Di malam yang gelap dan sunyi di kota London, seorang wanita berjalan sendirian. Wanita itu terlihat mengeratkan coat yang dipakainya. Berharap bisa melindungi tubuh mungilnya dari udara kota London yang semakin dingin.
Jeniffer Alexandra Rosaline Daxon, wanita cantik berambut hitam panjang, hidung mancung dan mata berwarna biru yang kontras dengan kulit putihnya. Rose begitu orang lain memanggilnya, seorang wanita sebatang kara yang tinggal di sebuah flat kecil di pinggiran kota London.
Ia baru saja pulang kerja dari sebuah cafe di tengah kota London saat jarum jam menunjukkan pukul 11 malam. Hari ini Ia mendapatkan jatah untuk shift malam. Meskipun ditengah udara yang dingin di bulan Desember, tapi Rose tetap bersemangat dalam bekerja. Sebenarnya cukup berbahaya bagi seorang wanita yang pulang sendirian di malam hari. Tapi tidak bagi Rose, ia menolak saat teman kerjanya di cafe menawarkan tumpangan untuknya.
Dan di sini lah ia, berdiri memandang sejenak bangunan di depannya sebelum melangkah masuk. Saat pintu lift terbuka, ia segera bergegas masuk dan menekan angka 4 dimana flat-nya berada. Sebelum pintu lift tertutup, seorang pria misterius masuk ke dalam lift. Pria itu menggunakan baju serba hitam dengan penutup kepala.
Rose berusaha untuk mengabaikan pria yang berdiri di belakangnya. Namun tiba-tiba ia merasa bulu kuduknya berdiri. Ia merasa gelisah dan ingin segera mengunci diri di dalam flat mungilnya. Dan saat lift berhenti di lantai 4, ia segera bergegas keluar.
Ia semakin mempercepat langkahnya saat mendengar langkah kaki seseorang. Ia berusaha untuk tetap tenang meskipun jantungnya berdetak tak karuan. 'Oh God please' tanganya sedikit bergetar saat memasukkan password. Tiba-tiba ia berhenti memasukan angka saat seseorang melewati nya. Bukan karena orang itu memanggilnya, tetapi aroma orang itu lah yang membuatnya terpaku.
Saat kesadarannya mulai pulih, ia segera membuka pintu lalu bergegas menuju dapur. Tenggorokannya terasa kering, seolah ia telah berlari berkilo-kilo meter. Dengan membawa gelas ia masuk ke dalam kamar.
Gelas ditangannya terjatuh, pecah menjadi kepingan-kepingan kecil. Dengan wajah yang masih syok, ia berjalan mendekati ranjang. Di sana, setangkai mawar biru ada di atas ranjangnya.
Ini bukan pertama kalinya ia mendapatkan setangkai mawar biru. Sudah beberapa kali ia mendapatkan kejutan seperti ini. Tapi ia tidak tahu siapakah orang yang berani masuk ke dalam flat nya dan meletakkan mawar di sini.
Dengan tangan gemetar, ia meraih mawar itu lalu membuangnya ke tempat sampah. Tanpa mengganti baju, dengan takut Rose meloncat ke ranjang dengan mata tertutup.
"Siapa kau sebenarnya? Apa maksud mawar biru ini?" Lirihnya, ia benar- benar ketakutan. Bagaimana mungkin ada yang bisa masuk ke flatnya. Sedangkan sebelum pergi ia sudah mengunci semua pintu dan jendela.
Besok pagi ia harus melaporkan hal ini pada pihak keamanan. Dan saat ini yang harus ia lakukan adalah beristirahat.
Seperti janjinya tadi malam, setelah membersihkan diri dan sarapan. Rose segera menemui pihak keamanan bangunan. Sekali lagi ia memastikan semua pintu dan jendela sudah dikunci.
Rose bergegas memasuki lift lalu menekan angka 1. Tapi sebelum pintu lift tertutup, masuk seorang pria dengan wajah yang tampan. Pria itu bertubuh tinggi dan berotot, rambut hitam legam, rahang yang tegas dan mata hitam yang tajam. Rose seolah terhipnotis hingga tanpa sadar menahan nafas. Pandangannya seolah terpaku pada sosok pria tampan di sampingnya.
"Do you like what you look, miss?" Rose sedikit terkejut saat tiba-tiba pria itu menoleh.
"Apa aku terlihat sangat tampan?" Tanya pria itu lagi sedikit menyeringai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Rose (Oneshot)
Historia CortaSiapa sebenarnya dirimu? Kenapa selalu mengirimkanku mawar biru? Ya Tuhan! Bagaimana mungkin dia bisa masuk ke kamarku? "Apa kau menyukai kejutanku, pumpkin?" Tanyanya. "What do you mean?" tanya Rose dengan suara bergetar. "Rose... that beautiful bl...