2. Si pirang

54 38 52
                                    

    

     Untuk pertama kalinya selama 17 tahun Aluna menemui cowok yang tengil dan nyeselin seperti Aldy. Biasanya cewek itu hanya melihat di televisi dan membaca di novel-novel dan sekarang ia harus berhadapan langsung bahkan duduk sejajar. Entah hal apa yang akan terjadi padanya jika itu berlangsung selama satu tahun.

"Ayo, sayang." Aldy menunduk sedikit agar dapat melihat wajah Aluna yang memerah karena kesal.

"Jangan panggil gue sayang dan gue nggak mau manggil lo sayang!" Sentak Aluna sambil mendorong wajah Aldy dengan telunjuknya agar menjauh dari zona wajahnya yang sedang menatap lurus Ibu Lisa menjelaskan.

Aldy terkekeh. "Bilang dong mau pegang muka gue, nggak usah sok ngedorong." Aldy menangkap tangan Aluna yang hendak meraih pulpen lalu menempelkan telapak tangan Aluna ke pipinya. Belum sedetik menempel Aluna menyentak tangannya menjauh.

"Lo gila ya?" Aluna melototkan matanya.

"Iya gue gila, tergila-gila sama lo." Aku Aldy sambil tersenyum lebar.

"Dasar gak waras!" Seru Aluna lalu kembali fokus dengan apa yang dijelaskan Bu Lisa. Baginya kegantengan seseorang tidak akan berpengaruh jika sifatnya tidak memadai.

Hingga bunyi lonceng berdenting 3 kali, Aluna menghela nafas lega ketika Ibu Lisa pamit keluar Kelas bersama Rizky yang membawa tumpukan buku. Selama beberapa jam ia menahan amarahnya untuk tidak meladeni sikap Aldy yang terus-terusan memancing kemarahan Aluna hingga akhirnya ia bebas keluar Kelas dan menghiraukan panggilan Aldy di Belakang.

Suara langkah yang terdengar mengikuti, Aluna mempercepat langkahnya sambil mengumpat dalam hati.

"Eh, Aluna tunggu gue bukan Aldy." Suara cempreng khas cewek langsung menghentikan langkah Aluna. Hingga seorang cewek dengan rambut berkuncir kuda muncul di hadapannya bersama dengan cewek berambut bergelombang sebahu. Aluna memicingkan matanya seolah tidak asing dengan 2 cewek yang menghentikan langkahnya ini.

Dua cewek tadi tersenyum. Lalu cewek dengan rambut berkuncir rapi mengulurkan tangannya. "Nama gue Riska."

Aluna membalas menjabat tangan Riska, kemudian cewek berambut gelombang juga mengulurkan tangannya. "Nama gue Caca."

Aluna juga membalas jabatan Caca, tapi ia tidak menyebut namanya sama sekali karena salah satu dari mereka sudah menyebut namanya tadi. Namun Aluna tidak mengerti mengapa mereka tahu namanya, ya walaupun seragam Aluna terdapat namanya tapi tidak mungkinkan mereka dapat membaca dari Belakang.

Seakan memahami wajah bingung Aluna, Caca tersenyum. "Gue sekelas sama lo, masa lo gak kenal sama muka gue yang paling imut-imut gini?"

"Yang ada amit-amit kali, haha..." Balas Riska tertawa sambil menutupi mulutnya.

Caca mencebik sambil mendorong bahu Riska hingga cewek itu terhuyung beberapa langkah dari tempat asalnya berdiri dan karena itu Aluna dan Caca melotot ketika Riska malah menabrak seorang siswi berambut pirang.

"Lo punya mata nggak sih!?" Bentak cewek pirang itu mendorong balik Riska. Hingga Riska kembali berdiri di antara Aluna dan Caca. Dari situ terlihatlah wajah ketakutan Caca dan Riska, Aluna bingung sekaligus kesal karena cewek pirang itu terlalu kasar padahal jelas tidak sengaja.

"Sori, Sya." Cicit Riska dengan pelan, lalu Caca menatap Riska dengan memelas karena merasa bersalah mendorongnya.

"Kali ini lo selamat karena gue buru-buru." Kata cewek pirang itu sambil menatap Caca dan Riska tajam dan ketika tatapannya melihat Aluna ia menyerngit tapi hanya sebentar karena setelahnya cewek itu mendengus sambil berjalan menjauh dari hadapan mereka bertiga.

LUNALDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang