Ketakutanku hanya ada satu. Bahwa aku takut akan kehilanganmu. Membayangkannya saja membuatku kesal.
-YamadaRyosuke 2k18-
*****
Yamada masih duduk dengan perasaan cemas. Tangannya ia satukan seraya memejamkan mata. Berdoa untuk kesembuhan Yuto. Peluh menetes di sekitar pelipisnya.
"Apa Yuto kondisinya parah sampai dokter tidak ada satu pun yang keluar?"
"Tenangkan dirimu, Pak." Hikaru mengusap pundak Yamada.
Hikaru juga berdoa untuk kesembuhan Yuto.
Beberapa menit berlalu, ketika seorang datang menghampiri mereka. Hikaru mendongak, menemukan sosok Chinen Yuri mendekati mereka. Wajahnya nampak tenang, tapi Hikaru tahu pemuda itu sama khawatirnya.
Chinen menghela napas.
"Bagaimana?" tanya Chinen pada Hikaru. Hikaru menggeleng pelan, sama halnya dengan Yuya.
Sebuah helaan napas yang lain. Pandangannya berpindah ke Yamada di samping Hikaru.
Yamada menatapnya sesaat, sebelum mengalihkan pandangannya. Chinen tersenyum tipis, "Aku tidak mengkhianati siapa pun, Senpai. Dari awal, aku tidak pernah bekerja apalagi mengabdi pada pekerjaan ini, yaitu kepolisian." senyumnya tidak menghilang.
"Kau boleh membenciku, itu kebebasanmu. Lagi pula aku tidak di sini untuk meminta maaf padamu, aku kemari untuk kakakku." katanya seraya menengok ke pintu operasi. Yamada ikut melihat ke pintu itu, raut wajahnya jelas menunjukkan kelelahan. Lelah karena khawatir.
Chinen mengambil tempat duduk di samping Yamada. "Bukan hanya kau yang akan menyalahkan diri sendiri karena kejadian ini, Senpai." ucap Chinen, senyumnya berubah sedih. Dia bertemu pandang sesaat dengan Yamada sebelum menunduk. Helaan napas yang lain.
"Dia bodoh." komentar Yamada pendek.
Hening sesaat.
"Hanya untukmu senpai. Dia menjadi bodoh hanya untukmu." ucap Chinen, senyumnya memaki demi melihat mata Yamada yang berkaca-kaca. "Kau mungkin berpikir harusnya niichan tidak jatuh cinta padamu
...," suaranya berubah serak, "Tetapi aku pikir niichan tidak akan menyesalinya."Yamada menatapnya bingung, tidak yakin. Chinen tersenyum. "Niichan bukan tipe orang yang mudah jatuh cinta senpai. Seumur hidupnya mungkin dia hanya mencintai ibu kami. Aku pun tidak pernah mendapatkan begitu banyak perhatian darinya. Yah, kami lebih seperti mitra. Justru kami harus kehilangan ibu, dia pernah kehilangan satu-satunya orang yang dicintainya." Chinen kembali tersenyum, menengok ke Yamada dan menatapnya lamat-lamat.
"Aku yakin dia tidak ingin kehilangan siapa pun lagi. Dia tidak akan kehilangan seorang yang berharga untuknya lagi, yang dicintainya."
Setetes air mata mengalir di pipi Yamada. Lagi dan lagi Yamada merasa tak berguna. Perasaannya begitu sensitif.
..
.
****
Operasi itu selesai setelah beberapa jam penuh kecemasan. Chinen yang menemui dokter ketika operasi Yuto selesai, mendengarkan penjelasan dokter mengenai kondisi kakaknya.
Nampaknya peluru itu tidak benar-benar mengenai dadanya, tetapi lebih ke pundak dekat lengannya sehingga organ vital Yuto selamat. Hanya saja luka karena peluru selalu menjadi masalah serius dan mereka perlu mengerahkan banyak dokter bedah karenanya. Mereka berhasil mengangkat pelurunya, kondisi Yuto sempat down setelahnya dan dokter berusaha keras menyelamatkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNTAMED
Fanfiction"Aku tidak akan menyakitimu." Yuto- "Aku ... aku ... mem-ben-ci-mu." Ryosuke- Warning: R17+