Chapter 1

84 13 8
                                    

Hari ini adalah hari pertama mahasiswa baru menginjakkan kaki di dalam kampus. Dan sudah menjadi tradisi, syarat masuk kampus bagi mereka adalah dengan memakai kostum hitam putih selama satu tahun ajaran ini. Bukan hanya itu, bagi para laki-laki, rambut mereka pun harus seragam , yakni dengan model rambut ala anggota taruna. Berlalu lalang di taman kampus membuat matahari siang ini terlihat lebih banyak dari hari biasanya.

"takk.. sttt.... sttt... tak," bisik Kevin kepada kerumunan geng botak di seberang tempat mereka berteduh.

"botakkkkk." Amos juga turut memperjelas ejekannya. Sesekali mereka tertawa terbahak-bahak ketika mahasiswa baru itu menoleh kearahnya.

"Prof... katanya mau ke Fakultas Bahasa." Terdengar suara dari sumber yang tidak diketahui asalnya. Mereka pun dibuat kebingungan.

"DIATASSSSSS NYETT." Suara itu mempertegas lagi keberadaannya.

"Lahh.... Monyet kok teriak monyet," sambil memicingkan matanya, Kevin menjawab suara itu.

"JUNIOORR BANGSATT!!"

"Mudah-mudahan aja itu monyet jatuh yallah"

"Am....." tak sempat diaminkan Amos, tiba-tiba...

KRAKKK. BYURRR!! gravitasi menarik tubuh 60 kg itu jatuh ke dalam kolam yang berada persis di sebelah pohon tempat mereka berada.

"NAHLHOOOO......" Kevin berkata didalam hatinya.

Pusing bukan kepalang. Kevin buru-buru mengulurkan tangannya, membantu mengeluarkan badan yang telah mereka doakan untuk jatuh. Gelak tawa tercurahkan mengiringi badan yang jatuh itu naik ke permukaan tanah. Mahasiswa yang berada di area taman itu dibuat kebingungan. Bukan bagaimana cara ia bisa jatuh ke dalam kolam itu, tapi untuk apa seorang manusia berada di atas pohon di siang hari seperti saat ini. Toh, itu juga bukan pohon karsen. Menebus kesalahanya, Kevin dan Amos mengantar Kak Adi, sang senior yang jatuh itu ke Sekretariat BEM FE untuk membersihkan diri.

***

Pintu sekret terbuka sedikit, terlihat dengan samar, keberadaan perempuan berkuncir kuda sedang sibuk dengan laptopnya.

"Assalamualaikum," sahut Kevin memasuki ruangan yang dialasi dengan karpet berwarna merah. Amos dan Kak Adi mengikutinya dari belakang. Sembari Kak Adi menaruh tasnya, berbantalkan tas, Kevin dan Amos merebahkan dirinya diatas karpet itu. Sejurus kemudian, mereka memainkan gadgetnya masing-masing.

"Waalaikumsalam," wanita itu menjawabnya dengan nada lembut.

"Oalahhh.. taunya Gita. Pinjem kamar mandinya ya bu Sekab."
Kak Adi menyapanya sambil mengambil alat mandi yang ia simpan di dalam tas. Tak lupa mengambil baju gantinya, ia pun bergegas ke kamar mandi.

Begitulah orang-orang biasa memanggil Gita. Sekab. Sekretaris Kabinet. Surat dan Inventaris adalah temannya selama satu periode ini. Sedangkan Kevin, jabatannya di BEM FE adalah sebagai Menteri Sosial dan Politik. Advokasi, penggerak demo, dan mengawal isu kampus adalah pekerjaan yang dibebankan kepadanya bersama 7 staff bawahannya. Dan Amos adalah salah satu dari bawahan Kevin.

Kak Adi sendiri juga biasa dipanggil Pak Pres oleh beberapa mahasiswa. Maklum, Kak Adi sendiri adalah Presiden BEM tingkat Universitas. Bisa dibilang, ya jabatan Kak Adi lebih tinggi dari Presiden BEM tingkat Fakultas. Meski ia disegani oleh beberapa mahasiswa. Kak Adi adalah pribadi yang tengil dihadapan sahabatnya. Masih ingat dengan kejadian di taman tadi kan? Berbeda cerita lagi kalau Kak Adi lagi serius-seriusnya. Seorang Rektor pun sering ia ajak berdebat sewaktu demo.

Titik TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang