0

67 15 1
                                    





This a letter from me to you (Blackpink - Stay)















하나

Hana's pov









Namanya Dio, setahun lebih tua dariku, tetanggaku dari zaman kami masih menyusu juga mantan pacarku waktu SD. Cowok dengan segudang talenta berwajah manis, sayangnya terlalu perfeksionis. Ia selalu punya backup rencana dari A sampai Z.

 Ia selalu punya backup rencana dari A sampai Z

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








Dan perkenalkan namaku Hana, tetangga Dio. Cewek cuek yang biasa-biasa saja. Kegiatannya mulai dari bangun pagi sampai malam hari 'itu-itu' saja.

 Kegiatannya mulai dari bangun pagi sampai malam hari 'itu-itu' saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Eomma bilang aku harus berubah, setidaknya untuk masa depan. Apanya yang harus diubah? Eomma bahkan pernah bilang aku harus mencontoh Dio. Hah?

Masalahnya Dio sudah pindah. Sejujurnya itu juga merupakan alasannya. Bukan berarti aku bosan hidup. Tidak sama sekali. Sayangnya, meski aku membenci tiap nasihat-nasihat panjangnya, aku selalu menyayanginya. Bahkan saat kami putus hanya gara-gara sebuah popsicle rasa anggur, aku tak pernah membencinya.

Dio telah pergi. Bahkan tanpa pamit. Ia hanya meninggalkan sepucuk surat yang masih kusimpan rapi dalam kotak pribadi di bawah kasur. Sampai enam tahun kemudian, surat itu tak pernah kubuka. Aku tak mau tahu apa isinya, karena-Demi Tuhan, cerita kami seperti drama-dia pindah setelah kami putus dan mengalami apa yang dinamai 'percobaan move on' yang mana kami sama sekali tak saling menyapa. Meskipun kami masih bocah ingusan kala itu, tapi rasanya seperti ada gunung es yang menabrak dan mengancurkan seluruh hidupku.

Apa isi surat Dio? Aku tidak tahu-tepatnya tak mau tahu. Titik. Kuanggap kalau aku tidak menerima permintaan maaf apa pun.

Semua berubah saat aku duduk di kelas dua SMA. Saat aku sudah punya gebetan baru. Saat aku masih biasa-biasa saja dalam hidup dan hanya bergerak layaknya revolusi bumi mengelilingi matahari alias hal biasa-sebelum kiamat tentunya.

Dio kembali. Dia datang. Menampakkan alis dan bibir tebalnya tepat di depan mataku.











Dio's pov






Namaku asliku Do Kyungsoo. Bisa dipanggil Dio. Aku suka semuanya berjalan rapi dan sesuai rencana. Akan menyalahkan diriku sampai bosan jika ada satu saja terlewatkan. Aku juga tidak menoleransi segala macam bentuk keterlambatan maupun penundaan. Bagiku, mereka yang tidak menghargai waktu tak sepatutnya dekat-dekat denganku. Serius.

 Serius

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Aku mempunyai teman, namanya Hana. Tetanggaku dari kami masih berada dalam gendongan Ibu sampai 'prahara popsicle' memisahkan interaksi kami. Sialnya, gadis yang berbalikan sifat denganku itu seakan punya magnet tersendiri. Layaknya matahari yang menjadi pusat tata surya maupun seperti buku misterius yang hanya berani dibuka dan dibaca oleh orang tertentu.

 Layaknya matahari yang menjadi pusat tata surya maupun seperti buku misterius yang hanya berani dibuka dan dibaca oleh orang tertentu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Saat kami kecil, jujur saja, di kompleks kami tak ada gadis kecil secantik dia. Bukan berarti dia tampil bak Cinderella. Maksudku dia bersinar. Dengan rambut halus, harum dan wajah menggemaskan. Dibalik sifat cuek dan acuhnya, dia berhasil membuatku memberanikan diri mengungkapkan perasaanku di hadapan kedua ibu kami. Asal kalian tahu, aku masih tujuh tahun saat itu dan Hana enam! Kalian bisa bayangkan rona keterkejutan pada rupa kedua ibu kami saat itu.

Tapi, kami direstui. Sungguh.

Semuanya berjalan mulus sampai tahun keempat kami berpacaran ala anak SD. Terjadilah prahara popsiclesialan itu. Hana menangis, memakiku (bukan dengan kata-kata kasar), mengatakan kalau kami berakhir. Sungguh, rasanya seperti neraka-kalau saja aku tahu apa itu neraka saat umurku sebelas tahun.

Lagi, keluargaku harus pindah mendadak. Ayahku seorang anggota militer dan sudah bisa ditebak kalau kami tak akan tinggal di suatu tempat dalam waktu lama. Kuberanikan diri untuk menulis surat. Kutitipkan pada Eomma Hana saat itu karena aku masih tidak berani menemuinya secara langsung.

Sampai aku benar-benar pergi, aku menyadari kesalahan terbesarku. Hana tak pernah membalas suratku, tak pernah menelponku, tak pernah mengirim email padaku. Seandainya aku menemui Hana lebih dulu. Seandainya popsicle sialan itu tak membuat kami putus... Mungkin kisah kami tak menggantung seperti itu.

Kata eomma, kata 'andai' akan membuka pintu setan. Membuat kita hanya akan berangan-angan. Maka, saat aku kembali, aku berencana untuk menjelaskan. Yang namanya cinta sejati itu tak pandang usia. Aku percaya itu.

Tapi, Hana berubah. Bukan berubah secara harfiah. Namanya masih terdiri dari dua huruf. Ia masih cantik, lebih cantik malah. Tapi... tak kusangka kalau dia akan menatapku seperti itu, tepat saat mata kami saling bertemu.

Apa dia tak pernah membaca suratku?

'Dari sifatnya sih bisa kutebak kalau dia tidak membacanya'








-tbc


N/A:

Naskah baru, kisah baru... please, give me a feedback after you read this...Thank you... ^^





Regard,
Naya

YOU ㅡ ᵏʸᵘⁿᵍˢᵒᵒTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang