Ini cerita tempo hari, di mana aku menemukan sebuah pulpen hitam tergeletak di dekat tempat sampah.
Ketua tim baru saja menyuruhku mengambil setumpuk naskah gagal pagi ini tapi rasa malas mulai menghantui hingga terbersit dalam pikiranku untuk melalaikan tugas tersebut. Karena niat yang sangat kuat dan perasaan mendalam akhirnya aku membolos; mengambil istirahat. Tak lama. Hanya sebatas mendinginkan kepala.
Ketika aku menikmati waktu istirahatku, aku bertemu dengan pulpen hitam itu, di dekat tempat sampah.
Pertemuan di antara kami.
Aku dan pulpen hitam itu.
Rasanya seperti takdir.
Mempertemukan dua insan yang telah lama terpisah.
Tapi,
itu terlalu lebay.
Kurasa seseorang tak sengaja menjatuhkannya, karena aku tak melihat seorang pun di sekitarku. Iseng; akhirnya aku mengambil pulpen tersebut, berpikir akan menyimpannya, siapa tahu aku bisa menemukan si pemilik.
Sebelum benar-benar mengambilnya, aku memeriksa apakah pulpen itu masih bisa dipakai atau tidak. Ketika dicek, ternyata masih berfungsi. Akhirnya aku membawa pulpen itu pergi seharian ini.
Ketika jam makan siang, aku tak ikut dengan regu timku karena aku ingat uangku bulan ini sudah habis tak bersisa. Rasanya begitu frustasi ketika harus memberikan seluruh uang gaji dan simpananku pada keluargaku tanpa menyisakan sepeser pun untuk pegangan satu hari ini. Untung aku masih memiliki tiket KRL dan Busway untuk pergi ke berbagai tempat. Hanya saja, aku tak membawa uang sama sekali.
"Apa aku gadaikan saja handphoneku satu minggu ini sampai aku mendapat gaji?"
Ketika asyik bergumam, tiba-tiba saja sebuah pengumuman mengudara di seluruh kantor. Aku yang masih berada di lingkungan kantor, bisa mendengar jelas kata-kata dalam pengumuman tersebut.
"Untuk semua pegawai, hari ini akan diadakan sayembara. Bagi siapa pun yang menemukan pulpen berwarna hitam, merk p*lot, tanpa corak, akan mendapatkan uang hadiah sebesar 3jt rupiah dibayar di muka. Pulpen tersebut jatuh di sekitar area kamar mandi hingga ruang pengeditan naskah. Jika sudah ditemukan, harap datang ke kantor kepala produser untuk mengambil hadiah. Terimakasih."
Aku diam berpikir,
"PULPEN INI!"
Takdir benar-benar mengerikan. Jujur saja, aku senang bahwa pulpen ini bisa dikembalikan pada pemiliknya. Rasanya sedikit tak enak jika aku terus membawa pulpen ini hingga pulang.
Tapi,
"Aku tak mau berurusan dengan acara-acara aneh di perusahaan ini." Ucapku frustasi. Aku bisa dijadikan bahan olokan teman-teman jika mereka sampai tahu.
Sambil menatap lekat-lekat pulpen tersebut, aku berkata,
"Aku tahu kau pasti ingin kembali pada pemilikmu. Dan sepertinya kau penting untuknya, sampai orang yang menemukanmu akan di hadiahi uang."
Benar. Kenapa seseorang memberi uang imbalan jika ia tak menganggap benda itu sangat penting. Terlebih benda ini milik kepala produser.
Merasa percuma, akhirnya aku memutuskan untuk mengembalikan pulpen itu hari ini juga. Jujur, aku cukup tergiur dengan hadiah uangnya tapi yang terpenting,
"Pulpen ini kembali pada pemiliknya."
Itu saja.
Setelah istirahat, aku kembali ke ruangan, bergabung dengan anggota tim yang lain. Tak kusangka, ketika tiba, seluruh rekan timku tengah asyik membicarakan prihal pengumuman saat makan siang tadi. Mereka sibuk menelaah, kira-kira di mana tempat pulpen itu terjatuh. Ingin rasanya aku memberitahu mereka tentang pulpen ini, tapi, mereka tak mungkin percaya padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just For Today
RandomAleta Felicia adalah seorang asisten penulis naskah sekaligus karyawan di perusahaan perfilman swasta di Indonesia. Suatu hari perusahaan tempat Aleta bekerja mengadakan sayembara mencari istri. Sialnya, Aleta memenuhi semua persyaratan sayembara te...