Hujan..
Bulan..
Awan..
dan Malam..Adalah empat hal yang membuatku mengingat tentang dirimu..
Kesepian saat disisimu merupakan trauma yang membuatku merutuki hujan meskipun pernah ada kisah yang terukir manis bersamanya.
Aku sungguh pecinta hujan, dan ini menjadi ironi bahwa hujan yang kucinta melukaiku.. sepertimu yang juga begitu
Malam itu..
Hujan seperti mendobrak - dobrak jendela bus yang kita tumpangi.
Lebat dan menyayat.Cuaca diluar mendeskripsikan seseorang yang menangis karena kehilangan untuk selamanya. Dan dinginnya AC didalam bus membuat hatiku menggigil, menambah kesedihanku karena sikapmu yang lebih dingin dari keadaan keduanya.
Aku merasakan itu.
Ada yang berbeda darimu.
Ada jarak yang kau bentangkan. Ada kisah yang coba kau sembunyikan.Kalau hanya karena lelah, kau kan bisa bersandar di bahuku. Membagi letihmu dengan menggenggam tanganku. Tapi yang kurasakan kau jadi seseorang yang berbeda.
Ada apa?
Kudekap tas punggung dipangkuanku.
Kenapa kau lakukan ini?
Baru sejam yang lalu, kita tertawa di trotoar setelah menikmati tenggelamnya matahari diantara deburan ombak.
Lalu dalam sekejap aku merasa jadi orang lain bagimu.
Sore itu,..
Gerimis memang sempat turun ketika matahari mulai dijemput senja, tapi saat moment yang kita tunggu tiba dengan penuh pengertiannya gerimis mereda. Warna langit pun sempat terlihat semburat menjingga.Kita berdua menatap matahari yang perlahan menghilang, runduk ditelan lautan.
Sampai akhirnya,..
Awan kelabu kembali datang menurunkan gerimis, membingkai cerita kita yang tak lagi manis.Baru satu jam berlalu, dibawah bayangan lampu jalanan aku masih bisa mendengar derai tawamu. Kita berlarian menjatuhkan sisa gerimis yang terjebak diujung dedaunan dengan menggoyangkan dahannya.
Bercakap seperti biasa, dan berjalan beriringan seperti dua anak manusia yang saling mengisi satu dengan lainnya.Lalu kenapa kemudian kau muram?
Diam disisiku.
Mengacuhkanku,..
dan membuatku terluka karenanya.
.
.
.Hari itu,..
Hari pertama kita bertemu lagi setelah hampir dua minggu kau pulang ke kota kelahiranmu.Waktu aku singgah di kamar sewamu, kau katakan kalau disana kau bertemu dengan seseorangmu dimasa lalu.
Dan akhirnya ketika pulang kembali kesini, kau dan dia ada disatu kereta yang sama.Aku berharap kau tidak satu gerbong dengannya, tapi bisa jadi dia duduk bersebelahan denganmu. Menempelkan sisi lengannya disisi lenganmu.
Aku tak mau menanyakan itu.
Yang aku tahu, sekantong Apel yang kau bagi untukku dia lah yang memilihkannya. Kau memberi tahukan itu padaku.
Jadi.. apakah ini alasanmu bersikap asing padaku?
Hujan masih terus mengguyur sepanjang perjalanan. Dua jam berlalu tanpa percakapan.
Kau membisu..
Hatiku membeku.Aku tahu kau tak sedang terlelap, tapi matamu tertutup rapat. Seakan mengunci kesempatanku untuk memulai bicara, menanyakan kepadamu..
'Kau kenapa?'
KAMU SEDANG MEMBACA
Hilang Bersama Hujan
Teen FictionBersama turunnya hujan aku kehilangan. Awan mengantar Dia pada Bulan muram jauh ke langit tanpa bintang.