00

2.4K 344 52
                                    

Pernikahan adalah suatu hubungan yang akan dijalankan hingga sisa umur nanti. Menikah bukanlah suatu permainan yang ketika sudah lelah bisa untuk 'istirahat' bahkan 'malas' untuk melanjutkannya.

Pernikahan itu merupakan sebuah tujuan untuk menyempurnakan perintah Tuhan dan tujuan mulia-NYA. Tetapi, di dalam pernikahan tentu ada sebuah cinta di dalamnya. Seperti pernikahan sepasang insan yang memiliki setiap kadar cintanya, mereka saling mencinta hingga berkomitmen untuk hidup bersama di dalam sebuah keluarga kecil yang akan ada nantinya.

Berbicara mengenai pernikahan, aku lupa mengenalkan diriku sendiri. Perkenalkan, namaku adalah (Namakamu) Aprillia. Umurku kini sudah mencapai 25 tahun, dan aku sudah menikah. Aku menikah dengan seorang pria yang sangat sulit ditebak, Iqbaal Wilson.

Suamiku itu adalah suami yang sangat cuek, pendiam, dia hanya berbicara ketika itu memang dibutuhkan. Aku rasa mulut yang dia miliki hanya dijadikan sebuah hiasan di wajah tampannya itu. Aku menikah dengan dirinya, dan pernikahan kami telah memasuki 1 tahun.

Dan mengenai seorang anak, itu membuatku turut sedih. Aku menunggu saat-saat di mana seorang anak keluar dari rahimku sendiri, tapi .... Aku percaya, akan ada saatnya datang. Aku beruntung memiliki keluarga-keluarga yang selalu mendukungku. Mereka mendukungku di dalam bidang apapun.

Aku mencintai Iqbaal, begitu pula dengan Iqbaal yang aku rasa mencintaiku. Aku tidak pernah bisa menebak bagaimana dia mencintaiku. Aku tidak pernah pernah bisa menebaknya.

**

(Namakamu) membuka kedua matanya saat mendengar suara cicitan burung di luar, ia mengusap kedua matanya kemudian menguap kecil. Ketika ia hendak bangun dari tidurnya, ia melihat Iqbaal tertidur dengan damainya, ia terlihat kelelahan bekerja. Mungkin ia akan membanguninya setelah selesai membuat sebuah sarapan untuk mereka.

Saat dirinya hendak beranjak dari tempat tidur, ia tertahan oleh sebuah tangan yang menangkapnya. (Namakamu) seketika menatap tangan itu, Iqbaal memejamkan matanya namun dengan tangannya memegang pergelangannya.

"Kamu tidur aja, aku mau buat sarapan," ucap (Namakamu) yang mencoba untuk melepaskan genggaman tangan Iqbaal.

Iqbaal hanya diam, tapi tangannya tidak ia lepas. (Namakamu) mencoba untuk menunggunya, ia bahkan menghitung hingga 60, tetapi tidak ada tanda-tanda melepaskan.

"Baal, lepas, ya.. aku mau buat sarapan," ucap (Namakamu) kembali untuk membuat Iqbaal melepasnya.

Tidak ada respon dari Iqbaal, ia bahkan semakin mengeratkan genggaman pergelangan tangannya. (Namakamu) benci seperti ini, Iqbaal tidak akan mau melepaskannya jika dirinya tidak melakukan sesuatu.

(Namakamu) menghela napasnya pelan kemudian menundukkan kepalanya mengecup pipi Iqbaal, dan benar.. Iqbaal melepaskannya. (Namakamu) memutarkan kedua bola matanya, lalu mulai bangkit berdiri dari tempat tidurnya.

(Namakamu) mengikat rambutnya dengan asal, lalu membuka gorden kamarnya agar sinar matahari masuk ke dalam kamarnya dan memberikan pencerahan kepada seorang Iqbaal.

(Namakamu) duduk di depan cerminnya, ia hendak merawat wajah sebelum mandi. Iqbaal terlihat mengganti posisi tidurnya menghadap (Namakamu) yang bercermin. (Namakamu) tersenyum melihat dirinya sendiri di hadapan cermin.

"Baal.. aku cantik, kan?" tanya (Namakamu) yang mulai memberi sebuah krim-krim di wajahnya.

Iqbaal membuka kedua matanya, ia melihat istrinya melakukan ritual paginya. "Hmm..." Hanya sebuah deheman singkat.

"Apa arti hmm...? Hmmm.. adalah arti iya atau hmmm.. dalam arti tidak? Atau hmm... mau nyanyi intro Nissa Sabyan?" tanya (Namakamu) saat tengah berkaca.

Iqbaal memejamkan kembali matanya, (Namakamu) melirik ke arah suaminya yang kembali tidur. (Namakamu) tahu akhirnya akan seperti ini, Iqbaal tidak pernah menjawabnya dengan komplit.

Dengan gemas, ia mengambil salah satu koleksi lipstiknya kemudian ia berjalan ke tempat tidur. Ia melihat Iqbaal membuka matanya dan melihat dirinya yang kini dekat dengannya. Iqbaal sedikit mundur, (Namakamu) mendekat.

Kembali Iqbaal mundur, (Namakamu) mendekat. "Mau ke mana, Tuan Hmm.. " (Namakamu) dengan cepat menangkap Iqbaal, ia bahkan duduk di atas perut Iqbaal. Iqbaal pasrah saat istrinya ada di atasnya sembari membuka lipstiknya.

"Mau ngapain?" tanya Iqbaal dengan suara seraknya sehabis bangun dari tidurnya.

"Mau warnai bibir kamu, mana tau setelah diwarnai kamu jadi mudah berbicara sama akunya, kan," jawab (Namakamu) dengan senyuman manisnya, ia mulai mengolesi bibir Iqbaal dengan lipstiknya yang berwarna merah cabai.

Iqbaal hanya melihat bagaimana istrinya bahagia mengolesi lipstik di bibirnya. (Namakamu) menatap hasil karyanya, ia tertawa. Iqbaal menarik (Namakamu) agar dapat menciumnya, (Namakamu) pun mengecup pipi Iqbaal dengan gemasnya.

Iqbaal menahannya, ia bahkan mengusap rambut istrinya dengan sayang. "Iqbaal sayang sama aku, kan?" tanya (Namakamu) dengan bibirnya mengecup pipi Iqbaal.

Iqbaal menganggukkan kepalanya, (Namakamu) mulai membaringkan tubuhnya di atas Iqbaal bibirnya mengecup kecil pipi Iqbaal. "Kamu nanti ke rumah Mama ambilin titipan aku, ya, sayang. Oke?" bisik (Namakamu).

Iqbaal menganggukkan kepalanya, ia menatap (Namakamu) yang juga menatapnya. Iqbaal mengusap pipi istrinya dengan sayang, (Namakamu) tersenyum saat bibir Iqbaal yang terlihat merah.

Iqbaal tersenyum kecil melihat istrinya tertawa.

**

Bersambung

Ada yang respon tidak, ya?

The WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang