"BERTEDUH"

19 1 0
                                    

Lembaran buku itu disobeknya berkeping keping, air matanya membasahi tanah merah tempat ia berteduh dibawah pohon jambu,Anita namanya, wajahnya sangat cantik bagaikan putri kerajaan Inggris, rambutnya yang berkilau terkena sinar matahari, kulit putihnya memancarkan cahaya matahari. Air matanya tetap mengalir bagaikan bulir embun diatas pucuk daun hijau.

"Aku kesal dengan semua ini, kenapa coba Ayah dan Ibu berpisah, hanya karna ego mereka masing masing, apa mereka tidak memandangku sebagai putrinya," teriak ia,tangisannya semakin menjadi-jadi, kertas itu telah di sobek-sobeknya sebagai luapan emosinya.

Dibawah pohon jambu ia terus menangis, pohon itu menjadi saksi pertama atas kesedihan Anita, di bawah terik matahari yang masih menyengat, terkadang angin menghembus pelan ke arah pohon jambu itu, membuat daun daun hijau menari di atasnya. 

Tak lama kemudian seorang pemuda datang membawakan setangkai bunga merah, yang sangat harum baunya.

Anita mengusap air matanya, sejenak ia berhenti dari tangisannya, setelah mengetahui kalau pemuda yang sangat tampan menghampirinya.

"Siapa kamu?" tanya Anita kepada pemuda itu yang membawa setangkai bunga merah.

"Aku David, dari sebrang desa sana," jawab David sambil memandangi wajah cantik Anita.

"Aku tidak kenal dengan kamu, pergilah," Jelas Anita.

David tersenyum manis mendengar perkataan Anita.

"Aku yang telah mengenal kamu dari dulu, setiap kamu sedih, kamu selalu berteduh dibawah pohon jambu ini, padahal disini banyak semut merahnya lho, hehehe."

Anita terdiam sejenak. ia mendongak keatas, dan memperhatikan tangkai tangkai daun dengan buah jambu merah merona, terlihat semut merah beriringan mengumpul dan memakan buah jambu yang sangat manis itu.

"Mereka tak mengganggu ku, makanya aku betah disini," jelas Anita kepada David.

"Para semut itu tidak akan mengganggu kamu, jika kamu sedang sedih," Sahut David.

David meletakkan Setangkai Bunga merah disamping Anita, tak lama kemudian semut merah yang kini diatas, segera dengan cepat turun kebawah, seperti di pancing dengan bunga merah. Dengan cepat Anita berdiri dari tempat duduknya, ia takut akan digigit oleh semut merah itu.

"Kenapa mereka menghampiri bunga merah itu?" tanya Anita kepada David.

David tersenyum manis, bagaikan buah jambu yang  ada diatasnya, ia memandang bola mata Anita yang sangat indah, dengan senyuman manisnya.

"Aku lebih dulu berada disini, dan aku tau betul semut semut yang ada disini, setiap aku bahagia maupun sedih aku selalu berada disini dan berteduh disini, maka dari itu semut semut ini telah menjadi sahabatku, yang telah mengisi hari hari ku. belajarlah seperti semut, mereka terus bahagia walaupun keadaan sangat terluka." jelas David.

Anita menganggukan kepalanya, kini hatinya sudah mulai tenang, air matanya sudah mulai kering karna semilir angin dan teriknya matahari.

"Tapi... Kamu belum menjelaskan kenapa semut semut itu menghampiri bunga merah yang telah kamu bawa?"

"Nanti saja aku jelaskan, setelah kita pergi dari sini, biarkanlah semut semut itu mengumpul dan mengelilingi bunga merah.

Anita tersenyum kepada david, dan menganggukan kepalanya, ia dengan cepat membereskan sobekan kertas yang berserakan di samping bunga merah, dan membuangnya ke tempat sampah,David mengingatkan agar jangan sekali kali dengan sengaja menginjak semut merah, karna mereka makhluk tuhan yang tidak berdosa, dan patut untuk di sayangi, Anita kini mulai mengerti pelajaran berharga terhadap semut merah.

BERSAMBUNG...

Semut MerahWhere stories live. Discover now