Honey 1

10 0 0
                                    

Cerita yang akan menjadi wip......lagi......
.
.
.
.

Ini sudah kesekian kali atasanku mengadakan kegiatan aneh di kantor.

Minggu lalu, kepala produser mengadakan acara kencan buta bagi semua staff dan pegawai perusahaan yang belum menikah. Hal ini cukup aneh mengingat yang mengadakan acara ini adalah pimpinan kami sendiri. Sempat di antara kami bergosip bahwa acara itu diadakan untuk ujian kepegawaian.

'Siapa yang ikut maka dia yang akan dikeluarkan dari perusahaan pada saat perpanjangan kontrak.' Sayangnya isu itu hanyalah isu karena buktinya, pada saat perpanjangan kontrak, tak ada satu pun pegawai yang di pecat.

Di ketahui bahwa apa yang dilakukan oleh kepala produser murni keisengan belaka. Dan itu sering kali terjadi.

Sekarang beliau mengadakan acara yang lebih aneh lagi. Sayembara mencari istri. Poster-poster terpajang di sepanjang lorong. Isinya tentang persyaratan sang calon istri. Sayangnya tak sembarang orang yang bisa ikut karena sayembara ini hanya untuk para staff dan pegawai kantor ini saja. Lalu persyaratannya,

"pertama. Dia pegawai atau staff di kantor ini. Kedua. Dia seorang wanita. Ketiga. Dia single." Jelas Tasyana; rekan satu timku. Sekarang kami sedang istirahat. Semua staff dan pegawai berkumpul di kantin untuk menikmati makan siang, sama seperti yang di lakukan aku dan teman-teman saat ini.

"Hal gila apa lagi yang dilakukan oleh pimpinan itu?" Ucap Adara kesal. Ia menusuk kentang miliknya lalu memasukannya kedalam mulut bulat-bulat. "Kalian ingat kejadian pulpen tempo hari?"

"Ya, kepala produser itu mengadakan sayembara mencari pulpen lalu bagi siapa saja yang menemukan pulpen tersebut akan mendapat uang 3 juta rupiah sebagai hadiahnya." Ceritaku frustasi.

"Kau benar. Aku terkejut mendengarnya."

"Umm...bukankah pulpen itu akhirnya ditemukan?"

Tasyana menatap Adara terkejut.

"Benarkah? Jadi sayembara itu sungguhan?!"

Aku mengusap wajah lelah.

"Ya, dan coba tebak siapa yang menemukan?"

Adara berpikir.

Melihat Adara menebak-nebak membuatku berdebar-debar. Ini tak seperti aku sangat peduli, hanya saja aku benar-benar penasaran mendengar jawabannya. Sambil menunggu jawaban Adara, aku menikmati jus yang telah aku pesan sebelumnya.

Sepertinya Tasyana tak sabar menanti jawaban Adara, karena tak lama kemudian ia mulai bicara dan menjawab pertanyaannya sendiri,

"Namanya 'Jangan beritahu siapa aku'."

Aku tersedak air.

Tasyana yang melihat langsung memberikan air putih padaku sedangkan Adara mengusap punggungku pelan.

"Ya ampun, ada apa denganmu?" Tanya Adara cemas. Aku menggeleng sebagai jawaban.

"Maaf. Aku hanya terkejut."

"Aku tahu perasaanmu." Tasyana mengangguk seolah mengerti. "Orang aneh macam apa lagi yang memberikan julukan 'Jangan beritahu aku siapa' pada dirinya sendiri. Kenapa orang-orang di perusahaan ini tak ada yang normal sama sekali?!"

Faktanya, dia, aku dan Adara berkerja di perusahaan ini. Itu artinya kita tidak normal?

Mengabaikan pemikiran sebelumnya, aku mengambil sendok lalu menyantap makanan milikku yang sejak tadi terabaikan. Kami melanjutkan makan.

"Aku jadi penasaran. Pulpen seperti apa yang beliau cari sampai mengadakan sayembara seperti itu?" Keluh Tasyana sambil menyeruput sup miliknya.

"Hanya pulpen biasa. Pulpen harga 3000 yang di jual di toko foto copy depan kantor kita."

Mendengar jawabanku, Tasyana menyemburkan sup nya; mengenai Adera yang tengah menyuap nasi goreng.

"TASYA!" Aku segera menyodorkan tisu pada Adara yang tampak sangat kesal.

"Maaf! Aku tak sengaja!"

Adara tak menjawab. Hanya diam dengan muka geram.

"A-aku tak percaya. Kau pasti bohong! Dari mana kau dapat informasi itu?!" Tuding Tasyana padaku.

"Soal itu-" aku menjeda. Tasyana dan Adara yang mendengar kini menatapku curiga. Aku menundukan kepala menghindari tatapan mereka, lalu melanjutkan ucapanku, "Sebenarnya, aku yang menemukan pulpen itu."

Brakk!

Meja di gebrak. Seluruh penghuni kantin mengarahkan pandangan mereka ke meja kami. Yang menggebrak adalah Tasyana, wajahnya tampak sangat terkejut.

"KAU BERCANDA?!" Teriaknya keras membuat Adera memukul kepala Tasyana; keras.

"Berhenti membuat kegaduhan?! Kau menarik perhatian seisi kantin!!"

Aku yang tak mau kena omel Adera segera menundukan kepala, sambil menghindari tatapan seluruh penghuni kantin yang mulai berbisik-bisik. Sudah kebiasaan kami membuat kegaduhan di tempat ini. Seharusnya kejadian ini tak aneh lagi bagi mereka, namun tetap saja sebagian dari mereka senang menggunjing dan membicarakan hal-hal tentang kesopanan secara diam-diam di belakang kami.

"Ugh, maaf." Ucap Tasyana. "Aku benar-benar kaget. Kau tak pernah menceritakan apa pun tentang itu sebelumnya."

"Aku tak punya kesempatan. Kalian tahu kan? Selama satu bulan ini kita di sibukan dengan deadline pembuatan film. Kita baru mendapat waktu tenang hari ini."

Tasyana dan Adera mengangguk.

"Kalau begitu bisakah kau ceritakan kejadian aneh itu sekarang?" Paksa Adera. Ia tampak sangat bersemangat, dan yang mengesalkan adalah aku tahu apa yang membuatnya begitu bersemangat.

~Tbc~

Cetta Dineschara

Just For TodayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang