Malam yang begitu hinggar binar dengan secangkir kopi yang ditemani suara khas nyanyian jangkrik, untuk saat ini surganya dunia.
tuk tuk tuk
Suara detingan sepatu dan aspal itu semakin lama semakin jelas hanya saja wajah sang pemilik sepatu ditutupi denagn banyangan pohon yang rindang.
" hay J kemana loe? "
" biasa bro ngetem di bar.. " sahut j.
" ah loe ga asik, selalu kesana. mau ngapain? ngejec lo disana"
" yee kaga kali.. gue mah mau nyari duit biasa, sejam dua ratus ribu.. hihi"
" yaah kalo gue kaya elo mah uda gue sikat tuh.. " well.. buat ladenin ini J harus penuh dengan kesabaran.
" santai .. ntar gue ajari " langsung pergi tanpa pamit, enaknya disikat pakai samurai.
well.. begitulah jay. Tiap malam selalu ke bar hanya untuk mencri duit. aitss.. jangan salah paham Jay kaga main-main kok dengan pria hidung belang.
Jay pandai dalam segala hal termasuk membuat para manusia menari-nari dalam alunan musik DJ-nya. Tapi Jay juga bodoh dalam segi kepekaan.
Sssttt.. Jay gak peka.
Pernah aku berhalusinasi , Jay disentuh dengan pria kekar nan rupawan dengan paras mengikat wanita mana saja, hingga akhirnya bibir mereka bertemu dengan rasa khas yang bergairah dan sampai pada..
"moraa, masuk nak nanti kamu sakit!!" damn.. mama gue manggil.
"iya mah.."
***
-london-
Dengan paras bak dewa yunani Helirex Defard Maxcell yang tengah berfokus pada berkas yang ntah apapun itu, tapi yang jelas berkas itu adalah milik seorang yang mungkin sebentar lagi akan menjadi sasaran piskonya.
ya.. ia memiliki rasa untuk membunuh mangsa lebih dari semekar kewajibannya jika tidak tubuhnya akan mambunuhnya secara perlahan.
Darah kental pembunuh yang ia miliki adalah pemilik bagian yang sempurna bagi seorang pembisnis kotor juga bersih sepertinya. Tapi hebatnya ia, hingga sekarang tak ada sepenggok berita yang menulis tentang MAXCELL GROUP TELAH MENGHABISKAN BANYAK NYAWA TAK BERDOSA .
"Panggilkan Milan katakan padanya besok kita temui perempuan itu"
Dengan sinisnya ia memicingkan tatapan pada foto wanita yang sedang tersenyum bebas layaknya tanpa beban.
cihh.. senyummu akan leyap dalam semalam. batin Defard
druaakk
"DEFARD HENTIKAN PERBUTAN BEJAT MU ITU, Daddy tak pernah mengajarkanmu untuk membunuh perempuan tak bersalah" Teriakan Ayah Defard serta dorongan kuat pada kenop pintu telah berhasul membangunkan lamunan Defard.
"Daddy tak perlu ikut campur dalam urusanku, ia hanya sasaran cadanganku yang aku ambil random dalam berkas itu" dengan santainya ia menunjukan sekotak berkas dengan tulisan DEAD OR LIVE lalu duduk dengan tampang watados dikursi kebesarannya.
"Defard.. jangan pernah salahkan Daddy jika kali ini Daddy ikut campur dalam urusanmu. Daddy ingatkan sekali lagi padamu perempuan itu sama sekali tak ada sangkut pautnya dengan segala urusanmu" Dengan kelap mata Neonfar Maxcell pergi begitu saja, emosi yang sudah mengusai pikirannya tak sanggup lagi untuk tidak beranjak dari ruangan itu.
Kini hanya tinggal Defard sendiri dengan khayalannya yang akan memangsa perempuan tak bersalah itu, ia pastikan kematian perempuan itu akan menjadi kematian yang tak akan pernah terlupakan seumur hidupnya bahkan hingga ia ke neraka sekali pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
J A Y
Romance"ahh yaa" Tanpa sadar Defard sudah berada dalam kon disi tegang hanya karna bibir gadis didekapannya tepat diteliga dengan suara yang aaghh.. membuat Defard harus menahan gejolak yang membuatnya terus merengang frustasi. "rexhh" Lagi.. Defard tak sa...