Matahari yang sudah memancarkan sinarnya seakan ingin menyinari kota yang mulai memasuki musim gugur itu. Cahayanya mulai menerobos masuk melalui celah kaca jendela yang tertutup gorden bewarna hijau pastel. Sang penghuni masih asik larut dalam mimpinya. Seorang gadis berambut hitam legam panjang berkulit seputih susu itu tidak menghiraukan suara alarm jam yang sudah berbunyi sejak setengah jam yang lalu. Tubuhnya menggeliat merasakan ada getaran dari handphone yang ditindihnya. Dengan malas dia meraih handphone dan melihat siapa yang menelpon.
Mama
Aiko duduk bersandar pada kepala ranjang berukuran queen size itu. Memijat pelipisnya karena efek kurang tidur. Dia baru selesai dini hari menyelesaikan rancangan gaun pesta yang akan menjadi salah satu busana yang diperagakan di fashion week di kota ini.
Ini adalah impiannya sejak kecil. Menjadi seorang designer handal yang karyanya diperagakan oleh supermodel kelas dunia. Dia rela pegi meninggalkan orangtuanya untuk menuntut ilmu disini. Rindu? Tentu saja, Aiko sangat merindukan kedua orangtuanya. Tapi dia tidak akan kembali sebelum meraih impiannya.
Aiko Lydia O'Hara, seorang gadis blesteran Indonesia-Jepang-Belanda. Ibunya merupakan adik dari Bima Andhara yang merupakan ayah dari Aleesa. Ayah Aiko merupakan warga negara Jepang. Namun fisik Aiko lebih kental ke neneknya yang merupakan warga negara Jepang. Hidung mancung, bibir merah ranum alami, bertubuh langsing dan rambut hitam panjang. Tubuhnya tidak terlalu tinggi, dan itu yang membuatnya terlihat mungil diantara teman-temannya yang merupakan orang bule.
Aiko bangun dari tempat tidurnya dan menuju ke kamar mandi. Berendam dalam bathtub dengan aroma bunga mawar merupakan hal yang disukainya. Ia bisa berjam-jam disana. Merelekskan tubuh dan pikirannya supaya segar kembali. Banyak sekali yang harus ia lakukan selepas siang nanti. Mulai dari mendatangi rumah mode menyerahkan design baju rancangannya, dan pergi ke sebuah butik untuk bertemu dengan temannya.
Setelah selesai mandi Aiko berjalan menuju walk in closet nya mengambil pakaian kaos lengan panjang dan rok panjang strecth yang begitu pas membalut tubuhnya. Rambutnya dikuncir kuda dan tidak lupa memakai syal karena saat ini sudah memasuki musim dingin.
Aiko hampir saja lupa untuk menelpon. Setiap hari Aiko selalu memberi kabar pada mamanya. Dia merasa sedih jika mengingat mamanya itu. Mamanya yang cantik dan dermawan. Dan juga ayahnya yang sangat menyayangi mama dan dirinya. Ingin rasanya dia cepat-cepat menyelesaikan semuanya disini dan bisa berkumpul kembali dengan mereka. Aiko mengambil handphone lalu menelponnya..
Tuut...Tuuut...
"Sayang, kenapa kau baru menelpon mama?" jawab seseorang diseberang sana.
"Maaf mamaku sayang, tadi aku masih tidur. Semalam aku menyelesaikan rancangan gaun hingga dini hari. Apa yang sedang mama lakukan sekarang? Bagaimana kabar ayah?" tanya Aiko.
"Mama sedang duduk sambil membaca novel, ayahmu baik. Dia juga sangat merindukanmu. Bagaimana pekerjaanmu disana?"
"Semuanya berjalan lancar ma, jika tidak ada halangan aku akan pulang secepatnya."
"Mama harap kau tidak melupakan pernikahan Aleesa. Dan kita akan kesana bersama-sama."
Aiko tersenyum mengingat sepupu cantiknya itu. Dia sudah seperti kakak baginya. Tapi Aleesa harus kembali ke Indonesia selepas SMA. Dia adalah wanita yang mandiri, pintar dan pekerja keras.
"Tentu saja aku ingat ma,"
"Baik-baiklah disana sayang, jangan berkenalan dengan sembarang pria. Mama tidak ingin anak mama yang cantik ini terluka karena laki-laki."
