Chapter 1

2 1 0
                                    

     "Bad Dreams"

Kalimat pertama yang pria itu ucapkan di pagi, hari Sabtu. Akhir-akhir ini mimpi buruk terus menghantuinya, tidak membiarkan dirinya untuk tidur nyenyak. Tidak bisa.

Pria itu menghantam kan kedua kakinya ke lantai dari apartemen tempat ia tinggal. Membangunkan tubuhnya dengan malas. Yah. Semua orang juga tahu, seharusnya Hari Sabtu ialah hari untuk berlibur. Tapi tidak untuk mahasiswa di kampus disekitar London tersebut. Karena ada kendala mendesak, sang dosen meminta khusus kepada murid didik nya untuk datang ke kampus pada hari Sabtu.

Pria itu mendengus kesal. Mengingat jadwal kelas nya.
'Tidak kah lima hari sudah melelahkan? Ditambah dengan satu hari lagi? Rutinitas yang membosankan. Membuatku mual'

Ujarnya gerutu. Baginya. Hari dimana Tidak ada kegiatan di luar sama sekali adalah sebuah keajaiban. Tidak pergi ke kampus. Tidak pergi untuk bekerja part time. Tidak bertemu orang² asing diluar sana.

Hanya diam dirumah. Menyantap semangkuk sereal di pagi hari sembari menonton televisi. Di siang hari dihabiskan untuk tidur. Melepas penat sepanjang hari yang lalu. Dan di sore hari, melakukan apa saja yang diinginkan nya.

Tapi kau tidak bisa melakukan semua itu jika ingin tetap hidup. Minimal, bekerja dan mendapatkan uang. Uang. Jika saja uang turun dari langit bagaikan air yang turun melalui hujan. Tidak ada lagi orang miskin di dunia ini. Tidak ada yang bisa menyombongkan diri merasa paling kaya. Semua manusia itu sama. Tidak ada kalangan rendah maupun atas.

Membayangkan nya saja sudah membuatnya sakit kepala. Tidak ada yang namanya hujan uang---secara terus menerus. Berhenti menghayal dan jalani saja hidupmu. Mau tidak mau, suka tidak suka.

Pria itu berjalan menuju kamar mandi dan mulai bersiap-siap. Tentunya dengan perasaan malas menyelimuti gerak tubuhnya.

***

     "Key! Hei! Hei Shawn!!"

Panggil seorang wanita pada pria yang tengah berjalan di sebelahnya. Wanita itu tengah duduk di sebuah bangku. Yang persis baru saja dilewati oleh pria yang ia panggil. Wanita itu pun berjalan disebelah orang yang ia panggil Shawn. Keyshawn.

Wanita itu terus memandang wajah pria disebelahnya. Berharap mendapat perhatian dari orang itu. Yah, dia adalah wanita yang suka mencari perhatian. Hanya pada satu orang. Keyshawn.

     "Berhenti memandangi ku Ivy"

Ujar pria itu. Dengan ekspresi datar terpapar di wajahnya. Pandangan nya lurus menatap gedung besar di hadapannya. Tanpa menoleh sedikitpun pada wanita yang dipanggilnya Ivy.

Sementara Ivy terkekeh pelan. Merasakan sesuatu yang lucu saat melihat respon datar Shawn. Bukan sesuatu yang lucu sebenarnya, bahkan terkesan biasa saja. Tapi bagi orang seperti Ivy, melihat pria yang ia sukai menyebut nama nya saja sudah sesuatu yang menyenangkan. Maksudnya---membahagiakan.

   "Hei, ayolah Shawn. Hei, pria Beku! Izinkan aku untuk mencairimu ya?!  Akan kutunjukkan pada seluruh dunia tentang sifat aslimu itu! Haha. Eh, siapa tahu jika mereka mengetahuinya, para wanita akan mulai berbaris dan mengincarmu sepanjang waktu" ujarnya kembali terkekeh pelan. Ia sempat menepuk kedua tangannya---mengingat kalimat terkahir yang ia ucapkan. Meski sebenarnya ia tidak rela jika ada wanita lain mendekati pria yang disukainya yaitu.

Keadaan hening. Tidak ada respon lagi dari pria itu. Pandangan nya tetap menuju gedung di depannya. Dengan langkah kaki yang juga stabil dari awal masuk gerbang Kampus hingga sekarang yang hampir menginjak lantai dari gedung besar itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Weekend And The Unforeseen IncidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang