BAGIAN 1

5.2K 110 4
                                    

Seekor kuda putih  tinggi kekar berlari bagai kilat menyusuri tepian sungai. Bentuk sungai yang berliku-liku, seakan-akan bergerak bagai seekor ular naga yang menyusuri lereng dan bukit-bukit di sekitarnya. Oleh karena bentuknya yang  mirip dengan ular naga, maka sungai itu dinamakan sungai ular.
Kuda itu ditunggangi seorang wanita cantik dengan pakaian serba biru. Wajahnya basah oleh keringat. Sebilah pedang bertengger di pung- gungnya. Dia adalah Saka Lintang, anak angkat Geti Ireng, ketua gerombolan Panjl Tengkorak. Ditinggalkannya Lembah Tengkorak, setelah seorang pendekar muda yang berjuluk Pendekar Rajawali Sakti mengobrak-abrik partainya, Panji Tengkorak. (Baca: Serial Pendekar Rajawali Sakti. Episode: Iblis Lembah Tengkorak).
"Hooop...!" Saka Lintang menarik tali kekang kudanya kuat-kuat.
Kuda putih meringkik kencang lalu berhenti. Dengan gerakan ringan dan tangkas, Saka Lintang melompat dari kudanya. Ketika kakinya sampai di tanah, segera dijejakkan kakinya hingga tubuhnya melenting ke udara dan hinggap di pohon yang cukup tinggi.

Saka Lintang bertengger pada sebuah cabang pohon, seraya matanya mengawasi bagian hulu sungai. Bibirnya tersenyum kctika sebuah perahu besar dengan layar lebar mulai terlihat. Di ujung tiang layar, berkibar selembar bendera bergamhar bunga melati yang dilingkari rantai.
Dari lambang gambar bendera, dapat dipastikan kalau kapal layar itu milik seorang saudagar kaya dari Kadipaten Balungan. Sebuah Kadipaten kecil di wilayah Timur kerajaan Singasari yang berpenduduk cukup makmur.
"Suiiit...!"  Saka  Lintang  bersiul  nyaring  yang disertai tenaga dalam.
Mendengar  siul  yang  bergema  itu,  serentak dari rimbunan semak-semak tepi sungai bermunculan empat buah perahu berukuran sedang, dikayuh oleh beberapa orang. Saka Lintang segera terjun diiringi gerakan salto beberapa kali, dan hinggap tepat di punggung kudanya.
Gadis itu lantas menghentak tali kekang kudanya, lalu memacu ke arah perahu gerombalannya yang makin dekat. Ketika perahunya yang berwarna biru pekat itu telah menepi, Saka Lintang menarik tali kekang kuda, dan tanpa berpikir banyak dia segera melompat ke udara. Perahu yang telah siap menunggunya itu menerima tubuh Saka Lintang yang hinggap di tengah-tengahnya.
"Ayo, cepat! Kepung kapal layar itu!"  teriak Saka Lintang.

Enam orang laki-laki bertubuh kekar segera mengayuh  dayung.  Perahu  itu  pun  meluncur deras mendekati kapal layar besar. Tiga perahu lain yang berwarna biru pekat pula, bergerak menyerang. Sedangkan di kapal layar besar itu tengah terjadi kesibukan. Beberapa orang telah siap dengan panah yang mengarah pada gerombolan Saka Lintang.
"Awas,  panah!"  teriak  Saka  Lintang  ketika melihat anak panah meluncur deras.
Saka Lintang pun mencabut pedangnya. Dengan cepat pedang itu telah berputar-putar bagai baling-baling. Anak-anak panah yang meluncur cepat itu rontok seketika tersapu oleh pedang.  Layaknya  sebuah  payung  yang melindungi dari serangan hujan.
Empat perahu Saka Lintang makin  dekat ke arah kapal layar. Sementara anak-anak panah terus meluncur mencari mangsa. Namun anak buah Saka Lintang mudah saja merontokkannya. Saka Lintang tersenyum melihat keberhasilan anak buahnya itu.
"Serang...!" teriak Saka Lintang nyaring. Mendengar aba-aba itu serentak anak buah Saka Lintang yang berseragam biru pekat berlompatan ke atas kapal layar. Gerakan mereka sangat ringan dan cepat. Jelas mereka bukan orang- orang sembarangan. Rata-rata mereka memiliki ilmu silat cukup  tinggi. Sementara pertarungan kini bergejolak di atas kapal layar. Saka Lintang mengamuk bagai banteng terluka.
Tubuh-tubuh mulai ambruk bergelimang darah menyusul  suara jeritan hasil  kelebatan pedang Saka Lintang. Memang orang-orang di atas kapal bukan  tandingan  Saka  Lintang  dan  anak buahnya.   Banyak   sudah   lawan   yang   telah berjatuhan.
Beberapa lawan malah menyelamatkan diri dengan terjun ke sungai. Dan memang, Saka Lintang   dan   pasukannya   berhasil   menguasai kapal layar. Dimasukkan pedangnya ke dalam sarung di punggung. Matanya tajam mengawasi sekitar geladak kapal yang penuh oleh darah.
"Buang semua mayat ke sungai!" perintah Saka Lintang.
Anak buah Saka Lintang yang berjumlah kira-kira dua puluh orang itu segera mengerjakan perintahnya. Diseret dan dilemparkan seluruh mayat ke sungai. Sekejap saja permukaan sungai telah berubah warnanya menjadi merah oleh darah.
Seorang laki-laki bertubuh tegap dengan wajah ditumbuhi cambang mendekati Saka Lintang. Sebilah golok besar tergantung di ping gangnya. Dibungkukkan badannya sedikit di de-pan Saka Lintang yang berdiri angkuh. Kedua tangannya berada di atas pinggang.
"Ada apa, Codet?" tanya Saka Lintang datar. "Hamba menemukan satu peti berisi perhiasan emas dan perak, Tuan  Putri," sahut laki-laki yang dipanggil Codet Memang di pipi kanannya terdapat guratan panjang sehingga menambah seram wajahnya.
"Bagus, pindahkan semua barang berharga ke perahu kita!" perintah Saka Lintang.
"Hoi!  Angkat semua yang berharga!"  teriak Codet keras.

2. Pendekar Rajawali Sakti : Bidadari Sungai UlarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang