Renata tersadar dengan mata yang terbelalak. Ditatapnya lekat-lekat atap ruangan ini.
Awalnya ia bingung dimana ia berada sekarang. Namun saat melihat kain yang menutup tubuhnya dan seragam yang sekarang masih ia kenakan,Renata berspekulasi bahwa ia berada di UKS.
Ia terus memandang atap diatasnya ini. Tatapannya terkunci pada satu titik,dimana ada suatu titik kecil berwarna merah.
Perlahan titik kecil itu semakin membesar. Membesar. Membesar. Membesar.
Dan ..Zzzrrraaggghhhh ... !!!
"Huk .. huk .. huk .."
Seseorang mencekiknya.
Tetesan cairan merah dan berbau amis menitik-nitik diwajahnya.
"To .. to .. tolong .." Ucap Renata terbata-bata.
Cekikan orang itu begitu kuat. Renata sudah hampir kehabisa napas.
"Le .. le .. lep .. lepas !!"
Ia bisa melihat siapa gerangan yang mencekiknya. Gadis itu.
Dia 'Katara'. Dia yang mencekik Renata.
Titik-titikan cairan berbau amis itu terus menetes pada wajah Renata.
Renata terus bergerak mencoba melepas cekikan Katara. Ia meronta-ronta.
Harapannya seseorang dapat menemukan dan menolongnya. Ia terus meronta."Rena !! Rena !! Rena sadarlah !!" Ujar seseorang membuat Rena tersadar sepenuhnya.
Kain yang menutupi seluruh tubuhnya tadi disibak.
Tarikan napas Rena begitu cepat dan tak teratur. Wajahnya pucat pasi,matanya terbelalak. Ia terus memegang lehernya.
"Minum dulu." Kata orang itu yang adalah Beny,teman sebangkunya.
Beny bisa melihat dengan jelas raut ketakutan yang sedang melingkari teman sekelasnya itu.
Laki-laki berwajah oriental ini duduk kembali ditempat sebelumnya disebelah kasur Renata. Ia menerima gelas kosong dari Renata.
"Apa yang terjadi?" Tanya Beny.
Renata tak menjawab.
"Dimana aku?" Tanya Renata.
"Kau di UKS." Jawab Beny. "Apa yang terjadi padamu? Kami menemukanmu tergeletak pingsan di perpustakaan." Ujar Beny sedikit khawatir.
Renata belum menjawab. Ia tidak ingin menceritakan hal yang dialaminya pada orang lain sekarang.
"Kenapa kau masih disini?" Tanya Renata.
"Aku ditugaskan Bu Lidya untuk menjagamu." Jawab Beny.
"Kau bisa pergi sekarang."
"Tidak."
"Kenapa?"
"Melihatmu dengan raut wajah ketakutan seperti itu,tidak mungkin aku harus meninggalkanmu sendirian disini."
Renata menelisik kesekelilingnya. Benar. Tak ada seorangpun disana. Hanya ia sendiri pasien didalam UKS ini.
Renata terdiam. Ia juga tidak jadi mempermasalahkan keberadaan Beny sekarang.
"Ceritakanlah padaku apa yang terjadi?"
"Kenapa kau ingin sekali mendengarnya?"
"Kupikir jika kau menceritakannya,mungkin itu akan sedikit mengurangi beban dalam dirimu. Dan mungkin aku bisa membantumu."
Renata terlihat merenung sebentar. Mungkin ia berpikir perkataan Beny ada benarnya juga.
"Tapi kalau aku menceritakannya,kau mungkin tidak akan percaya." Ujar Renata.
KAMU SEDANG MEMBACA
KATARA
Teen FictionRenata tersadar dari komanya akibat mimpi buruk yang ia alami. Satu tahun lamanya ia harus mengalami satu hal yang disebut mati suri. Begitu Renata pulih,ia kembali masuk sekolah. Namun hal-hal menghampiri dirinya. Itu semua berkaitan dengan seorang...