Kisah Cinta Mariantje

6 1 0
                                    


"Kamu memang selalu begitu!!!" Jerit Anita pada Ares, kekasihnya.

"Sudahlah, jangan marah-marah terus." Ares berusaha meredam emosi yang perlahan-lahan meninggi.

"Bagaimana aku tidak marah-marah kalau kamu selalu melupakan janji kita?!" Anita masih terus mencecar.

"Aku minta maaf, oke." Ares tampak mulai tidak sabar. "Aku sungguh-sungguh minta maaf."

"Ini bukan kali pertamanya kamu melupakan janji pertemuan kita. Apa sih yang ada di pikiranmu?" Anita masih terus memuntahkan kekesalannya walau kini suaranya melunak.

"Aku sedang menulis, lalu lupa waktu." jelas Ares.

Anita mendengus. "Alasan yang sama, selalu alasan yang sama."

"Kau menanyakan alasan, aku memberikan alasanku, lalu kenapa kau marah?" Ares balik emosi.

"Semakin hari aku semakin tidak memahamimu, Ares."

Anita beranjak pergi meninggalkan Ares seorang diri.

"Anita... Anita... tunggu..." Ares mengejarnya tapi sosok Anita begitu cepat berbaur dengan orang-orang di sekitarnya.

Ares menghentakkan kaki dengan kesal. Kalau tahu semuanya akan berakhir dengan saling memaki, dia tidak akan mau menemui Anita pada saat jam makan siang.

Bukannya Ares tidak menyadari kesalahannya. Dia tahu kalau dia memang bukan pacar yang sempurna. Beberapa kali dia memang melupakan janji kencan dengan Anita, tapi sungguh dia tidak sengaja melupakan janji mereka. Kalau sedang asyik menulis, dia seolah terputus dengan dunia sekelilingnya. Yang ada hanya dia dan tokoh ciptaan dalam kisah yang tengah dirangkainya. Memang sudah beberapa kali Anita mengeluhkan kebiasannya, tapi Ares sendiri tidak kuasa menahan dorongan menulis yang begitu kuat. Kisah yang dirangkai Ares memang seolah memiliki daya magis yang kuat, memesona siapa saja yang membacanya. Tak heran kalau novel-novelnya selalu saja best seller. Tapi, sayang kesuksesan itu tidak sejalan dengan keberhasilannya mempertahankan hubungan cintanya. Sudah beberapa kali Ares berpacaran, dan semua gadisnya mundur dengan alasan yang sama. Ares terlalu asyik dengan tokoh-tokoh dalam novelnya. Sampai saat ini, Anita lah gadis yang paling lama bertahan di sampingnya. Gadis-gadis lain biasanya memilih mundur pada bulan kedua.

Ares naik ke bis pertama yang berhenti di hadapannya. Dia tidak tahu kemana tujuan bis itu, tapi dia tidak peduli. Dia butuh tempat untuk menyepi. Dia butuh waktu untuk menyendiri. Dia yakin Anita juga butuh waktu untuk sendiri. Mereka sama-sama butuh waktu untuk menyendiri. Mungkin selama beberapa hari, mungkin juga beberapa minggu.

Ares duduk di dekat jendela. Dia termenung memandangi jalan-jalan yang seolah berlari menjauhi bis yang ditumpanginya. Ares sadar, kalau dia tidak berubah juga, pemandangan ini akan menjadi kenyataan. Anita akan berlari menjauhinya. Ares menghela napas pelan. Dia harus segera mengubah tingkah lakunya.

"Mau turun di mana, Pak?" tanya kondektur.

Ares tersadar dari lamunannya. Dia menatap ke sekeliling bis yang sudah kosong itu. Ke mana penumpang yang lainnya?

"Yang lain sudah turun semua." jawab si kondektur bis.

"Kalau begitu, saya turun di sini saja." Ares buru-buru membayar ongkos bis dan turun. Dia memandang ke sekelling. Jalan yang asing dan sunyi. Hmmm... cocok untuk tujuan awalnya. Menyepi. Menjauh sejenak dari hingar bingar manusia lainnya. Ares melangkahkan kakinya. Tidak jauh di depan, dia melihat sebuah bangunan yang berwarna putih. Tas laptopnya tersampir di pundaknya. Matanya mengamati bangunan putih itu berikut lingkungan di sekelilingnya. Sepi, sunyi. Ares tersenyum. Tempat seperti ini yang dia cari. Tempat seperti ini yang dia butuhkan.

Kisah Cinta MariantjeWhere stories live. Discover now