The Reason

- PROLOG -

Untuk kamu, sang pemilik senyum manis yang selama ini aku tunggu agar kamu menarik kedua sudut bibirmu dan tersenyum hangat padaku. Aku selalu berkhayal, jika aku bisa melihat senyumanmu suatu saat nanti, aku ingin akulah yang menjadi alasanmu untuk tersenyum. Tapi aku sadar, kehadiranku saja tak pernah kamu hiraukan, bagaimana bisa aku menjadi alasanmu untuk tersenyum. Aku adalah aku, gadis penganggu dan pengusik hidupmu.

Aku selalu memaksakan keinginan yang tak bisa aku genggam.

Aku selalu mengejar langit yang tak akan pernah bisa aku sentuh.

Dan aku selalu berlari ditengah-tengah lorong yang kosong tanpa ujung.

Penantian yang membuat hatiku lelah untuk menunggu, menunggu kamu yang tak kian memberi kepastian.

Menunggu kamu yang tak kunjung memberi alasan, dan menunggu kamu agar kamu bisa melirik kearahku.

Aku bodoh. Menunggu orang yang tak mungkin datang. Menunggu dia yang tak pernah peduli. Menunggu dia yang selalu menumbuhkan luka kecil yang kian hari kian membesar. Aku ingin menangis, menjerit, tapi takkan membuat dia memberikan sedikit ruang dihatinya untukku. Sakit memang, tapi bolehkah aku tetap berjuang?

Lelah? Tentu.

Bosan? Tentu.

Sakit? Apalagi.

Tapi aku tak pernah menyerah untuk terus mengejarmu. Karna aku percaya, bahwa

Suatu usaha, tak akan pernah menghianati hasil. Rasa sakit yang Tuhan kirimkan hari ini, akan tergantikan oleh kebahagiaan tak terduga suatu saat nanti.

Terkesan memaksa? Ya memang.

Itulah kebenarannya. Aku terlalu berharap kejauhan tentangmu. Harapan yang mungkin impossible untuk terjadi. Tapi apakah salah bila aku masih mengharapkannya setiap waktu?

Dan kamu tau?

Aku pernah menyerah akan semua sikapmu padaku. Aku pernah mencoba perlahan menjauhimu.

Tapi apa yang terjadi?

Sejauh apapun aku menjauhimu, hatiku akan kembali pada rumahnya.

Hatiku tau,

Kemana dia harus pulang.

****