Bagian 1

18 5 6
                                    

"Andra!! Mau kemana kamu?!" pria setengah baya itu berteriak lantang memanggil nama anak bungsunya. Namun tak sedikitpun digubris. Ia lantas mengejar anaknya itu.

"Kamu mau kemana malam-malam begini?!" tanya dia kesal. Dia menyengkram kuat lengan anaknya.

"Kemana? Terserah aku lah." jawab anak itu malas.

Andra David Purnomo. Ya, anak pembangkang itu bernama Andra. Awalnya dia anak yang patuh pada orang tuanya. Namun karena salah pergaulan, ia menjadi rusak.

"Kalau ditanya orang tua itu jawab yang sopan! Ayah cuma tanya kamu mau kemana?" Suara ayahnya melembut.

"Mau main sama temen." jawab Andra asal.

"Main kemana?!"

"Ish! Ayah tuh kepo banget sih. Ya kemana aja terserah aku!"

Setelah mengatakan itu Andra keluar dari rumahnya dan menghampiri temannya yang sudah menunggu di depan. Ia tak peduli ayahnya yang terus memanggil namanya.

"Lama amat bro?" tanya Vian, teman Andra.

"Biasa lah. Diwawancarai dulu sama bokap. Yuk ah cabut." Andra mengambil helm yang diberikan Vian. Tak lama kemudian, motor itu melesat meninggalkan halaman rumah Andra.

___

Suara musik berdentum keras memenuhi segala sisi ruangan tempat kotor itu. Terlihat banyak orang yang rusak atau mungkin mencoba merusak dirinya di dalam tempat itu. Andra bersama Vian masuk ke dalam dan langsung disambut oleh Reno.

"Woi, baru dateng lo?" tanya Reno sambil tertawa.

"Hahaha, biasa No, anak papa. Dilarang-larang!" balas Vian sambil menekankan kata 'anak papa'.

"Brisik kalian. Mana Dicky?" Andra tak menanggapi ejekan kedua temannya itu. Ia menanyakan keberadaan sahabat karibnya.

"Tuh udah tepar dia." jawab Reno menunjuk ke arah lelaki yang duduk di kursi panjang memegang kepalanya. Andra lantas menghampiri sahabatnya itu.

"Habis berapa gelas lo?" Andra menyenggol bahu Dicky yang lemas. Yang disenggol hanya mendongakkan kepala ke arah Andra.

"Lo mau?" Dicky tersenyum picik dan menyodorkan Andra segelas vodka.

"Thank's bro."

Malam itu Andra mabuk-mabukan bersama teman-temannya. Begitulah kebiasaan Andra setiap malam. Kalau tidak mabuk, ya balap liar. Jarang sekali Andra berada di rumah. Namun, kebiasaan Andra ini belum diketahui oleh keluarganya. Andra masih menyembunyikan ini semua. Karena kalau ayahnya tau, bisa-bisa ia dikurung sepanjang hari. Andra benci itu.

___

Krek

"Habis dari mana Ndra?"

Andra terperanjak mendengar suara kakaknya yang kini tengah berdiri di hadapannya. Ardan, kakaknya menatap Andra tajam.

"Bukan urusan lo." jawab Andra ketus. Andra bergegas menuju kamarnya.

"Kakak nggak denger suara motor kamu. Kamu pulang naik apa?"

Andra menghentikan langkahnya, "Lo budeg ya kak? Jelas-jelas tadi ada suara motor lewat."

"Itu bukan motor kamu. Kakak hafal suara motor kamu itu kayak apa."

Arghh! Andra menggeram dalam hati. Kakaknya ini sangat memperhatikan segala seluk beluk tentang dirinya.

"Motor gue di bengkel. Bannya bocor."

Pastinya itu hanyalah alasan Andra untuk menutupi fakta bahwa motornya telah diambil karena ia kalah dalam balap liar tadi. Ia bertaruh motornya jika ia kalah.

"Yaudah. Sekarang kamu tidur, udah malem." suruh Ardan.

"Gue tau kalo ini udah malem. Gue nggak sebego yang lo pikirkan!" Andra melanjutkan langkahnya menuju kamar, meninggalkan kakaknya sendiri.

Mendengar jawaban adiknya Ardan hanya bisa menghela napas, sabar. Ardan tidak tau kenapa Andra selalu bersikap ketus kepadanya. Padahal Ardan selalu bersikap baik pada Andra, ia selalu sabar menghadapi Andra dan tak pernah menunjukkan amarahnya sedikitpun. Ardan rindu Andra yang dulu, yang selalu bersamanya.

Semenjak Andra masuk SMA sikapnya berubah. Ia salah pergaulan. Benar-benar berubah.

___

Vote comment ditunggu❤️

Masih belajar nulis, jadi mon maap kalo masih belum sesuai harapan pembaca:)

Cover ceritanya jg masih jelek ya😂
Author gk pinter ngedit. Besok ae dah diganti😀

FlashlightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang