Tiga

2 0 0
                                    

Seperti pembicaraan mereka siang tadi,sore ini kira-kira pukul empat Beny hendak ke rumah Renata.

Bermodal alamat yang diberi Renata,Beny mengayuh sepedanya menyusuri jalanan Jakarta.

Ternyata jika dari SMAK St. Peter Jakarta, sekolah mereka ke rumah Renata dikomplek Karang Indah ini hanya memakan waktu sekitar lima menit.

Kini Beny berdiri dibalik pagar sebuah rumah yang cukup besar bernomor 56.
Ia mengetuk-ngetuk pagar. Tak lama seorang gadis cantik berambut panjang yang dibiarkan terurai keluar dan membuka pintu pagar itu.

"Selamat sore,Beny." Ucap Renata sambil tersenyum.

"Sore."

"Ayo masuk." Ajak Renata.

Beny mengikuti langkah Renata sambil mendorong sepedanya dan diparkir di halaman rumah.

Mereka masuk ke dalam rumah Renata dan duduk di ruang tamu.

"Apa susah menemukan rumahku?" Tanya Renata.

"Ah,tidak juga. Jalan masuk ke komplek ini hanya satu. Jadi aku tidak begitu kesulitan untuk menemukan rumahmu." Jawab Beny.

"Syukurlah."

"Kau mau minum apa? Biar kubuatkan." Tawar Renata.

"Apa saja."

"Kalau begitu tunggu sebentar."

"Ya."

****

"Sslrruup .. aaahh..."

Satu tegukan terakhir dari teh yang diminum Beny.
Ia meletakkan gelas dengan hati-hati ke meja.

"Jadi,apa yang kau ketahui tentang Katara?" Tanya Renata membuka obrolan.

"Tidak banyak."

"Apa saja?"

"Yang ku tahu setahun yang lalu sebelum dia meninggal,dia juga murid dari kelas 2-7."

"Lalu?"

"Dia juga korban bullyan."

"Bully?"

"Ya. Beberapa kali aku melihatnya dibully oleh sekelompok siswa."

....

Renata terlihat serius mendengar tuturan Beny.

"Disekolah tak ada yang tahu pasti alasan dia bisa meninggal.
Kami hanya menduga bahwa dia bunuh diri."

"Kapan tepatnya dia meninggal?"

"Kalau tidak salah tanggal sepuluh agustus tahun lalu."

"Apa mungkin kecelakaan yang ku alami berkaitan dengan kematian Katara? Kata ibu aku juga mengalami kecelakaan di sekolah setahun yang lalu." Ucap Renata.

"Entahlah. Aku tidak begitu tahu." Kata Beny. "Tapi... Kata Bu Lidya,keesokan hari setelah insiden kecelakaan Katara,kau terjatuh dari lantai tiga kelas kita dan kepalamu terbentur keras."

"Benarkah seperti itu?"

"Tentu. Itulah yang dikatakan Bu Lidya."

KATARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang