♡Pertemuan dan Perpisahan♡

43 11 0
                                    

《 Masalah perasaan tak bisa disepelekan.
Terkadang perasaan yang menyerang kita, sungguh akan terjadi. Tak peduli itu baik ataupun buruk. 》

"Pa, papa mau rotinya kan? Ica buatin ya? Papa mau pakai selai apa?" Tanya Aleesha sambil memilih selai yang akan ia gunakan.

"Gak usah, rotinya buat kamu aja. Nanti papa sarapan di kantor." Jawab David Anderson, papa Aleesha tanpa melepaskan tangan dari ikatan dasi.

Aleesha langsung menoleh.

"Gak boleh, papa. Nanti, lambung papa kumat lagi. Ica gak mau liat papa kesakitan lagi. Papa juga gak mau liat Ica nangis kan?" Raut wajahnya seketika berubah menjadi sangat manja seperti anak kucing yang meminta makanan.

David terkekeh melihat sikap gadis kecilnya yang sangat menggemaskan.

"Yaudah, kalau gitu, berikan papa 2 buah. Yang pakai selai blueberry ya, biar mata papa tambah melek." Aleesha langsung tersenyum sumringah dan langsung melenggang mengambilkan papanya 2 buah roti isi selai blueberry ditambah segelas susu hangat.

"Makasih my sweetheart." Pipi Aleesha selalu memerah jikalau papanya sudah memberikan senyuman manis padanya.

Memang, papanya memiliki wajah yang sangat tampan. Bagaimana tidak, papanya adalah orang berdarah blasteran. Kakek Aleesha adalah warga negara Jerman, dan neneknya adalah orang Indonesia, tepatnya adalah orang Padang asli.

Jadi, tak heran jika Aleesha kecipratan wajah blasteran dari Kakeknya itu.

Setelah dilihatnya papanya telah menghabiskan roti dipiring, Aleesha dengan sigap mengambil piring dihadapan papanya dan membawanya ke dapur untuk dicuci.

"Ca," sontak Aleesha menoleh.

"Hari ini, kamu berangkat bareng papa aja ya, papa tungguin." Pinta papanya dengan nada rendah yang dirasa asing di telinga Aleesha.

"Iya pa." Aleesha tak pernah membangkang atas perintah papanya.

Tapi, di lubuk hatinya yang paling dalam, Aleesha merasakan ada sesuatu yang berbeda. Dan, tiba-tiba rasa sedih dan takut menyerangnya. Aleesha tak tahu mengapa.

Tapi, ia mencoba menepis jauh-jauh rasa gundah itu.
Toh itu cuma masalah persaan saja, batin Aleesha.

•       •       •

Aleesha segera mengunci pintu setelah dirinya dan sang papa keluar dari rumah untuk memulai aktivitas.

Saat berbalik, dapat ia temukan raut bangga di wajah papa tercintanya.

"Gadis kecil papa sekarang udah besar ya," sambil mengusap kepala Aleesha yang dilapisi kerudung coklat.

"Papa jadi merasa lebih tenang dan bisa menaruh seluruh kepercayaan papa padamu, sweetheart." Aleesha tak mengerti arah pembicaraan papanya itu.

David mendesah pelan, "yaudah, ayo berangkat, nanti takut macet dijalan." Tarik David pada Aleesha yang membuat aleesha semakin keheranan.

•       •       •

Mobil mereka berhenti tepat di depan gerbang SMA Nusa Harapan Bangsa yang megah.

"Belajar yang rajin, jangan melawan guru, buat papa bangga padamu ya." Ucapnya sambil mengecup kening mulus Aleesha.

Aleesha menarik tangan papanya dan menciumnya, "insya Allah, Ica akan buat papa bangga. Doa-in ya pa!" Sedetik kemudian dia memberikan senyuman terbaiknya.

Lagi-lagi David terkekeh, "kalau kamu senyum terus gitu, kita bakal disini sampai malam dong." Keduanya tertawa.

"Sampai nanti ya pa, Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam,"

Blam.

"Aku rasa ia sudah siap menempuh kehidupan yang sesungguhnya." David langsung meninggalkan sekolah Aleesha.




Deru mobil yang didengar sudah semakin menjauh membuat Aleesha mau tak mau menoleh. Dan bibirnya mengembang sendirinya. Hari ini, ia mendapatkan perhatian penuh dari sang papa tercinta.

Ttteeeeeeeeeeeeeett!!!

Aleesha terlonjak kaget mendengar suara bel yang menggema ke seluruh bagian sekolah. Ia langsung berlari menuju kelas.

Saat berlari di koridor sekolah, tali sepatunya terlepas dan membuat Aleesha terjatuh karena menginjaknya.

"Aaaaaaaa!!!"

Sreettt.

"Hah.. hah.." jantung Aleesha berdetak kencang dengan nafas yg memburu.

Aleesha merasakan tubuhnya diangkat oleh tangan yang kokoh. "Makanya besok-besok, jangan telat lagi, biar jangan lari-lari dan jatoh gini."

Ya Allah, suara lelaki!!

Apa aku bersentuhan dengan lelaki?!!

Aleesha cepat-cepat melepaskan tangan kokoh yang memegangi bahunya.

"Maaf, terima kasih ya." Dan Aleesha buru-buru meninggalkan si lelaki misterius itu dengan rasa malu yang memuncak hingga ke ubun-ubun.

Holaaaa!!

Aku disini sebagai penulis yang baru belajar, jadi maklum kalo tulisannya pendek dan jelek.

Ada yang penasaran ga, siapa sih yang nolongin Aleesha itu?😆

Tungguin up date-an ku selanjutnya ya manteman.😋

Bubyee~~~

Liebe DichTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang