Happy reading***
Aku meruntuki diriku sendiri. Melupakan sebuah tugas adalah kesalahan yang amat besar, apalagi jika gurunya adalah Mr. Demon. Sesuai dengan namanya ia merupakan guru yang ditakuti di sekolah. Dan pagi ini aku sudah membawa bencana besar dalam hariku yang cerah ini.
"Cepat lus. Seharusnya kau bisa membawa barang ringan seperti itu!" Aku setengah berlari mengikuti Mr. Demon dengan membawa tugas teman sekelas, salah satu hukuman bagiku.
Keningku berkerut melihat jalan di depan. Heii ini bukan jalan menuju kantor guru! Aku tetap mengikuti langkah kaki beliau. Aku tercekik melihat bangunan di depan. Ini gedung olahraga. Dan Oh Tuhan... hari ini jadwal latihan anggota basket, dan dia pasti ada di dalam.
Dengan berani aku berusaha berbicara pada Mr. Demon. "Ngg mr." Ujarku dengan gugup. Ia berhenti tapi tidak membalikkan badan, menunggu kata selanjutnya dari mulutku.
"Bukankah seharusnya saya mengantarkan tugas ini ke kantor?"
"Jangan banyak tanya lus! Ikut saja denganku!" Serunya lalu membuka pintu. Aku menggigit bibir bawahku mengikutinya. Oh jangan sampai kakak itu melihat keberadaanku.
Mr. Demon berjalan ke arah Pak Kenta, pelatih basket sekolah. Aku masih berusaha berjalan pelan menunggu Mr. Demon selesai bicara dengan teman lamanya. Aku mengintip dari balik lemari penyimpanan peralatan olahraga ke dalam lapangan basket.
Sring...
Bola memasuki ring. Dan melihat siapa yang memasukkannya membuat jantungku berdebar tak karuan. Oh yeah, dari jauh dia terlihat keren sekali. Bagaimana jika dari dekat? Aku menggelengkan kepalaku pelan, menghapus bayangan aneh dari pikiranku.
"LUSI!" Aku terlonjak kaget saat Mr. Demon memanggil namaku. Ah aku harus kesana sebelum semua orang disini memperhatikanku. Aku takut- takut keluar dari balik lemari seraya menundukkan kepalaku sambil berjalan.
"Awas!" Aku yang tidak sadar peringatan tersebut mengarah padaku. Dan akupun mengangkat kepalaku melihat ke dalam lapangan.
Sesuatu melayang dari dalam lapangan ke arahku. Mengetahui benda tersebut, dengan spontan aku berusaha menangkap bola itu. Dan yakk aku mendapatkan bola tersebut.
Tapi ternyata hal yang aku lakukan menambah masalah itu. Justru aku melupakan tugas yang sedang aku pegang, dan malah menjatuhkan tugas tersebut ke lantai. Melihat kertas- kertas berserakan di lantai, takut- takut aku melihat aura kemarahan di wajah Mr. Demon. Tatapan semua orang tertuju padaku. Salah seorang pemain basket berjalan padaku.
"Apa kau tidak apa- apa?" Tanyanya yang ku tau bernama kak devon. Ia membantuku memungut kertas di lantai. Aku yang masih berdiri mematung tidak menyadari hal itu.
"Ah tidak apa- apa kak" ujarku cepat tersadar.
Kak devon memberikan tugas tersebut padaku. Aku menerimanya dengan tanganku yang lain masih memegang bola basket.
"Terima kasih, kak devon." Ia mengangguk dan saat ia akan mengatakan sesuatu. Seseorang di lapangan melambaikan tangannya padaku. Mengetahui kode tersebut. Segera aku melemparkan bola itu. Tapi tanganku mengarahkan bola itu pada yang lain.
Sringg...
Kesalahan ketigaku hari ini. Semua menatapku tak percaya. Aku tercekat, ini memang bukan pertama kalinya aku berhasil memasukkan bola ke dalam ring. Tapi dalam situasi seperti ini mungkin tidak saatnya untuk meloncat- loncat kegirangan karena berhasil dalam memasukkan bola.
"I.. itu.. LUAR BIASA!" Seru kak devon berteriak. Semua orang disana bertepuk tangan meriah.
Dengan tidak berlama- lama dalam keterkejutan atas tangan spesialku yang melakukan kesalahan, aku segera berlari ke arah Mr. Demon yang masih tampak wajah amarahnya. Salah seorang yang tidak ikut tepuk tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of Basketball
Teen FictionMempunyai bakat bermain basket membuatku terkenal diantara para anggota resmi basket sekolah, yang diantara para anggota terdapat seseorang yang telah lama aku sukai. Tapi, bagaimana jika bakat tersebut hanya pandai melempar bola ke dalam ring? "Apa...