Chapter 1

18 1 1
                                    

  

  Anak laki-laki itu tengah berjongkok disamping sebuah pintu kelas, ia berulang kali menengokkan kepalanya ke arah pintu kelas yang terbuat dari kaca itu. Ia sedang menunggu seseorang. Ia lalu menundukkan kepalanya sambil menggerutu.

          “Dasar, kelas yang terlalu rajin. Memangnya  tidak bosan belajar selama itu. Ckck!” ia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Ia sudah tidak sabar. Akhirnya, tak lama kemudian suara bel terdengar di seluruh penjuru sekolah. Siswa-siswa berhamburan keluar dari kelasnya. Anak itu berdiri dari dari tempatnya dan menyandarkan punggungnya pada dinding, memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya.

          “Anthony!” tegur seorang anak perempuan yang baru saja keluar dari kelasnya.

          “Kau bolos lagi ya?” tanya anak perempuan itu-Dwi.

          Anthony mengangguk dengan wajah polosmya lalu menarik lengan Dwi yang ada dihadapannya. “Ayo pulang, aku lapar.”

***

“Hoy.. oy.” Dwi mengetuk-ngetuk jendela yg tepat berhadapan dengan jendela kamarnya dengan tongkat sapu.

Anthony akhirnya membuka jendela kamarnya. Sedikit berdebam.

 “Kau ini tuli ya?!” maki Dwi.

“Ada apa?” tanyanya.

“Kau seang apa?” tanya Dwi.

“Tidak lihat? Main game.” Jawabnya. “Tidak belajar?” tanya Dwi lagi.

“Tidak perlu. Yang seharusnya belajar itu kan kamu.” Ucap Anthony tanpa mengalihkan pandangannya sedikit dari layar laptopnya.

“Cih! Sombong sekali.” Cibir Dwi.

“Buk!” Satu bungkus snack mendarat tepat di pipi Anthony. Ia melihat merk snack tersebut dan sebuah senyuman langsung menghiasi wajahnya.

“Makasih.” Ucapnya sambil melambai-lambaikan snack yang ada ditangannya.

“Jangan main game sampai larut malam. Kalu besok sampai terlambat awas kau!” ancam Dwi.

“Iya aku mengerti.” Jawabnya.

***

Flashback

Dwi POV

          “Ibu! Hiks.. hiks ibuu..”

Seorang anak perempuan berumur 6 tahun menangis di pinggir sungai. Menatapi boneka yang hanyut di sungai. Lalu seorang anak laki-laki datang menghampiri anak perempuan itu dan bertanya padanya. “Kau kenapa?”

“Boneka ku hanyut. Disana.” Jawabnya sambil menunjuk boneka beruangnya yang mengambang ditengah sungai.

Ia mencari-cari ranting pohon. Dia lalu mengejar boneka yang telah menjauh itu. anak laki-laki itu berusaha menggapai boneka itu dengan ranting yang dipegangnya. Tapi tidak berhasil, bahkan rantingnya pun ikut hanyut bersama boneka itu.

“Sudahlah.” Kata anak perempuan itu akhirnya.

“Tapi..”

“Gak papa. Aku bisa minta pada ibuku yang baru.” Kini dia menghapus air mata di pipinya.

“Tunggu sebentar. Kau siapa? Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya.”             

“Aku Anthony. Aku baru saja pindah ke rumah yang ada disana.” Jelasnya.

“Wah, berarti tetangga baruku itu kamu. Asik! Akhirnya aku bisa punya teman. Namaku Dwina, panggil aja Dwi.

          Anthony lalu mengulurkan tangannya dan uluran tangan tersebut langsung dibalas oleh Dwi.

“Kalau begitu, ayo kita pulang bersama.” Ajak Anthony sambil menggandeng tangan Dwi. Meskipun ia baru saja mengenal anak ini. Entah kenapa Anthony seperti merasa dia sudah kenal lama dengan Dwi. Ia merasakan perasaan yang tidak dapat di mengerti oleh anak berumur 6 tahun.

To be continued

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 24, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Bestfriend, My FateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang