Sementara di sungai Ular, pertempuran masih berlangsung sengit. Saka Lintang bertarung dengan Pengemis Sakti Tongkat Merah. Sedangkan Patih Giling Wesi dan para prajuritnya menghadapi anak buah Bidadari Sungai Ular. Denting senjata bercampur dengan jerit kematian.
Prajurit Kepatihan yang dipimpin Patih Giling Wesi itu kini berada di atas angin. Patih itu mengamuk terus. Setiap pedangnya berkelebat selalu menimbulkan korban. Makin lama orang- orang berpakaian serba biru semakin berkurang jumlahnya. Yang tersisa hanya delapan orang saja.
Saka Lintang tidak mungkin membantu orang- orangnya. Dia sendiri kewalahan menghadapi Pengemis Sakti Tongkat Merah. Saat gerombolan perompak itu makin terdesak, tiba-tiba muncul sepuluh orang berpakaian serba hitam dipimpin oleh Jambak.
'Tuan Putri, Bibi Bayangan Hitam datang!" teriak Jambak.Saka Lintang berseri-seri wajahnya. Semangatnya segera bangkit mendengar Bayangan Hitam ikut membantu. Apalagi melihat anak buah Bayangan Hitam ikut bertempur. Lima orang membantu anak buah Saka Lintang, lima orang lagi membantu mengeroyok Pengemis Sakti Tongkat Merah.
Saka Lintang mendekati Jambak yang tengah mengeroyok Kakek Sakti Tongkat Merah. Kini keadaannya jadi berbalik. Orang-orang dari Bayangan Hitam lebih tinggi tingkat kepandaiannya dan lebih ganas dalam bertarung. "Di mana Bibi Bayangan Hitam sekarang?" tanya Saka Lintang di sela-sela pertarungan.
'Tengah menghadapi Pendekar Rajawali Sakti," jawab Jambak.
"Apa...?" Saka Lintang terkejut. Pengemis Sakti Tongkat Merah mendengar hal itu merasa bersyukur karena Pendekar Rajawali Sakti telah sampai di sarang gerombolan Bidadari Sungai Ular.
"Lalu, bagaimana Intan?" tanya Saka Lintang dengan cemas.
"Berada di markas!" sahut Jambak.
Saka Lintang segera melompat keluar dari pertarungan ketika ada kesempatan. Dengan cepat dia berlari menggunakan ilmu peringan tubuh. Pengemis Sakti Tongkat Merah yang sejak tadi mendengar, lalu berteriak nyaring.
Tubuhnya mencelat tinggi di udara dan jatuh tepat di samping Patih Giling Wesi.
"Cepat ke bukit Guntur! Selamatkan putrimu!" perintah Kakek Pengemis itu. "Biar orang-orang ini aku yang hadapi!"Patih Giling Wesi segera melompat tinggi dan bersalto di udara. Begitukakinya menginjak tanah, langsung dikeluarkannya ilmu lari cepat. Bagaikan kilat tubuh patih itu dan kini sudah jauh meninggalkan pertempuran. Pengemis Sakti Tongkat Merah mengamuk memutar-mutar tongkat saktinya.
Satu persatu orang-orang berpakaian serba hitam tersungkur berlumuran darah disertai jerit kesakitan. Mereka bukanlah lawan Pengemis Sakti Tongkat Merah. Tongkatnya seperti hidup menyambar-nyambar mencari mangsa.
"Cepat susul Gustimu!" teriak Aki Lungkur kepada para prajurit.
'Tapi, Ki...!" seorang prajurit tidak tega meninggalkan orang tua itu sendirian.
"Jangan membantah!" dengus Aki Lungkur. Delapan prajurit Kepatihan itu langsung beriari menyusul pemimpinnya. Sementara Kakek Pengemis kian waspada, selalu menghalangi setiap orang yang akan mengejar para prajurit.
"Cari kesempatan! Kejar mereka!" teriak Jambak gusar.
Perintah Jambak seperti tertelan angin. Mereka seperti menghadapi seribu pengemis. Aki Lungkur bergerak cepat menyambar setiap orang yang berusaha keluar dari medan pertarungan. Jambak memutar otaknya mencari jalan agar sebagian temannya bisa keluar dari pertarungan. Kakek sakti menebas tongkatnya sehingga satu persatu bergelimpangan. Kini jumlah mereka makin berkurang saja.Di markas gerombolan Bidadari Sungai Ular, pertarungan masih berlangsung sengit. Rangga mengamuk menghadapi Bayangan Hitam yang dibantu oleh kaki tangannya.
Rangga mencabut pedangnya dan mengerahkan ilmu pedangnya yang dipadu dengan jurus 'Rajawali Menukik Menyambar Mangsa'. Jurus ketiga dari rangkaian jurus 'Rajawali Sakti'. Gerakan kakinya lincah menghindari setiap serangan lawan, sedangkan pedangnya berkelebat ke arah tubuh lawan yang kosong.
"Rantai Bayangan!" teriak Bayangan Hitam tiba-tiba.
Seketika sepuluh orang mengambil posisi melingkar mengepung Rangga. Empat orang ber- pakaian biru keluar dari arena.
Mata Rangga tajam mengamati gerakan sepuluh orang yang berputar mengelilinginya sambil pedangnya tersilang di depan dada. Seperti mata rantai, mereka bekerja sama dengan gerakan-gerakan yang teratur dan menunjang. Makin lama makin cepat Yang terlihat kini hanya bayangan hitam yang bergerak melingkar.
"Hiya! Teah...!"
Rangga kebingungan juga menghadapi pola serangan yang ganjil ini. Tetapi dengan cepat Pendekar Rajawali Sakti dapat menguasai diri. Ternyata teriakan-teriakan itu hanya untuk memecah konsentrasinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Pendekar Rajawali Sakti : Bidadari Sungai Ular
AçãoSerial ke 2. Cerita ini diambil dari Serial Silat Pendekar Rajawali Sakti karya Teguh S. Dengan tokoh protagonis Rangga Pati Permadi yang dikenal dengan Pendekar Rajawali Sakti.