Aiko tersenyum, usianya saat ini sudah 24 tahun tapi mamanya memperlakukannya seperti usia 16 tahun. Dan di usianya saat ini Aiko belum pernah berpacaran serius dengan seorang pria. Dulu ada pria yang pernah dekat dengannya tapi Aiko memutuskannya karena pria itu berusaha menciumnya dan Aiko menolaknya. Pria itu tak habis pikir, dia adalah pria tertampan di kampusnya, bahkan banyak sekali wanita yang dengan sukarela melemparkan diri ke tempat tidurnya. Tapi tidak dengan Aiko. Dan Aiko pun telah mencoret nama pria itu dari daftar layak bagi dirinya.
"Iya ma, aku tau. Oh ya aku ingin melanjutkan pekerjaanku lagi. Nanti aku telpon lagi ya ma. Miss you. Love You.." Aiko menutup teleponnya sambil menatap layar laptop yang menyala.
Ingatannya lalu melayang ke beberapa hari yang lalu disaat dia mencium seorang pria. Aiko menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Malu
Untung saja dia tidak kenal, tapi biasanya dia menolak mentah-mentah untuk dicium bahkan mencium pun tidak pernah. Tapi dengan pria itu? Apa yang membuatnya berbeda? Tampan, tinggi dan bertubuh atletis? Bahkan Aiko membayangkan pria itu mungkin salah satu supermodel yang sedang bersantai disana.
Aiko melanjutkan pekerjaannya. Setelah selesai dia langsung membereskannya lalu memakai sepatu heels yang membuatnya tampak lebih feminim.
Berjalan dengan anggun melewati banyak pasang mata dari para lelaki yang mengaguminya dan juga iri dari wanita-wanita yang menatapnya. 'sudah biasa' Aiko bergumam dalam hati.
Dia menuju parkiran dimana mobilnya berada. Sebuah mobil jaguar berwarna silver pemberian dari ayahnya merupakan satu-satunya teman setia dirinya di kota ini.
∞∞∞
Suara dentuman keras menggema ke seluruh ruangan disertai dengan musik yang dapat menggoyangkan tubuh siapapun yang mendengarnya. Bau alkohol dan asap rokok bercampur jadi satu. Travis duduk di salah satu meja bar yang ada disana. Meskipun dia sering kesana tapi Travis tidak pernah meminum minuman yang dijual di tempat itu. Pola didik orang tuanya lah yang membuatnya bisa menahan diri dari pergaulan bebas. Alasan Travis datang ke tempat itu karena ingin bertemu dengan seseorang yang bekerja disana.
Seorang gadis cantik berambut coklat gelap panjang berpakaian waitress menghampiri Travis. Langsung memeluknya dari belakang dan menyandarkan wajahnya di bahunya.
"Apa kau sudah lama menunggu?" Ucapnya sambil tersenyum..
Travis menoleh ke arahnya, "Tidak terlalu lama,"
Travis membalikkan tubuhnya menghadap ke gadis itu.
"Apa pekerjaanmu sudah selesai?" ucapnya.
"Mmm.. sudah.. lebih baik kita pulang sekarang, aku sudah lelah."
Dan merekapun pergi meninggalkan klab menuju apartemen Cindy. Wanita yang bekerja di bar itu.
Travis dan Cindy sudah berteman dekat sejak satu tahun lalu, dan Cindy merupakan waitress di sebuah club yang notabene merupakan miliknya sendiri. Travis sebenarnya memiliki misi tersendiri mengapa ia mendekati Cindy, kalau bukan tuntutan pekerjaan Travis tidak akan mau dengan wanita ini. 'Cantik sih, tapi terlampau seksi' dan itu yang tidak disuaki Travis. Yaah meskipun tinggal dan bekerja disana tetap saja dia orang 'Timur' yang masih mengutamakan kesopanan.
Cindy tertidur pulas di dalam mobil. Travis memacu mobilnya cepat agar cepat sampai ke apartemen Cindy.
Cindy menggeliat dalam tidurnya. Travis membangunkannya. "Cindy.. Cindy.. bangun,, kita sudah sampai.."
Cindy pun terbangun dan Travis mengantarnya hingga ke apartemen.

YOU ARE READING
The Love's Mate
RomanceCinta itu tidak bisa berjalan sendirian. disampingnya pasti ada suka, duka, tawa, air mata, bahagia, kesedihan dan rahasia semuanya seakan menjadi pelengkap yang bernama Cinta. Travis Hadijayaningrat, seorang keturunan ningrat yang kuliah di London...