Bab 1

42 7 5
                                    

Jangan terlalu percaya,
Jangan terlalu mencintai,
Jika kau terluka karena terlalu percaya dan dalam hal mencintai kau kalah,
Maka kau akan kebingungan bagaimana cara mengembalikan hati yang dulu utuh sebelum dihancurkan oleh tangan yang bahkan tidak ingin kau temui lagi.
-Agstn21

Malam ini seperti mimpi buruk yang menjadi nyata bagiku, aku berjalan melangkahkan kaki mengeratkan jaket memeluk tubuhku yang menggigil diterpa angin malam.  Aku berhenti, terdiam lalu pikiranku melayang ke masa 2 tahun lalu. Air mataku mengalir membasahi pipi, mataku sembab karena menangis seharian. Kesedihan ini menggerogoti pikiranku. Aku tertunduk lesu, menghela nafas lalu melangkahkan kembali kakiku dengan perlahan.

“Elsaaa!” teriak seseorang dari ujung lorong, aku mengenal suara itu.

Aku tak ingin menoleh lagi dengannya. Aku mempercepat langkahku, sedikit berlari. Ia kembali memanggil namaku dengan langkah yang sedikit tergesa-gesa mengejar langkahku,

“Elsa kumohon berhenti, dengarkan aku dulu!” ia berhasil menggapai tanganku.

“Lepaskan aku, apalagi yang perlu aku dengarkan. Ini untuk yang kesekian kali, aku tak bisa memaafkanmu lagi. Lepaskan aku kumohon, lalu pulanglah!” Aku menghentakkan tangannya dengan keras.

Ia tertunduk, aku melihat matanya sedikit berkaca ada penyesalan disana tapi semuanya sudah terlambat. Aku berjalan meninggalkannya.

“Elsa, maafkan aku!” gumam Veno dengan suara serak penuh penyesalan.

Aku kembali meneruskan langkahku tidak menghiraukan ucapannya.

--o0o--

Matahari muncul dengan malu-malu dibalik tirai jendela kamar membuatku terbangun dan mengerjapkan mata. Pikiranku melayang untuk beberapa detik mencerna apa yang terjadi semalam, aku duduk di atas king sizeku menghelah nafas lalu pergi ke kamar mandi. Aku berkaca memperhatikan wajahku yang terlihat kusam.

“Patah hati membawa pengaruh untuk kulit wajah”. Pikirku sedikit geli.

Namaku Elsa Gracia Winata wanita dewasa berumur 24 tahun. Aku wanita bodoh yang terus-terusan disakiti lalu memafkan dengan mudah. Aku tidak akan menjadi bodoh lagi, laki-laki itu tidak akan pernah bisa mendapatkan maafku lagi. Iya dia Veno Jonathan, laki-laki yang sudah menjadi kekasihku ah maksudku mantan kekasihku sejak 2 tahun lalu. Aku bahkan membencinya sekarang, ck! Laki-laki menjijikan yang tidak punya pendirian dengan komitmennya sendiri. Jangan harap aku akan berlarut-larut dalam kesedihan, tidak akan. Mulai hari ini Elsa akan menjadi wanita kuat yang tidak akan mudah percaya dengan kata-kata manis para laki-laki, itu janjiku untuk diri sendiri. Ah hampir pukul 08.00 Wib, aku harus bergegas pergi ke kantor.

--o0o--

7 tahun lalu aku mengenal Veno, Veno Jonathan. Dia adalah kakak kelasku sewaktu di SMA. Kami sempat berpisah, karena dia harus melanjutkan sekolahnya ke luar negeri. Kami  tidak sengaja kembali bertemu disebuah Caffe di Bandung 3 tahun lalu setelah ia pulang dari luar negeri, saat itu aku sedang duduk sendirian di sudut Caffe menikmati teh panasku dicuaca yang saat itu sedang dingin.

“Eh, kamu Elsa ya?” tanyanya, aku menoleh  melihat wajah laki-laki dihadapanku sekarang.
Aku mengingat-ingat wajahnya yang hampir lupa lalu aku mengangguk dan menjawab,

“Iya, saya Elsa. Anda siapa?” tanyaku dengan bingung. Aku melihat sedikit raut kekecewaan diwajahnya saat itu tapi ia dengan cepat mengalihkan.

