanya.

Dengan memakai kaos polo V-neck yang melekat pas di tubuhnya, membuat dada yang terbentuk sempurna karena gym itu tercetak. Dipadu dengan celana levis belel dan kaca mata hitam. Siapapun yang melihat pasti akan mengagumi karya Tuhan yang satu itu.

Kuliah S-2 jurusan bisnis manajemen sebenarnya tidak sesuai dengan minatnya. Dia lebih menyukai olah raga basket bahkan dia ingin sekali menjadi pemain basket nasional. Dia telah banyak memenangkan kompetisi di universitas tempatnya menimba ilmu bahkan di lingkungan tempat tinggalnya. Tapi hal itu tidak didukung oleh keluarganya dengan alasan dia adalah satu-satunya pewaris kerajaan bisnis keluarga yang sudah melalang buana hingga ke beberapa belahan dunia. Dan saat ini dia adalah seorang agen rahasia MI6 yang bermarkas di London.

Dulu dia pernah menentang untuk tidak mengikuti kehendak orang tuanya. Hingga kabur dari rumah. Tapi akhirnya dia sadar bahwa jika bukan karena orang tuanya dia tidak akan bisa seperti ini.

Bruk...

Seorang gadis tiba-tiba duduk di sebelahnya sambil menyembunyikan wajahnya di dada Travis. Travis shock, apa-apaan ini. Siapa gadis yang dengan lancang mendekatinya.

"Aku mohon bantu aku. Aku dikejar oleh beberapa pria."

Travis mengerutkan kenignya. Baru saja dia ingin bicara tapi beberapa orang pria berdiri tepat dihadapannya.

"Bisa kau serahkan gadis itu, man?

Seorang pria bicara sambil melipat kedua tangannya.

Travis lalu membuka kaca matanya dan melihat ke arah pria-pria itu. Jika dilihat dari penampilannya sepertinya mereka adalah preman. Dia lalu melirik ke arah gadis yang sedang ketakutan. Gadis itupun menatapnya. Sejenak, travis mengagumi kecantikan gadis berambut hitam legam panjang yang ada di pelukannya itu.

"jika aku tidak mau menyerahkannya apa yang akan kalian lakukan?" Travis mengucapkannya dengan santai dan tidak takut sedikitpun.

Salah satu dari mereka berdecih, "Maka kau harus menghadapi kami dulu."

Travis berbisik pada si gadis "Tunggulah disini. Aku akan menghadapi mereka."

Gadis itu langsung menahannya, "Jangan. Ini salahku biar aku saja yang menghadapinya."

Travis merasa heran dengan gadis itu. Tadi dia minta tolong sekarang malah sok mau jadi pahlawan. "Sudahlah kau tunggu disini saja oke. Tidak ada bantahan!!"

Travis pun berdiri dan meregangkan otot-ototnya yang kaku. "Baiklah... tiga lawan satu. Dilihatnya sih tidak adil, tapi sepertinya kekuatan kalian tidak ada apa-apanya dibanding denganku."

Ketiga pria itu pun tertawa, seakan meremehkannya.

Tapi baru saja mereka akan mulai berkelahi, mobil polisi patroli datang dan ketiga pria itu langsung melarikan diri karena takut dengan para polisi itu. Travis yang melihatnya mendengus kesal, pasalnya dia ingin mempamerkan kemampuan bela diri yang sudah mendapatkan sabuk hitam itu, tapi tidak jadi karena kedatangan polisi.

Gadis itu tertawa, "Sayang sekali tuan superhero, kau tidak jadi memamerkan kemampuanmu."

Travis melirik ke arahnya, dia berdecih, bisa-bisanya gadis itu menertawakannya padahal baru beberapa saat lalu dia merengek minta tolong.

"Apa kau lupa kalau kau tadi merengek padaku minta tolong."

Gadis itu mengangguk-nganggukan kepalanya dan berjalan mendekati Travis yang berdiri menatapnya.

Cup

Gadis itu mencium pipinya. Memberikan sesuatu pada genggaman tangan Travis lalu berjalan mundur sambil tersenyum manis. "Terima kasih.. Tuan superhero.. " dan pergi..

Travis yang terkejut dengan ciuman yang tiba-tiba itu masih terpaku berdiri. Ketika dia sadar dia lupa menanyakan namanya.

Marah?

Tidak.. Travis tidak marah karena telah dicium gadis yang tidak dikenal. Bahkan dia mengusap bekas ciuman gadis itu di pipinya. Gadis aneh tapi sangat cantik, mungkin itu alasan kenapa dia tidak merasa kesal padanya.

"Hey.." teriaknya, tapi percuma karena gadis itu sudah melangkah jauh tanpa menengok lagi ke arahnya. Lalu dia melihat sesuatu yang diberikannya. Penjepit rambut yang bertuliskan sebuah nama..

Aiko

Mungkinkah ini namanya.. Travis bertanya dalam hati.

'Aahh,, sudahlah.. semoga kita bisa bertemu lagi...' gumamnya..

Drrtt...Drrtt...

"Halo" Travis mengangkat telponnya.

"Aku sudah menyiapkan semuanya untuk nanti malam. Dan juga sudah membuat identitas palsu untukmu. Kita bertemu di tempat biasa." Ucap seseorang di seberang sana.

"Baiklah,"

Dan Travis pun melenggang pergi menuju kediamannya.

The Love's MateWhere stories live. Discover now