Babak I
Bab 1
Gagah sekali mereka, berenang diudara bersama guruh para tuannya. Berlomba untuk terbang setinggi mungkin dan saling senggol-menyenggol, sampai-sampai benang nilon meteran di ulur habis. Toko benang pun ludes dagangannya karena saking heboh dan boomingnya main layang-layang bagi anak jawa.
Euforia saat bermain layang-layang layaknya wabah kelaparan di Ethiopia, disetiap sore para anak-anak jawa bermain layang-layang, luar biasa. Ada yang punya ukuran super jumbo, karena saking besarnya layang-layang itu dedek bayi imut yang blankonan menutup mata, ketakutan.
Lihat juga itu!, indah sekali, dilukis sedemikian rupa agar terlihat elok saat terbang mendesing di cakrawala, ayu tenan jahhh. Tetapi sayang, ada yang iri dengan dia, layang-layang bergambar buta ijo itu dirasuki iblis, dengki melihatnya sangat ayu, disenggollah sicantik itu sehingga putus benang nilonnya, kasihan.
Laki-laki, perempuan, remaja, mas-mas ganteng, mbak-mbak cantik ikut memainkan layang-layang. Jikalau beruntung dapatlah engkau melihat bapak-bapak buaya darat, dan embah-embah ikut bermain diantara anak-anak kecil dan mas mbak ganteng dan cantik. Hanya satu kata untuk menggambarkan kehebohan ini, semarak.
Mas ganteng, mbak cantik, bapak-bapak buaya darat, dan mbah-mbah pastinya tahu waktu, mereka menggulung benang nilon itu untuk segera pulang kerumah masing-masing, sebagian gembira karena telah memutuskan banyak benang, sebagian lagi bersedih karena layangan kesayangannya diputus oleh seorang manusia yang tak bertanggung jawab. Ingatlah kawan, disini, putus benang sama sakitnya dengan putus cinta.
Lain cerita bagi anak-anak ini, mereka akan membubarkan diri disaat emaknya naik pitam, diperingatkan untuk yang pertama---mereka tak dengar, yang kedua---mereka tak dengar, yang ketiga---mereka tak dengar, yang keempat---mereka hanya mengecek belakang lalu main lagi, yang kelima---kuping mereka merah dijewer emak yang sebenarnya sayang tapi kali ini tak ada lagi kata untuk dikasih sayang.
Besoknya mereka sekolah dan pastinya tak ditanya oleh Ibu bapak guru yang budiman karena anaknya juga merah kupingnya. Benar-benarmagis.