“Wah, kamu lupa ya? Hehe saya Veno. Kita dulu satu sekolah sewaktu SMA, boleh saya duduk disini? Semua tempat duduk Caffe penuh.” Ia bicara dengan sopan,  aku melihat ke sekeliling Caffe memang sedang penuh saat itu. Lalu aku memperbolehkan Veno untuk duduk dimeja yang sama denganku.

Percakapan mengalir begitu saja hingga tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 04:13 WIB. Aku pamit untuk pulang duluan,

"Saya pulang duluan ya."

“Biar saya antar kamu pulang ya?”

“Gak usah, rumah saya dekat dari sini bisa jalan kaki.”

“Gak apa-apa sekalian saya mau pulang juga.” Jawabnya.

“Oke.” Aku menerima tawarannya.

Tidak banyak yang berubah dari wajahnya, ia tetap terlihat keren dan tampan bahkan lebih keren dan tampan saat ini. Veno adalah Prince of school sewaktu kami SMA, jadi tidak heran kalau sampai sekarang Veno tidak banyak berubah.

--o0o--

Kami selalu bersama-sama selama 1 tahun, Veno laki-laki yang baik saat itu. Ia selalu ada disaat aku butuh seseorang. Ia bisa menjadi Sahabat, Kakak, Orang Tua untukku. 2 tahun yang lalu Veno mengungkapkan perasaannya, saat itu yang aku rasakan aku adalah wanita bahagia di dunia. Tapi tidak untuk 2 tahun setelahnya, Veno berubah. Ia berubah menjadi asing, laki-laki yang aku cintai berubah. Veno bukan kekasihku yang dulu. Ah aku bahkan tidak sanggup menceritakan bagian pahit dalam hubungan kami. Aku tidak mengerti mengapa ada saja cara Tuhan memisahkan bahkan dengan cara terpahit sekalipun. Aku akan mulai melupakannya hari ini, tidak hanya sosoknya bahkan kenangannya akan aku hapus dengan segera.

--o0o--

Tiiiiiiiiiiinnn!!! Suara benturan mobil beradu dengan trotoar jalan terdengar sangat keras diiringi dengan teriakan orang-orang dipersimpangan lampu merah. Aku menginjak remku, bunyi decitan ban mobil terdengar sangat kuat. Seseorang keluar dari dalam mobil BMW seri-7 dengan sedikit terhuyung-huyung sambil memegang kepalanya lalu ia menoleh dan berjalan ke arah mobilku. Dia menyuruhku untuk turun dengan sikap Bossy, aku membuka pintu mobil lalu turun. Aku kaget karena ia langsung marah-marah.

“Bisa nyetir gak hah!” Laki-laki ini bukan bertanya lebih tepatnya menyindir.

“Ya bisalah, saya gak sengaja!” balasku dengan nada cetus.

“Kamu lihat!” Dia menunjuk ke arah mobilnya yang rusak parah, aku terkesiap kaget melihat mobil seharga 1 M lebih hancur di hadapanku sekarang.

“Mobil saya hancur gara-gara kamu gak bisa nyetir! Kamu gak liat lampu merah hah?” Aku hanya diam, iya benar aku tadi melamun sehingga lampu merah tidak tahu.

“Ah maafkan saya, saya sangat menyesal. Tadi saya melamun saat sedang menyetir.” Aku menunduk dan meminta maaf dengan tulus.

Dia berdecak, “Apa? Kamu bilang melamun? Kalo gak sehat sebaiknya gak usah nyetir! Sakit jiwa ya! Mau bunuh anak orang.”

“Mas saya minta maaf, saya beneran gak sengaja.”

“Jangan panggil saya Mas, kamu pikir saya siapa?” jawabnya sambil berlalu meninggalkanku.

“Maaf.” Teriakku, Dia berhenti dan menoleh “Saya bisa ganti mobil Anda.” Aku mengatakan sesuatu yang bahkan aku sendiri tidak yakin akan sanggup.

“Tidak perlu, gajimu satu tahun saja tidak akan cukup mengganti mobilku. Sebaiknya uangmu itu kamu gunakan buat kursus menyetir, biar gak ada anak orang yang mati gara-gara kamu.” Jawabnya dengan nada cetus menahan marah.

Vote &  Comment :)

My Angel Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang